2. Toko Kain

11 1 0
                                    


***


Minggu pagi yang harusnya menjadi one day of malas-malasan Ranua setelah semalaman begadang malah menjadi petaka. Cuaca yang cerah dan hangat tidak membuatnya baik baik saja. Suara burung yang biasanya menyenangkan dan menggembirakan malah terdengar sangat berisik.

Ini semua gara-gara Delisa. Ia berada ditempat ini dan menemani perempuan itu berjalan kesana kemari memilih pernak pernik pernikahan. Tidakkah Delisa kasihan pada mata panda Ranua?

"Nggak capek Lis? Gue capek banget, pengen tidur. Mana belum sarapan lagi" mungkin sudah ketujuh kalinya Ranua mengeluh dan hanya dibalas gumaman kecil oleh Delisa.

"Woy Laper!" Ucap Ranua tanpa sadar bahwa suaranya cukup keras. Orang-orang sekitar memandangnya aneh. "Maaf, teman saya agak budek" ringis Ranua.

Delisa yang mendengar sontak melotot. Ranua segera menarik Delisa memasuki butik dimana Delisa memesan gaun pernikahan.

"Sono cobain baju!" Ucap Ranua sambil mendorong Delisa.

Lalu dirinya berjalan kearah sofa. Meletakkan kepalanya dan memejamkan mata.

"Layanin aja mbak saya ngantuk. Kalau bisa yang lama ya mbak!" Ucapnya kepada seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

Kedua matanya sudah lengket. Bahkan Ia tidak sadar bahwa seseorang yang duduk disampingnya bukanlah pramuniaga.

***

"Bangun Nua, malu-maluin banget sih ketiduran disini?" Nua sontak terbangun. "Apa? Ketiduran disini? Gue?" Tanya Nua sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Iya" jawab Delisa sambil memutar kedua bola matanya malas. Anak ayam!

"Biarin aja sih. Salah Lo juga, udah dibilang ngantuk. Semalem Gue lembur Anjir!" Semprot Ranua sambil mengumpulkan nyawanya.

"Cuci muka sana! Jorok amat!"

Ranua bangkit. Tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh. Ranua menunduk mengambilnya, sebuah jaket?
"Punya Lo Lis? Tapi kayaknya bukan"

Delisa mengambil jaket yang ada ditangan Ranua. Kemudian mencium aroma parfum yang tertinggal.
"Bukan, tapi Gue kenal sih aroma siapa"

"Siapa?" Tanya Ranua yang masih belum sadar seratus persen.

"Kepo. Sana cuci muka!" Usir Delisa.

Selepas Ranua cuci muka dan memakai beberapa alat make up sederhana agar terlihat fresh, Ia kembali ketempat dimana Delisa menunggunya.

Dari jauh Ranua dapat melihat ada 2 orang laki-laki yang duduk bersama Delisa. Ranua kenal kedua punggung laki-laki itu, calon suami Delisa dan teman akrabnya. Ranua berusaha menggelengkan kepalanya untuk kembali sadar. Sangat bodoh jika dia kembali menyukai calon suami Delisa.

Ranua memasang wajah setebal mungkin. Dan wajah baik-baik saja, mari lanjutkan permainan cinta-cintaan ini.

"Lis," panggil Ranua pelan. Ketiga orang yang tadi sibuk berbincang langsung saja melihat kearahnya. "Ikut Gue bentar."

Delisa mengangguk lalu berjalan mengikuti Ranua.
"Kata Lo cuma kita berdua!"

"Nggak tau Gue kalau calon suami bawa bestienya" ucap Delisa sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Gue pulang aja ya? Bye!" Pamit Ranua.

Belum sempat melangkah. Ia sudah di jegal oleh Delisa. "Mau kemana Lo anjir! Nggak boleh! Janji adalah janji"

"Kan udah ditemenin 2 orang itu! Ogah gue jadi nyamuk!"

"Nyamuk mata Lo soak!" Delisa menarik kepala Ranua ke arah kedua orang yang menunggu mereka. "Jelas-jelas kalau jalan bertiga dikira Gue mau Poliandri anjir! Tega lo!" Ucap Delisa dengan penekanan disetiap katanya.

Melihat dua orang laki-laki disana memandangnya dengan tatapan tanya. Ranua hanya tersenyum tak enak. Dan lebih kurang ajarnya, kenapa laki-laki calon suami Delisa itu malah seperti bahagia bertemu dengannya. Ranua langsung menatap horor pada Delisa. Namun, Delisa malah mencubit pinggangnya.

"Sakit dodol!" Umpat Ranua sepelan mungkin. "Lepasin kepala Gue!"

"Sorry, lo sih"

Ranua menujuk dirinya sendiri. "What? Gue? Lagi?"

Delisa kembali menarik tangan Ranua kembali kemeja dimana kedua orang laki-laki yang dihindari Ranua itu duduk.
"Em, kalian ga lupa kan ini Ranua temen Gue"

"Kalau kamu lupa kita berempat satu SMP bye the way," ujar Adam.

"Dan Gue sama Nua satu kelas terus" imbuh Ibay dengan senyum simpul.

Ke empatnya tertawa garing. Ataukah hanya Ranua yang merasa tidak ada yang lucu.

"Sesuai agenda hari ini. Kita ke toko kain buat cari kain buat keluarga besar sama teman-teman pihak laki-laki dan perempuan" ucap Delisa.

Kemudian ke empatnya berjalan menuju toko sebelah. Desainer gaun pengantin Delisa juga memiliki toko kain disebelah butiknya. Ada beribu jenis kain dan merk. Seperti surga dunia kain.

Tanpa disadari Nua dan Delisa terpisah. Nua berjalan kearah rak dimana kain batik tersusun rapi. Sedangkan Delisa entah pergi kesudut mana. Aroma kain menyambut langkah demi langkah Nua. Kedua matanya di suguhkan pemandangan ratusan gulungan kain. Dari berbagai jenis, berbagai corak dan berbagai bahan. Nua beberapa kali berhenti sekedar melihat dan meraba jenis kain batik yang coraknya indah.

"Bagus pilihan Lo" Ucap seseorang dibelakang Nua. Tanpa Nua menoleh pun, Ia sudah tau suara siapa itu.

"Kombinasi warna nude dan coraknya sangat cocok. Ditambah warna yang dominan coklat susu yang membuat kain itu tidak mati di warna kulit apapun"

Ranua hanya mengangguk kemudian berjalan ke arah rak batik lain. Menemukan kain lain dengan warna favoritnya. Coraknya bagus, indah dan menawan.

"Masih suka navy Lo?" Tanya orang itu.

"Hm" jawab Nua sekenanya.

Tiba-tiba ada gulungan kain yang hampir jatuh tepat di atas Nua. Ibay langsung saja menarik Nua. Keduanya terjatuh, Ranua tanpa sadar kembali menatap mata tajam milik Ibay. Baru saja hendak memutuskan tatapannya, Ibay lebih dulu berucap.
"Kenapa Lo berhenti? Takut jatuh cinta kalau natap Gue terus?"

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang