O1.Ενας

100 9 0
                                    

"Fisika Kuantum merupakan ilmu yang mempelajari mengenai perilaku materi serta energi yang ada pada tingkatan molekuler, atom, nuklir, serta tingkat mikroskopis, dan juga materi serta energi yang lebih kecil pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fisika Kuantum merupakan ilmu yang mempelajari mengenai perilaku materi serta energi yang ada pada tingkatan molekuler, atom, nuklir, serta tingkat mikroskopis, dan juga materi serta energi yang lebih kecil pula."

"- Pada berbagai penelitian, sang peneliti tidak dapat secara langsung melihat objek yang ia teliti, namun hanya bisa merasakan kehadirannya melalui besaran ukuran tertentu yang dapat terdeteksi. Fisika kuantum juga mengkaji perilaku serta properti berbagai benda kuantum tersebut dan dampak yang dihasilkan pada alam semesta."

"Baik, karena jam sudah menunjukan pukul 10 saya akiri pertemuan hari ini. Selamat beristirahat."

Setelah ucapan terakhir guru Fisika tersebut mengudara, para siswa yang sedari tadi mendengarkan langsung bersorak ria dan beranjak dari tempat duduk mereka. Berhamburan keluar kelas untuk pergi mengisi perut yang tengah kelaparan.

Berbeda dengan siswa yang lain, Janu-Januardio. Murid laki-laki berahang tegas, dengan kacamata ber-frame hitam yang bertengger di pangkal hidungnya.

Mata elangnya masih menatap pada kertas yang berada di hadapannya dengan tangan yang tak berhenti menulis, mencatat apa yang baru saja guru Fisikanya sampaikan beberapa menit yang lalu.

"Jan!" Tepukan tangan berhasil mendarat tepat di bahu milik Janu. Tepukan tangan yang berhasil membuat atensi Janu beralih menatap sang pelaku.

"Santai Bos. Mau ngajak ke kantin nih." Ujarnya sembari terkekeh.

Janu mengangkat alis, seperskian detik setelahnya, ia mulai merapikan buku-buku miliknya yang berada di meja. Setelah memastikan tidak ada yang terlewat, ia mulai berdiri masih dengan pandangan menatap sang pelaku penepukan bahunya tadi.

Berjalan bersisihan di lorong sekolah mereka, menuju kantin yang jaraknya tidak jauh dari kelasnya.

"Sejak kapan lo betah pake earphone?" Perkataan barusan mampu memecah keheningan di antara dua laki-laki tersebut.

Janu yang mendengar temannya bersuara lantas mendadak menghentikan langkah kaki. "Sejak.. sejak kemarin, Sat." Ujarnya dengan kepala yang ditolehkan ke kanan dan kiri, merasa tidak nyaman.

Sat-Ria. Satria Adi Pratama. Teman sekelas Janu sekaligus sahabat bagi Janu. Laki-laki pendiam yang berteman dengan seseorang yang pendiam juga. Meski seperti itu, hubungan persahabatan mereka tidak pernah renggang sejak masa Sekolah Menengah Pertama. Hingga saat ini mereka duduk di Kelas 11 Sekolah Menengah Atas.

Satria menggeleng tidak percaya setelah mendengar jawaban dari Janu. "Nggak mungkin. Kata lo, dengerin lagu bikin lo mendadak nggak bisa mikir-"

Ia terdiam sejenak menggantung ucapanya. "Ada yang ganggu pikiran lo, apa? Sampai harus nutup telinga sendiri."

Satria melanjutkan langkah kakinya di ikuti Janu yang berada di samping kanan. Lorong sekolah mereka menuju kantin sangat ramai dengan para murid-murid yang duduk kursi lorong. Banyak aktivitas yang di lakukan murid-murid SMANSA di jam istirahat seperti ini.

Dua laki-laki yang tengah berjalan sedari tadi juga di sapa oleh beberapa murid yang tengah duduk di kursi lorong. Meskipun mereka hanya menjawab sekenanya.

Janu menggeleng setelah mendengar ucapan Satria dengan tersirat nada bertanya tersebut. Mereka berdua mendudukan tubuhnya di kursi kantin setelah sampai.

Janu masih terdiam berfikir dengan pertanyaan Satria yang memenuhi fikirannya.
Apa dia harus berbagi masalah yang dia alami akhir-akhir ini kepada Satria? hal yang ia hadapi belakangan ini sangat menganggu aktivitasnya.

"Sat, kalo gue bilang ada diri kita di Universe lain, apa lo bakal percaya?"

.

.

.

Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang