O9. εννέα

34 3 0
                                    

|

    Janu berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Teman-temannya yang menginap di rumah Janu telah pulang malam senin kemarin. Alhasil, Janu berangkat ke sekolah sendirian, kedua orang tuanya sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali. Dan Janu akhirnya memilih berangkat sekolah lebih pagi.

   Ia menaiki motornya dengan kecepatan sedang dengan pandangan kedepan ia mengendarai dengan fokus. Ketika motornya yang melaju di jalan raya melewati perpustakaan tua, ia memelankan laju motornya sembari mengamati bangunan tua yang mulai terlihat rapuh. Seperskian detik setelahnya ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan sedang, melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

   Janu memarkirkan motornya di parkiran sekolah yang tersedia,  SMA Negeri Angkasa masih terlihat sepi di pagi hari saat ini. Ia melepas jaket yang ia kenakan saat mengendarai tadi. Kemudian menaruhnya di motor.

   Ia melangkahkan kaki sembari memainkan ponsel genggam. Sepertinya sebuah kesalahan Janu berangkat pagi-pagi sekali karena saat ini sekolah tidak ada satu orangpun selain Janu, meski begitu, Janu tetap memasuki sekolahnya dan melangkah menuju kelas.

     Sesampainya dikelas ia mendudukan tubuhnya di kursi miliknya, setelah itu ia memainkan ponselnya yang sedari tadi memang ia pegang. Cukup lama hingga tidak sadar dengan ruangan sekitar bahwa sekarang di kelasnya tengah ada ular cobra yang melata tepat di bawah meja Janu.

  Janu yang sadar secara perlahan tentang suara yang tidak wajar, lantas mulai menyapu pandanganya ke arah ruang kelas. Ia tidak mendapati apapun, hingga ia merasa ada yang melewati kakinya.

  Dan secara tanpa sadar ia langsung berlari mundur sembari melempari buku kepada ular yang tengah melata dengan kepala yang menjulur-julur tengah berusaha memangsa dirinya itu. Janu terus melangkah mundur hingga ia terkantuk oleh dinding, tanpa pikir panjang. Ia mengambil kursi besi dan melamparkannya ke arah ular yang tengah mengejarnya.

  Ini tidak wajar, mengapa kelas Janu yang bersih itu bisa didatangi ular cobra yang berbahaya, dan ular itu memiliki ukuran yang cukup besar. "Anjing, kenapa ada ular di sekolah?!" Katanya, masih berusaha memundurkan langkah dan menghindari ular yang tengah mengejarnya.
  
   Ia kembali mengambil kursi milik teman sekelasnya dan kembali melempar. Dan sekarang ular itu terkena lemparan kursi Janu. Janu berniat melangkahkan kaki dari kelas itu dan menuju pintu keluar. Namun, hal tersebut terurungkan kala ular cobra yang mengejarnya tadi berubah menjadi manusia.

  "Siluman? Sumpah, hidup gue jadi nggak logis sekarang anjing. " Kata Janu, Ia memajukan langkahnya menghampiri manusia yang sebelumnya adalah ular.

  Janu agak sedikit malu menyatakan bahwa ular yang sedari tadi mengejarnya adalah sesosok manusia, alias—siluman. Semuanya semakin tidak logis dan tidak bisa dijelaskan dengan sains.

  Manusia yang sebelumnya adalah ular itu kini tengah berusaha bangkit, ia menatap Janu dengan tatapan tak terbaca, kemudian ia melangkahkan kakinya. "Saya ada dimana?"

Janu memejamkan mata, mengapa laki-laki dihadapanya tidak tahu apa yang baru saja dilakukan. Jika dilihat lebih lama, laki-laki yang ada dihadapanya itu hampir seumuran dengannya hanya sedikit lebih tua.

  "Kamu aja nggak tahu. Kenapa nyerang saya!" Gertak Janu tidak senang.

Laki-laki dihadapanya itu menghela nafas. "Nama saya Regulus Centaurus. Saya tadi sedang berada di Kerajaan saya. Namun entah kenapa, tiba-tiba saya seperti di seret arus dan terbawa kesini. Maaf karena menyerang kamu. Refleks seseorang ketika dalam bahaya." Katanya.

  Janu memincingkan matanya. "Kenapa bisa ada disini, memangnya kamu berada dimana?"

"Saya berada di dunia yang berbeda dari kamu. Dan sepertinya ada yang merusak portal antar kami, sehingga saya terbawa kesini. Berita buruknya, semuanya sedang tidak berjalan baik." Kata Regulus memberitahu Janu.

  Janu yang diberitahu oleh Regulus itu lantas langsung menghela nafas, sepertinya dampak dari pemerintahan Zwischensug membuka portal juga berpengaruh ke dunia lain. Dan setelah Regulus mengucapkan itu, ia langsung menghilang. Menghilang tanpa jejak tanpa ada bekas, hanya menyisakan ruangan kelas Janu yang berantakan akibat ulahnya.

   Dan setelah itu, para murid mulai memasuki kelas, meninggalkan Janu yang masih dibaluti seribu pertanyaan.

|

    "Nggak usah ngelawak. "

Itu adalah kalimat yang keluar pertama kali dari mulut Satria kala Janu menjelaskan hal yang baru saja menimpanya. Janu merasa gondok dihatinya. Bagaimana sahabatnya bisa berbicara bahwa Janu itu sedang bercanda? padahal Janu hampir saja kehilangan nyawa kala itu.

  Janu mengusap wajah. "Sumpah. Gue lagi nggak bercanda, itu bener-bener ular, melata. Terus ukurannya lumayan besar. Pas gue lempar pake kursi tiba-tiba berubah jadi manusia. Orang itu siluman, anjing!" Janu berseru keras, mampu mengundang atensi para siswa yang tengah melewati taman. 4 sekawan tadi memutuskan acara temu perdana mereka berada di taman, kalau kata Rai sih,  mencari udara. Tapi yang mengajak kesini malah sedang tertidur di rumputan.

   Varo yang sedari tadi tengah bermain dengan cacing yang ia temui di tanah, lantas mendongakan kepala menatap Satria dan Janu secara bergantian. "Jadi yang dimaksud Janu, siluman ular apa siluman anjing?" Tanyanya dengan wajah polos.

  Janu menghela nafas. "Siluman ular. Namanya Regulus katanya, " Ujar Janu, dia mulai pasrah. Apalagi kala melihat Varo kembali tidak menggubris dan malah bermain dengan cacing.

  Janu menidurkan kepalanya di rerumputan, taman disekolah mereka sangat bersih dan terawat. Dengan pohon rindang yang membuat mereka tidak merasa panas, bahkan Rai saja sudah tertidur pulas meskipun tubuhnya hampir disantap oleh semut. Para siswa/i di SMANSA juga tidak heran melihat 4 sekawan itu yang bertingkah menyatu dengan alam

  Janu menatap langit yang berwarna biru. Ia meratapi nasibnya, bagaimana hidupnya yang tenang jadi seperti ini? ia sungguh ingin menangis.

  Cukup meratapi nasib, ia terduduk dengan tiba-tiba kemudian mengambil bookpedia yang sedari tadi Satria bawa, Satria yang melihat itu sedikit kaget, karena Janu yang mengambil secara paksa.
  
Ia mengambil pulpen yang berada disakunya kemudian mulai menuliskan pertanyaan yang memang memenuhi kepalanya sedari tadi. Dan jawaban dari bookpedia mulai muncul disana.

"Hallo! kamu bertanya tentang siluman ular yang tadi menyerang mu? Namanya Regulus. Ia berasal dari Dunia Asterland. Regulus adalah penyihir dari Slytherin. Penyebab dia berada disini karena portal yang tengah dibuka paksa oleh dunia Zwischensug. Dampak dari portal itu tentunya berpengaruh kepada keseimbangan dunia lainnya. Banyak makhluk immortal yang ikut keluar dan bertebaran nantinya. " 

  Setelah kalimat itu tertulis disana, Janu memberikan buku itu kepada Satria. Varo yang masih sibuk dengan cacing tadipun, lantas langsung menghampiri Satria, tak lupa memukul Rai agar segera bangun untuk melihat apa yang baru saja bookpedia dapatkan.

  "Tuhkan bener. Apalah penyihir segala sampe bumi, bisa gila gue lama-lama. " Kata Janu memegangi pangkal hidungnya pusing.

   "Penyihir juga ada didunia ini? gue kira cuma didongeng, jujur, setelah 'mereka' dari dimensi lain ke rumah Janu malem itu, gue makin mulai percaya hal-hal diluar nalar. " Ini Rai yang bersuara, setelah dipukul oleh Varo ia langsung tersadar dan menghampiri Satria yang memegang buku.

  "Ya. Dunia emang luas Rai, wajar kalo banyak hal nggak masuk akal. "

|



Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang