12. Kembali

2 0 0
                                    

Dengan kondisi panik. Dua orang sahabat itu memasuki salah satu kafe 24 jam. Tanpa mereka duga. Rama dan Ibay pun juga memasuki kafe itu.

"Kali ini gimana kita mau kabur?" Tanya Ranua pada Sita. Pasalnya keadaan mereka sudah stuck.

Keduanya memutuskan kompak pura-pura sibuk dengan ponsel masing-masing. Kenapa juga takdir rasanya mempermainkan mereka. Buat apa bertemu orang yang gagal dilupakan? Apakah ini ujian semesta?

"Lo serius nggak ada hubungan apapun sama Rama? Dia jalan kearah sini anjir!" Panik Ranua.

Posisinya keduanya saling membelakangi. Berhubung Rama tidak pernah bertemu Ranua, Ranua bertugas mengawasi Rama. Dan hal itu juga berlaku untuk Ibay. Tapi jika prasangka Ranua benar. Pasti Ibay sedikit mengenal Sita. Karena wajah Sita sering simpang siur di media sosialnya.

"Pertanyaan Lo juga berlaku buat Lo! Ibay jalan kesini anjay! Jangan-jangan Lo udah pacaran? Boongin Gue Lo?"

Ranua melotot. Pacaran dari mana. Orang kemarin Ibay pergi dengan tatapan tajam bak ingin membunuhnya.
"Orang gila!"

"5 langkah lagi Ranua. Pikirin cara kabur"

"Wait gue panik! Ah gini aja, Lo keluar melewati Ibay gue sebaliknya. Pura-pura nggak tau ada mereka! Action!"

Semuanya berjalan lancar. Tapi dalam satu tarikan keduanya sudah tertangkap basah.

"Mau kemana?" Tanya Ibay dan Rama kompak.

***

Sita dan Ranua kikuk. Duduk berempat seperti ini bagaikan doubel date. Bagaimana tidak, pandangan orang-orang seperti tidak pernah melihat orang pacaran.

"Sebelumnya terimakasih dan maaf ya Nua. Gue nggak bermaksud buat duduk di meja kalian berdua. Terpaksa saja karena Kafe ini udah penuh." Ucap Ibay yang membuka keheningan empat orang dewasa yang terjebak satu meja.

Disusul ucapan maaf dari sang pujaan hati Sita.
"Sorry. Sama seperti mas nya ini. Gue juga minta maaf karena duduk di meja kalian. Tapi jujur gue nggak terpaksa kok. Gue malah seneng."

Ranua mencubit Sita dibawah meja. Kedua mata mereka seolah berkomunikasi. Dan tatapan Ranua sangat menghakimi.
"Lo dapatin lagi manusia itu?" bisik Ranua.

"Kagak anjir! Please Nua, denger dia ngomong gitu Gue mau muntah rasanya." balas Sita tak kalah lirihnya.

"Iya gapapa kok. Setelah billnya beres kami juga mau pergi. Meja ini buat kalian." Ucap Ranua dengan meringis.

"Long time no see Sita? Kesibukan kamu sekarang apa?" Tanya Rama pada Sita.

Sita mencubit kecil tangan Ranua yang ada dibawah meja. Ranua kaget tanpa sadar kakinya terkena meja. Lidah Ranua sangat menahan untuk tidak mengumpat.

Mendengar gebrakan kaki dibawah dan ringisan Ranua. Langsung saja Ibay bertanya.
"Kamu nggak papa?"

"Enggak, aman kok. Tadi kaget aja kayaknya cicak. Iya cicak." Jawab Ranua sambil memeloloti Sita.

Setelah semua selesai, Ranua dan Sita segera pergi. Mereka membiarkan 2 orang stranger itu makan dimeja yang sama. Tanpa kedua perempuan itu sadari mereka menciptakan pertemanan diantara kedua laki-laki itu.

"Gue masih bisa ngerasain gimana kikuknya tadi anjer. Lo yang biasanya pencicilan auto anggunly! Daebak!" Ucap Ranua sambil berjalan ke parkiran dimana mereka memarkirkan kendaraan.

"Gue beneran baru ketemu setelah 8 tahun anjir! Emangnya Gue bisa apa? Anjirlah kenapa bisa ketemu coba? Muka Gue pasti kayak kambing bodoh ya tadi?"

Ranua ngakak.
"Untungnya nggak ada gorden ya. Jadi Lo nggak bisa nutupin wajah pakek gorden"

Sita melepas sandalnya. Berniat melemparkannya pada Ranua. Tapi bocah satu itu sudah gesit menghindar sambil ngakak.

"Lucu anjir lucu banget!" Ranua masih saja tertawa bahkan sekarang sudah memegang perutnya. "Perut Gue sampek sakit. Komuk Lo anjir. Pasti Rama batin gini 'mantan Gue bukanya tambah masyaallah malah tambah Astagfirullah'!"

"Sini Lo anjir! Gue malu bangsat!"

Tanpa keduanya sadar. Kedua Laki-laki yang mereka bicarakan berdiri tepat dibelakang mereka. Untungnya ada sebuah mobil yang menutupi keduanya.

***

Ranua tiba dirumah. Kebetulan sekali orangtuanya sedang diluar kota. Setelah beberes dan memastikan pintu terkunci. Ranua masuk kedalam kamarnya. Membuka jendela dan menatap bintang.

"Bintang, Lo lihat nggak? Ibay kembali. Gue nggak mau jatuh ke lubang hitamnya untuk kedua kalinya. Sakit. Rasanya masih sangat sakit mencintai sendirian."

Ranua meraih buku yang berisi sketsa siluet wajah orang yang Ranua cintai selama 8 tahun.
"Gue nyesel pernah gambar ini. Karena.." Ranua menarik napas pelan. "Karena gambar sebagus ini nggak mungkin gue buang gitu aja."

Ranua menutup bukunya. Kemudian meletakkannya di rak paling bawah.
"Suatu saat kamu bakal aku hargai. Tapi tidak untuk sekarang. Karena daripada kamu dibuang oleh orang lain, lebih baik kamu aku simpan sampai terurai menjadi tanah."

Sebelum benar benar menutup bukunya Ramua bergumam.
"Sakit melihat usaha tidak dihargai. Benar kata orang, harusnya aku bersyukur. Lebih baik sakit di awal hari, daripada dikemudian hari."

Ranua kembali memandang bintang.
"Tuhan, aku nggak pernah berpikir untuk kembali menjadi bodoh. Tapi hatiku merindukannya." Ranua meraih gerlar air dimejanya. "Tujuan ku kali ini hanya melakoni. Sisanya aku serahkan kepadamu Tuhan. Tapi Tuhan, sepertinya aku kembali jatuh cinta."

Hai Ibay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang