1. Nice to meet you

27 1 0
                                    

***

Didepan gerbang sekolah. Laki-laki remaja dan tas abunya. Tatap mata tajam dan sendu dalam satu pandangan. Langit cerah tak memudarkan pandangan seorang gadis yang kini telah menutup matanya karena silau sang surya. Dua tahun mengabaikan kenapa haluannya seolah mengarah pada laki laki itu.

Ibrahim Famua. Mantan pacar dari sahabatnya sekaligus resolusi seorang Ranua di tahun 2018. Laki-laki lembut yang manjadi pusat dunia Ranua. Bahkan lembar-lembar kalender dari tahun ke tahun gagal mengajarkannya untuk sadar diri dan pergi. Bukannya sudah jelas, bahwa deklarasi pergi semudah berkata selamat tinggal dan diam.

Laki-laki kaku dan minim amarah. Senyum murah dan tiada kata pasrah. Laki-laki yang harus dihapuskan namanya dari daftar riwayat cinta seorang Ranua Geisha. 8 tahun yang lalu akrab dan menjadi saksi percintaannya, tak membuat seorang Ranua pergi dan menghancurkan segalanya. Justru membuat ikatan baru yang sangat abu-abu. Namun abu-abu itu perlahan memudar dan menghilang bersama dengan jarak yang memisahkan hampir 5 tahun.

"Nua!" Panggil seseorang. Ranua yang tengah membuka-buka file foto lamanya terperajat kaget. Ia hafal suara itu. Bahkan langkah kaki yang semakin mendekat pun membuat tubuhnya seketika membeku. Dadanya berdebar tak karuan. "Lama nggak ketemu" sapanya tepat didepan Ranua.

Ranua diam, keduanya matanya sibuk menatap netra coklat sendu yang masih sama setelah 5 tahun tidak berjumpa. Melihat Ranua terdiam sosok itu menepuk tangannya.

"Oh Ibay. Hai? Lo apa kabar?" Tanya Ranua dengan senyum sangat kaku dan perlahan menarik tangannya kebawah meja.

Ibay. Nama panggilan seorang Ibrahim Famua.
"Gue baik, Lo?" Jawab Ibay.

Ranua hanya menggangguk. Sungguh berbicara tadi sangat menguras tenaganya. Hati dan mentalnya tidak siap bertemu laki-laki ini.

"Lo sendirian?" Tanya Ibay kembali sambil melihat kanan kiri.

"Iya. Lo juga sendiri?" Jawab Ranua sekuat tenaga. Sungguh bersikap biasa saja sangat sulit. Tapi ia harus. Luka yang pedih tidak akan mudah untuk sembuh, tapi sangat mudah untuk kembali dilukai.

Baru saja Ibay hendak menjawab. Suara telepon mengalihkan perhatiannya.
"Maaf, Gue harus angkat telepon bentar ya"

Ranua hanya tersenyum. Kemudian perlahan membuang nafas seiring kepergian Ibay yang menepi. Jangan biarkan luka mu kembali Ranua. Ujarnya dalam hati.

Ranua berusaha kembali fokus melihat-lihat foto lawasnya. Namun sial, kenapa banyak sekali fotonya semasa SMP disini. Jelas seperti 1001 kisah bersama Ibay. Meski 90% penuh milik Ibay dan Delisa. Rasanya seperti Ranua hanya mengoreksi sebuah skrip dan menerima keluh gelisah para pemain teater.

Beralih ke folder selanjutnya. Ranua berusaha sebiasa mungkin. Ia tidak boleh seolah masih terjebak dalam atmosfer yang laki-laki itu ciptakan tanpa permisi dan tanpa sadar. Cukup 4 tahun menanggung kebodohan. Tidak seharusnya pagar yang kokoh selama 4 tahun hancur begitu saja dengan tatapan mata. 8 tahun dengan bayangnya sudah cukup menyakitkan.

"Maaf ya Nua. Gue harus pergi. Setelah ini jika kita ketemu lagi jangan lupa sapa Gue. See you Nua" pamit Ibay bahkan sebelum mendengar atau melihat respon Ranua.

Rasanya Ranua ingin bersyukur pada Tuhan. Tepat sekali membawa takdir laki-laki itu pergi. Dan harapnya ini adalah hal terakhir dari lembaran pertama hidup dengan Ibay di dalamnya.

***

Awan putih seperti sedang berbahagia. Putih, indah dan mengagumkan, ditambah cahaya surya yang sedang tersenyum bahagia. Mengagumkan sekali cara Tuhan melukiskan betapa indahnya bagian alam semesta. Udara dingin dan ratusan embun yang tipis yang mewarnai, rasanya merupakan perpaduan yang tak pernah lepas satu sama lain.

Suara ponsel mengalihkan fokus Ranua. Senyum perlahan terbit dibibirnya .
"Iya Lis, okay noted. Tempat biasa. Btw sebenarnya udah setengah jalan bye!"

Sebenarnya perkataan udah setengah jalan adalah kalimat penenang. Ranua masih sangat ingat bahwa Delisa merupakan salah satu makhluk yang tidak mengerti kata sabar. Padahal 80% ia yakin teman-teman lain akan lebih ngaret dari pada dirinya.

Ranua bangkit dan mengambil handuk bersiap untuk mandi. Padahal jauh dilubuk hatinya Ia malas meninggalkan pemandangan pagi indah dibalik jendela kamarnya.

"Hai guys, maaf telat" ucap Ranua setelah duduk. Tatapan mata dan wajah Delisa sangat tidak bersahabat.

"30 menit yang lalu katanya otw. On the WC maksutnya?" Sindir Delisa.

Ranua tersenyum tak enak kemudian memeluk Delisa. "Maaf Lis. Next time ga telat kok. Ga janji tapi ya" jawab Ranua sambil nyengir yang langsung saja dihadiahi tabokan di kepalanya oleh Delisa.

Beberapa teman-teman lainnya yang sama ngeretnya dengan Nua mulai berdatangan. Sungguh moment kembali bertemu seperti ini seperti kembali ke rumah yang penuh masa dimana kenakalan kami sedang dipuncak-puncaknya.

"Ini kurang siapa aja ya?" Tanya Delisa sambil mengabsen satu persatu sahabatnya.

"Kurang Yura sama Niva aja kok" ucap salah satu teman Ranua, Amara. "Macet katanya."

Amara menatap serius Ranua. "Tumben nggak sama Yura?"

Tidak mendengar respon Ranua, Amara menarik tangan Ranua ke kamar mandi.
"Jawab Nua, kenapa? Marahan kalian?"

Ranua tersenyum.
"Nggak. Ada urusan berbeda tadi"

"Urusan apaan?" Tanya Amara.

Ranua tiba-tiba tertawa. "Ya beda urusan, nggak usah kepo deh. Tapi Gue langsung ke sini kok tadi. Yura kan kerja, tapi ga tau ya kalau izin. Takut di semprot Delisa"

Delisa akan menikah. Dan itu kabar yang membuat hal yang membuat Ranua dan teman-temannya berada di sini.

"Sudah Gue duga sih, Sama siapa?" Tanya Amara.

Gadis itu selalu saja kepo guman Ranua. Tapi masih bisa didengar Niva. Niva hanya tertawa kecil.
"Masih aja julid, heran"

Ranua hanya tertawa pelan.
"Heh! Nua diem deh. Berisik, dengerin!" Semprot Delisa.

"Permisi maaf ganggu" ucap seseorang yang baru saja datang. Ranua menoleh, dua. Kedua kalinya Ranua bertemu Ibay. "Saya pinjam Delisa nya sebentar boleh?" Tanya Ibay.

"Gue tinggal bentar ya guys. Permisi" Delisa segera menarik Ibay keluar Kafe.

"Mereka nikah?" Ucap Diah setelah Delisa dan Ibay hilang dibalik pintu.

"Nggak tau" jawab Amara.

Ranua terdiam. Bisa saja kan? Mereka kan mantan. Buat apa balikan kalau nggak nikah?

Tanpa disadari Ranua, Delisa dan Ibay sudah kembali masuk. Delisa membagikan undangan dan pamit pergi tanpa menjelaskan apapun.

"Nice to meet you, Nua" sapa Ibay tanpa suara sebelum keluar menyusul Delisa. Ranua yakin seratus persen Ibay sudah gila!

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang