O8.οκτώ

34 4 0
                                    

|

    Empat sekawan itu sekarang berada di kamar milik Janu. Pagi yang cerah dan damai. Namun, tidak bagi empat remaja yang tengah berada di kamar milik Janu. Setelah semalam didatangi oleh mereka di dimensi lain. Satria, Rai dan Varo, memutuskan untuk menginap di rumah Janu, karena mengingat bahwa esok hari adalah hari libur.

  Setelah mereka sarapan pagi di rumah Janu, mereka kembali ke kamar milik Janu dan terdiam dengan pikiranya masing-masing.
"Kita harus ngapain sekarang?" Tanya Janu memecah keheningan, ia menatap ketiga sahabatnya. Satria tengah memainkan ponsel genggam miliknya. Rai tengah tertidur dan Varo sedang melamun menatap dinding kamar milik Janu.

  Satria mematikan ponsel genggamnya, atensinya teralihkan pada buku bersampul cokelat yang diberikan oleh Saka. Ia mengambil buku itu, kemudian menyodorkan ke arah Janu. "Buku ini, kita harus tau fungsi buku ini. Buku ini minta darah—sebagai pembayaran."

  Rai dan Varo yang sedari tadi sibuk langsung mengalihkan atensi penuh ke arah buku itu.
"Gila. Itu musyrik nggak sih? masa harus pake darah. Kita kerja sama setan dong?" Tanya Varo menatap buku itu intens.

"Kan lo setannya Var." Celetukan Rai mampu membuat Varo mendengus kesal.

"Kita coba. " Janu mengambil sebilah cutter dan mulai menggeoreskannya di telapak tangan. Ketiga sahabatnya yang melihat lantas membulatkan mata. "Jan, jangan gila."

Tanpa menghiraukan ucapan Rai, Janu meneteskan darahnya di buku itu, buku dengan kertas berwarna cokelat gading itu sekarang terkena darah milik Janu. Hingga setelah Janu meneteskan darah. Darah itu lenyap, tidak ada bekas apapun di kertas itu.

"Goib anjir. Do you wanna play with magic?" Kata Varo dengan nada bernyanyi.

"Nggak muncul apapun. Kayaknya dia butuh darah kalian juga. " Janu menyodorkan cutternya ke arah Satria, mengingat temannya itu lumayan berani daripada yang lain.

Satria dengan ragu mengambil cutter yang berada di tangan Janu, ia mulai menggoreskan cutter itu ke telapak tanganya dan membiarkanya menetes di kertas buku itu. Sama seperti reaksi tadi, kertas itu langsung menghilangkan darah tersebut.

Rai dan Varo menatap satu sama lain, kemudian menghela nafas secara bersamaaan. Dengan terpaksa mereka menggoreskan benda tajam itu ke telapak tangan. Setelah darah dari mereka berdua menetes, tinta pekat membentuk huruf mulai muncul dikertas itu.

"Bener-bener bantuan setan. " Gumam Varo.

"Hallo aku adalah bookpedia, aku bisa membantu kalian yang sedang butuh jawaban."

Janu mengerutkan dahi, ia mengambil pulpen di meja belajarnya kemudian menuliskan seseuatu.

Kemudian kertas itu kembali memunculkan jawaban.

"Wah kalian ingin mencari batu itu.  Aku tidak bisa memberitahu kalian secara sekaligus. Kalian ingin mencari batu berwarna apa?"

Satria mengambil pulpen yang ada di tangan Janu secara kasar, ia kemudian menuliskanya di buku yang bernama Bookpedia.

"Batu Roccia berwarna biru. Kalian akan menemukanya disini, akan aku kasih sedikit petunjuk untuk kalian.

Mereka indah bagi sebagian orang.
Bak bunga Lily orange tempat itu kini tak pernah didatangi.
Tempat para manusia mencari jawaban dengan segudang pertanyaan. Tempat yang tak ingin kamu pijak, meski sering kamu lihat.
Dia ada di 2.160 detik sekitarmu!
K(07). L(07).

Di manakah aku?"

Setelah kalimat itu tertulis, dan Satria menuliskan permintaan untuk memberitahukan jawaban, buku itu tak lagi mengeluarkan kalimat apapun.

Janu menghela nafas. "Woilah anjing. ini apaan coba?"

Varo membulatkan mata setelah mendengar ucapan kasar yang Janu lontarkan. Jika Janu sudah berkata kasar, maka dunia sedang tidak baik-baik saja.

"Wait." Rai mengamati kalimat perkalimat dengan serius.

Kemudian Janu menolehkan kepala. "Lo tau Rai?"

Rai mendongak. "Oh ya jelas. Gue nggak tau."

Janu mengamati kalimat itu, begitupun dengan Rai dan Satria. Varo sedang berfikir dengan melamun, seperti sudah kebiasaan Varo untuk melamun.

Satria mengerutkan dahi. "Lily Orange? Lily orange itu punya arti kebencian, kesombongan. Dan tempat itu tak pernah didatangi? Tempat ini berarti udah terbengkalai. Dan tempat yang sering kita lewatin tapi nggak pernah kita datengin? Apa ya? banyak sih tempatnya apa museum?" Kata Satria melontarkan kalimat.

Janu terdiam. "Museum yang sepi itu? museum fosil? soalnya ada kata tempat manusia mencari jawaban. Tapi nggak tau gue, 2.160 detik artinya apa. "

"2.160 detik berapa jam?" Tanya Rai tiba-tiba.

"Tiga jam. " Kata Varo spontan. "Dia ada di sekitar 3 jam dari kita? bukan 3 jam mungkin ini lebih ke 3 km? museum kan 3 km dari rumah kita?"

"Fokus ke Lily orange. Tempat yang waktu itu pernah ada kasus, tempat apa sih itu?"

"Perpustakaan tua. Perpustakaan itu ditutup karena pemiliknya kena kasus sama perpustakaan kota. Dia menolak kerjasama karena dia mau berdiri sendiri dan merasa mampu."

"Terus yang K(07). L(07) itu apa?"

"Ilmu ekonomi."

"Lah anjir? kenapa jadi nyambung ke ekonomi?" Rai kelewat kesal dengan pernyataan dari Varo barusan.

Varo mengangguk sebagai jawaban. "07+07 itu 1,4 kalo dijumlah. Dan kita bisa pake pendekatan Increasing Returns to Scale(IRS) dengan penjelasan apabila hasil penjumlahan pangkatnya lebih dari satu maka itu IRS.
Output akan bertambah lebih dari x kali lipat, kita lupakan kata output disini. Dan kita tau x yang ada di clue adalah 3. Maka bertambah lebih dari 3 kali lipat. Jawabanya adalah 4. Jarak 4 km." Varo menjelaskan dengan wajah meyakinkan, meskipun Varo terlihat pintar sekarang. Teman-temannya dibuat tidak percaya oleh Varo yang jadi pinter ekonomi.

"Var, kok lo jadi pinter?" Tanya Janu tidak percaya.

Varo menggeleng, sifatnya yang absurd sekarang tidak ia tampilkan. "Gue emang dari dulu suka ekonomi, sih. " Katanya. "Jadi clue itu menunjukan 4 km dari kita, tempat apalagi? udah jelas itu perpustakaan kota. "

Rai mengusap wajahnya. "Buku ini goib tapi kenapa cluenya mengarah kayak gini, dipikir kita otak google apa?" Rai menatap kesal ke arah buku bersampul cokelat itu.

"Make sense sih Rai. Kan nama dia bookpedia, dan yang ngasih kita buku itu juga kelihatan mereka orang-orang pinter. Jadi ya menurut gue cluenya seputar ini. Pengetahuan luar. " Satria menanggapi ucapan Rai barusan.

Janu kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Bener apa kata Satria, dan apa yang di jawab sama Varo itu adalah perpustakaan tua, oke. Kita kesana besuk habis pulang sekolah—"

"Dan gudang perpustakaan. batu Roccia ada di gudang, sesuai dengan clue tulisan segudang di tulis tebal. " Varo kembali bersuara dengan memotong ucapan Javio.

"Oke Var, deal ya?kita besuk ke perpustakaan tua?"

"Deal."

Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang