Sejak menginjak bangku SMA Ranua sudah jarang menggambar. Duka akan kegagalannya menorehkan warna diatas lukisan masih membekas. Tapi sepertinya Tuhan tidak mengizinkannya berhenti menoreh garis dibuku gambar. Di SMA ini Ia malah mendapatkan kelas seni rupa.
Dikelas 12 SMA ini. Dia diberi tugas menggambar dengan teknik pointilisme. Teknik dimana lukisan dibuat dengan menggunakan titik titik. Melukis dengan teknik ini tidak harus menggunakan cat. Hanya bermodal drawing pen dan hanya hitam putih saja pun sudah bagus.
Sejak Ranua berhasil melukis dengan indah. Ia menjadi ketagihan menggambar dengan teknik ini. Dan itu berlaku hingga ia menyandang gelar sarjana. Menggambar dengan teknik pointilisme membutuhkan kesabaran ekstra. Bagi Ranua kesabarannya menggambar membuatnya seperti sedang healing.
"Kamu gambar apa?" Ranua hanya diam. Kembali meneruskan membuat sketsa.
"Bagus" puji Ibay entah tulus atau tidak. Bahkan jika dikatakan tulus pun. Sebuah sketsa apakah sudah bisa dikatakan bagus?
"Suka banget Lo gambar binatang?" Tanyanya kembali.
Ranua menoleh ketika sketsanya selesai dibuat.
"Iya."Ranua mulai menorehkan drawing pen pada sketsanya. Ia mulai dengan sabar dan teliti.
"Namanya teknik apa?""Pointilisme. Di warna dan di desain 3d pakek titik titik.
"Bagus banget."
Ranua hanya diam. Tujuannya membawa Ibay menemaninya menggambar di toko buku 'Love bird' ini adalah membuatnya bosan. Kenapa laki-laki ini malah dengan sabar menemaninya.
"Nggak usah dilihatin bisa nggak? Gue nggak bisa gambar kalau dilihatin."Ibay hanya mengangguk paham. Laki-laki itu melangkah ke arah rak-rak buku. Mengambil beberapa buku untuk sekedar dibaca. Langkah laki-laki itu kembali membawanya duduk disamping Ranua yang sibuk dengan gambarnya.
"Lo nggak bosen?" Tanya Ranua. Harapannya hanya satu, laki-laki ini pergi.
"Buat apa bosen? Banyak buku yang bisa dibaca tuh."
Tanpa sadar. Ranua mencoret gambarnya. Ranua segera memeriksanya.
"Ck! Jelek!" Gumannya."Kenapa?" Tanya Ibay. Entah sejak kapan laki-laki itu memperhatikannya.
"Jelek!" Jawab Ranua sambil menyerahkan buku gambar mini yang ada ditangannya.
Ibay menerima dan langsung saja melihat dimana kesalahan gadis itu.
"Kalau Gue bilang itu lukisan gagal yang kedua kalinya dalam 3 bulan terakhir. Lo percaya nggak?" Tanya Ranua sambil meletakkan kepalanya diatas meja. Ranua hanya ingin bertanya, karena seingatnya Ibay tidak pernah tidak percaya padanya. Meskipun ia pernah sengaja berbohong.
Konsep toko buku ini memang rumahan. Sangat nyaman untuk mengerjakan tugas apapun. Seperti di rumah sendiri.
"Percaya."
"Kenapa percaya? Padahal Gue bisa aja bohong."
"Apapun yang kamu adukan Aku dengar dan apapun yang kamu katakan Aku percaya," Ibay terdiam sejenak hanya untuk meletakkan lukisan Ranua diatas meja. Kemudian kedua matanya kembali menatap Ranua penuh. "Karena sudah lama kamu terlalu jauh untuk tidak Aku dengar dan tidak Aku percaya."
Ranua terdiam.
"Itu kutipan kata-kata dari tokoh utama novel yang gue baca. Bagus nggak?" ucap Ibay kembali.
***
Ranua dan Ibay berjalan keluar. Hari ini mereka hanya kebetulan bertemu. Ranua yakin Ibay hanya berbasa basi. Tapi basa basi apa yang membuat mereka bersama hampir 1 jam.
"Yaudah Gue pulang duluan ya. Hati-hati" pamit Ranua.Ibay hanya mengangguk. Dan tinggal lah Ranua sendirian. Dengan ditemani langit yang gelap, Ranua berjalan menyusuri trotoar kota ini. Ia sengaja masih meninggalkan motornya di parkiran toko buku. Toh, ini masih jam 7.30 dan toko tutup jam 10 malam. Apalagi kafetarianya masih seramai itu. Beginikah malam minggu?
"Apakah Lo datang buat hancurin Gue dua kali bay? Gue nyerah. Kayaknya Gue jatuh cinta sama Lo lagi. Tapi Gue masih berusaha waras kok."
Ranua menghela napas.
"Gue masih bingung. Gue harus percaya Lo dan pemikiran Gue. Ataukah ucapan Gathan kemarin, yang entah kanapa hati kecil Gue berkata benar adanya."epilog
Ranua sedang duduk menunggu di stasiun kereta. Hari ini dia berencana pergi ke Surabaya. Ada beberapa kepentingan yang harus segera diselesaikan dikampus.
"Nua?" Panggil seseorang.
Ranua mendongak.
"Gathan? Lo mau kemana?"Gathan duduk disamping Ranua. Meletakkan tasnya disamping. "Surabaya. Ada urusan. Lo sendiri?"
"Sama dong. Lo gerbong berapa?"
"Gue 4"
"Kita nggak satu gerbong."
Keheningan menyelimuti mereka berdua.
"Nua Lo masih suka sama Ibay? Bahkan setelah 8 tahun?"Ranua terdiam. Kenapa tiba-tiba Gathan bertanya itu. Maaf kali ini Ranua ingin berbohong.
"Em nggak tau. Tapi ga mungkin juga. Lo tau sendiri dia suka sama orang lain.""Gue lihat semuanya Nua. Lo dan Ibay." Gathan menatap mata Ranua. Ranua yang merasa risih langsung saja berpaling. "Lihat noh tatapan mata Lo ga bisa bohong. Lo jatuh lagi Nua."
"Gue bodoh banget ya Than?"
"Gue sebenarnya mau bilang sesuatu tapi takut Lo nangis."
"Buat apa anjir nangis? Nangisin kebodohan Gue?"
Gathan terlihat ragu. "Ibay hanya merasa bersalah," Gathan tersenyum. "Jangan nangis ya Nua." Ejeknya.
"Anjer. Ngapain juga Gue nangis?" Ucap Ranua sambil memalingkan wajah.
Sakit ya rasanya kenyataan. Perang batin Ranua benar adanya. Ranua mencintai sendirian 2 kali. Terjebak atas rasa kagum dan masa lalu. Ranua memang bodoh. Tidak bisa membedakan yang mana cinta dan mana yang kasihan.
Faktanya semua tokoh dimasa lalu sudah bahagia. Tinggal diri Ranua seorang yang butuh dikasihani. Tapi bisakah Ranua berbicara bahwa bukan begini caranya. Ini semua melukainya.
"Keretanya udah datang noh. Ayok, cengeng" ajak Gathan dengan terkekeh.
"Anjer duluan sono!" Jawab Ranua sambil terkekeh.
"Hati-hati ya Bay! Eh Nua"
"Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Ibay!
ChickLit8 tahun terjebak mencintai sendirian. Pada akhirnya Ranua ditinggalkan dan kesakitan. Lantas gadis people pleaser ini, bagaimana jalannya? Mereka hanyalah teman. Dan Ranua hanya hidup mencintai sendirian.