14.δεκατέσσερα

26 3 0
                                    

        Rai dengan wajah memelasnya sekarang tengah berdiri di sebelah tubuh Arsen yang tengah terduduk di kursi perpustakaan, dengan buku yang berjejer dihadapan Arsen. Entah apa yang ia kerjakan pagi-pagi seperti ini, hal itu membuat Rai enggan untuk menganggu, Arsen adalah teman sekelas Rai yang merupakan peringkat satu parallel, dan jika ada seseorang yang menganggu ia belajar. Ia tidak akan segan-segan memarahinya, hal itu membuat Rai gentar, apalagi tatapan mata elang yang selalu dimiliki laki-laki ambis keturuan bule itu.

      Rai mengangkat alis tanda berpikir, apakah ia pergi ke kelas saja, nanti ia meminta bantuan kepada Arsen saat di kelas, daripada ia berdiri di perpustakaan seperti orang bodoh, jadi, dengan langkah gontai ia mulai membalikan tubuh.
      "Ada apa, Rai?" suara dari Arsen mampu membuat Rai mengurungkan niatnya. Rai langsung memasang wajah sumringah dan duduk di samping Arsen.

     "Nggak apa-apa ni lo gue ganggu?" tanyanya takut-takut, wajah Arsen ini sudah memasang wajah menyeramkan soalnya.

   "Ya."

    Rai mengambil gulungan kertas di kantong celananua, ia ingin ini cepat-cepat selesai. "Lo bisa bantuin nyelesain ini nggak, ini soal matematika." Ungkapnya, sembari mendorong kertas itu tepat dihadapan Arsen.

       Arsen mengerutkan dahi, membaca tiap inci soal yang ada di kertas itu, "Lo lagi main apaan, sih?" tanyanya tidak habis pikir.

"Biasa, main slot." kata Rai sekenanya.

"Tobat, anjir. Bentar lagi bulan puasa," Arsen berujar sembari menggeleng melihat tingkah laku Rai.

   Kemudian, atensinya beralih dikertas yang ada dihadapanya, ia memegang dagu tanda berpikir.


Pusat kehidupan, semua terjadi akibat 'dia' semua dihalalkan, kejahatan, keserakahan semua terjadi karenanya. Sangat dilindungi, sangat tersembunyi, kejayaan demi kesenangan, ia mempunyai tiga angka=75
5>2, 1/4...?

   

"Ini sistem persamaan tiga variable," Arsen berucap sembari menuliskan sesuatu di kertasnya, tangannya dengan lihai menari di atas kertas, pertanda ia sudah menemukan jawabannya.

"Disini kita suruh cari 3 angka dari bilangan 75, ini kita anggap aja, 75=x+y+z sebagai persamaan 1. Nanti ini disubtitusikan. Kalau gue jelasin ke lo juga kayaknya enggak bakal ngerti, Rai." kata Arsen tepat sasaran.

Rai menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Jadi apa jawabannya?" tanyanya, ia ingin cepat-cepat kembali ke kelas, takut ada guru di kelas. Kalo si Arsen nggak ke kelas juga sudah pintar.

Arsen mengembalikan kertas yang tadi diberikan oleh Rai, bedannya kertas itu sekarang sudah ada coret-coretan dari Arsen.

"Bilangan  ada 3 tersebut yaitu 40, 15 dan 20—Angkanya acak banget," kata Arsen sembari menatap wajah Rai yang terlihat bingung.

"Sen, lo kan pinter ya, lo tau nggak maksud dari teka-teki ini apa?" tanya Rai melunjak.

Arsen memasang wajah malas, "Bantu jawab. Nggak tau," katanya sekenanya.

Rai mendengus kesal, setelah itu ia mulai berdiri dari kursi sebelah Arsen, "Gue balik ke kelas, makasih ya bro udah bantuin, berkah-berkah dah ilmu lo. Nggak ke kelas lo?" tanya Rai pada akhirnya.

Arsen menggeleng, "Iya sama-sama, gue ada bimbingan olimpiade, jadi nggak ke kelas hari ini."

Setelah Arsen mengucapkan itu, Rai mengedarkan pandangannya ke arah buku-buku yang ada di hadapan Arsen sedari tadi, ia baru menyadarinya, jika buku setebal dosa itu adalah buku olimpiade matematika. Dengan bergidik ngeri, kemudian ia melenggang pergi meninggalkan Arsen yang kembali berkutat pada buku-bukunya.

Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang