Bab-14

8.2K 611 33
                                    

Tandy typo
Beri vote terlebih dahulu buat bab ini.

_______________

Happy Reading.

Nindy kini telah kembali bersekolah seperti biasanya, ia juga akan kembali berkerja setelah pulang sekolah nanti. Saat ini Nindy baru saja turun dari angkot, ia berjalan memasuki gerbang SMA ZENATTA dengan langkah yang santai.

Matanya menyorot ke samping ketika mendengar deruan beberapa motor besar yang menuju ke sini, terdapat 5 motor besar yang kini satu demi persatuan telah melewati dirinya, pandangan Nindy mengarah pada Karren yang baru turun dari salah satu motor besar itu.

Niko dan Karren.

Nindy tak berniat menyapa mereka, ia melangkahkan kakinya cepat, dan pura-pura tak mau melihat mereka.

Bukan tanpa sebab ia bersikap begitu, hanya saja Nindy tidak mau lebih dekat lagi dengan para penguasa sekolah itu, ia juga tidak mau berbaur dengan para tokoh novel, walaupun dirinya disini adalah sebagai peran utama, protagonis wanita.

Tapi saat dirinya melewati mereka, tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang.

"Pagi Mungil," suara tak asing dengan sapaan yang familiar membuat Nindy langsung menatap orang tersebut, siapa lagi yang menyapa jika bukan Sagara.

"Pagi kak," balas Nindy mencoba ramah, ia tersenyum tipis guna membalas senyuman manis Sagara saat menyapa dirinya, Nindy menghela nafas pelan, Baiklah jika semesta sudah mentakdirkan dirinya untuk terus selalu berdampingan dan berinteraksi dengan para tokoh pun, Nindy tidak akan mengelak lagi, ia hanya berharap semoga dirinya tidak mati muda akibat ulah Karren, biar waktu yang menentukan nasibnya bagaimana suatu saat nanti.

"Mau gue anter ke kelas?" tawar Sagara kepada Nindy, sekilas Nindy memperhatikan teman-teman Sagara, Dewa, Vano serta Willy tersenyum menatap dirinya, Niko hanya menatap datar, sedangkan untuk Karren sendiri, Nindy melihat ada guratan raut tak suka saat melihat dirinya berinteraksi dengan para tokoh novel.

Mulai saat ini harus waspada terhadap Karren, pikir Nindy.

"Nggak perlu kak, gue duluan ya," ujar Nindy yang dibalas anggukan mengerti Sagara, Nindy tersenyum menatap mereka semua, kemudian bergegas pergi ke kelasnya.

___________

"Maafin gue Nind, gue nggak tau kalau Ibu lo gaada, sebenarnya gue juga kemarin waktu lo nggak berangkat niatnya mau kerumah loh, tapi gue nggak tau alamatnya, maafin gue ya," baru sampai kelas Nindy langsung mendapat permintaan maaf dari teman sebangkunya ini, siapa lagi kalau bukan Cleo.

"No problem, lo juga nggak perlu minta maaf oke," kata Nindy tersenyum tipis.

"Beneran, gue merasa nggak berguna aja disaat lo down tapi gue nya ngga ada," ujar Cleo merasa tak enak pada Nindy, ia sudah menganggap Nindy sebagai sahabatnya, sehingga ia sangat merasa bersalah karena tidak bisa menemani Nindy disaat masa-masa sulitnya.

"Gue nggak papa, tenang aja" bales Nindy sekenanya.

"Nindy" suara letoy dan terdengar sedikit gagap membuat Nindy serta Cleo mengalihkan atensinya ke asal suara.

"Mau apa lo," itu bukan suara Nindy, tapi Cleo yang membalas ucapan cowok tersebut.

Cowok berkacamata bulat, dengan kulit hitam manis itu menegang kaku, pipi serta telinganya memerah karena ia tadi sempat melirik Nindy yang melihat ke arahnya.

"Pram turut berduka cita ya, atas meninggalnya Ibu Nindy" gugup cowok tersebut yang mengaku bernama Pram. Cowok yang mempunyai sifat lugu dengan penampilan cupu. Ia termasuk teman sekelas Nindy.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang