8. Terjebak

4 0 0
                                    

2018

Meskipun Ranua tau bahwa Yura mencintai Ibay. Ia tidak bisa menolak Tuhan memberikan cinta yang besar dihatinya. Kali ini Ranua terlalu egois tentang mencintai.

Lulus sekolah menengah pertama. Ranua, Niva, Ratu dan Yura berlainan jalan. Keempatnya bersekolah di sekolah berbeda. Meski berbeda, mereka masih sering quality time bertiga atau berempat. Tak jarang juga masih sering bertemu dengan teman lainnya di forum besar.

Tanpa sepengetahuan Niva, Yura dan Ratu, berdua bersama Amara, Ranua sering bertemu, bahkan berkomunikasi dengan Ibay. Berkat ajakan sesat Amara dan Oyan pastinya. Kedekatan Ibay dan Ranua karena ditinggal kedua sahabat mereka berpacaran. Keduanya sering menyalurkan hobi game dan saling mengeluh tentang IPA dan Kimia.

Disinilah ujian Ranua. Terbiasa, lalu jatuh cinta. Cinta itu tidak pernah Ranua minta. Lalu dimanakah letak aman menaruh hatinya? Jika laki-laki yang dekat dengannya adalah milik sahabatnya?

"Nua! Ngelamun aja Lo!" Ucap Ibay tiba-tiba.

Ranua terkesiap. Lalu tersenyum canggung. Sejak kapan Ia melamun. Dan dimana Amara dan Oyan.
"Mana Amara sama Oyan?"

"Mereka baru chat katanya mau sepedahan" balas Ibay sambil menyodorkan ponsel yang berisi chat 2 manusia setengah setan itu.

"Kita ditinggal lagi?" Ranua rasanya frustasi. Selalu saja ditinggal berdua. Tapi di sisi lain, ada segaris rasa bahagia. Kok rasanya mereka seperti double date begini?

"Iya. Capek nggak di tinggal terus sama mereka? Emangnya waktu kita semurah ini nunggu mereka kencan?" Dumel Ibay. Baru kali ini Ranua melihat Ibay mendumel. Lucu juga.

Ranua diam-diam terkekeh.
"Punya rekomendasi game nggak Bay? Gabut banget tau" keluh Ranua.

Ibay membuka ponselnya.
"Gimana sekolah?"

"Teman-temanku pada ambis! Ranking ku turun masak?"

"Berapa?"

"Dari ranking 1 ke 2" balas Ranua sambil nyengir.

"Masih bagus itu! Bersyukur!"

"Lo apa kabar sekolahnya?"

"Aman"

"Rangking aman?"

"Stagnan 3. Teman-teman pada ambis-ambis semua"

"Cewek bay?"

"Yang rangking 1 sama 2?" Tanya Ibay yang dibalas anggukan Ranua. "Iya cewek."

"Ajakin pacaran aja! Rangkingnya pasti turun!"

"Ide bagus Nua!"

Setelah dipikir-pikir kenapa Ranua seolah meminta Ibay pacaran ya.
"Jangan deh!" Ralat Ranua tiba-tiba.

Mendengar respon Ranua. Ibay hanya tersenyum kecil. Tangannya menyodorkan ponsel ke arah Ranua.
"Nitip, mau sholat dulu. Lo lagi nggak kan?"

Ranua membeku. Bagaimana laki-laki ini tau.
"Lo tadi ngomong ke Amara, kalau lupa. Dan disini udah ada Gue sama Oyan."

Ranua hanya tersenyum malu.
"Ini boleh dibuka nggak?" Tanyanya sambil menunjuk ponsel Ibay.

"Boleh. Buat ngegame juga boleh. Pin nya tanggal lahir Gue" jawab Ibay sebelum berjalan kearah mushola.

Kafe ini memang dilengkapi fasilitas mushola kecil disamping kamar mandinya. Dan terletak dibelakang.

Ranua mulai memasukkan tanggal lahir laki-laki itu. 10 Agustus 2002. Dan seperti yang Ranua ucapkan Ia akan game. Tidak untuk stalker ataupun membuka privasi Ibay. Tidak.

Game rekomendasi Ibay bagus. Sayangnya ukurannya terlalu besar di ponsel kentang Ranua. Tiba-tiba ada notifikasi baterai habis di ponsel Ibay, bersamaan dengan laki-laki itu kembali duduk di depan Ranua.

"Baterainya habis Bay" adu Ranua dengan nada kecewa.

"Pakai aja masih awet itu"

"Nggak papa?"

"Nggak papa"

Baru saja hendak meneruskan game. Layar memunculkan panggilan suara dengan nama 'Ibu'.
"Ibu Lo telpon nih." ucap Ranua sambil menyerahkan ponsel kepada Ibay.

Ibay bangkit sambil menerima telpon dari Ibunya. Ranua kembali membuka ponselnya sendiri. Banyak pesan dari Ibunya ternyata. Dia diminta segera pulang. Ranua segera bersiap. Dilihatnya Ibay berjalan kembali.

"Gue disuruh pulang" ucap keduanya bersamaan.

Keduanya terkekeh. Ada saja kebetulan yang tak masuk akal di dunia ini. Bagaimana bisa nada dan kalimatnya sepadan dan sama?

"Mau dianter?" Tanya Ibay.

"Nggak usah. Lo duluan aja." Tolak Ranua halus.

"Lo nggak lihat diluar sana mendung?" Ranua menoleh menatap langit dari kaca Kafe. Ranua baru sadar bahwa langit sedang tidak cerah. "Kalau Lo ikut Gue pasti nggak kehujanan,"

"Sendirian. Kan kita kehujanannya berdua." Lanjut Ibay sambil menahan senyum.

Ranua terkekeh pelan.
"Lo lupa, Gue juga bawa motor?" Tanya Ranua.

Ibay reflek menepuk dahinya.
"Yaudah ayo hujan-hujan berdua!" Ajaknya bersemangat.

"Nggak mau." Ucap Ranua sambil tersenyum dan mulai berjalan keluar.

Ibay segera menyusul. Setelah mengambil jaket di samping meja.
"Kenapa?" Tanya Ibay.

Tepat diparkiran motor. Ranua berbalik menghadap Ibay.
"Nanti kalau sakit nggak bisa ketemu Lo.."

Ranua kembali berjalan kearah motornya. Meninggalkan Ibay yang terdiam. Sambil memakai helm. Netra Ranua melihat respon Ibay. Ibay terdiam. Mungkin merasa terbebani. Kemudian Ranua berpura-pura tertawa.
"Becanda Bay! Serius amat! Satu sama!" Ucapnya senatural mungkin.

Lihatkan. Ranua lebih sanggup kehilangan cinta dari pada persahabatannya.

Ibay tersenyum kecil. Tapi Ranua tau, itu senyum pura-pura. Memang pada dasarnya cinta ini ujian untuk Ranua. Pertama kali berdekatan dengan laki-laki membuatnya mudah jatuh cinta. Baperan sekali dirinya ini. Ataukah ini karma menghianati Yura?

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang