O7. επτά

54 4 0
                                    

|

  "Gaya sok keras, tapi lihat gitu aja. Pingsan, apalah lo Var."

Perkataan Satria merupakan hal yang pertama kali menyambut Varo kala membuka mata, ia melihat sekelilingnya dan manusia-manusia yang mirip mereka itu, masih berada di kamar milik Janu.

"Karena Varo udah sadar, kita perkenalan dulu. Sebelumnya nama gue Javio. Iya seperti yang kalian lihat, gue mirip sama temen kalian yang namanya Januardio, kan?" Mendengar ucapan dari seseorang yang bernama Javio itu, mereka mengangguk.

Pokoknya mereka cuma mau iya-iya aja. Soalnya mereka juga nggak ngerti apa yang mereka alamin sekarang, jadi sebagai perlindungan diri dan mencari aman, mereka tidak mau banyak komplen.

"Gue Renafi. "

"Saka."

"Jaendra."

"Sean."

"Satya?" Ucapan dari Janu membuat mereka dilanda keheningan, Rai dan Satria sangat mengenal seseorang yang bernama Satya itu. Mereka memiliki hubungan yang tidak baik di tempat mereka bersekolah. Satya terkenal dengan sifat yang angkuh dan sombong, dan secara tidak sadar masing-masing dari mereka telah mengibarkan bendera permusuhan.

Varo mendudukan diri, menatap wajah seseorang yang mengaku Sean tersebut. Ia tentu mengenal sangat dengan seseorang yang sangat mirip dengan Sean. "Lah, Satyanjing." Satya memiliki hubungan yang tidak bagus dengan Varo, bahkan mereka bermusuhan secara terang-terangan.

Sean yang ditatap tidak enak oleh empat remaja dihadapanya itu lantas mengerutkan dahi. "Oh kalian punya hubungan yang nggak baik ternyata. " Katanya.

Rai menatap Javio dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan. "Eh Jaivo, jadi kalian ini siapa?" Tanyanya.

"Namanya Yupi goblok. Bukan Jaivo. " Kata Satria meralat ucapan Rai, walau sebenarnya ucapanya barusan tidak berguna sama sekali.

Janu menatap mereka datar. "Namanya Javio anjir, bukan yupi atau Jaivo."

"Oh."

Jaendra tertawa. "Anjir Ren, lo yang disini dodol banget." Katanya,  sembari memukul Renafi.

Rai menatap Renafi. Rasanya Rai seperti berkaca jika melihat orang dihadapanya itu. "Lo pinter ya? kok gue dodol banget, sih." Katanya ke arah Renafi. Renafi menatap datar. "Belajar, biar pinter. " Ujar Renafi sekenanya.

Sedangkan Javio yang melihat itu hanya menggeleng heran.
"Jadi kami adalah kalian, ya benar. Teori yang kalian udah bahas itu bener, bahwa bumi bukan satu-satunya planet dan kehidupan bukan hanya satu-satunya yang ada di bumi.
Kami dari dunia Zwischensug. Meskipun kami terlihat sama dengan kalian, sebenarnya kami nggak bener-bener sama, entah itu sifat ataupun takdir. Dan dunia kami tentu lebih maju daripada dunia kalian saat ini. Kami hanya memilih salah satu dari ribuan kehidupan yang mirip dengan kami. Karena kita adalah Universe yang sedang terancam. Pemerintahan di dunia kami sedang membuka paksa antara portal dunia kalian dan dunia kami. Tentu itu bukan hal yang bagus, karena pemerintahan di dunia kami, tengah menyusun rencana untuk menguasai dunia kalian— Dunia manusia."

"Jadi kalian bukan manusia?" Tanya Janu memotong penjelasan.

"Kami manusia yang sedikit lebih beruntung—kami punya kemampuan diluar batas manusia. Ya, singkatnya seperti itu. "

"Kembali ke masalah awal, bahwa pemerintah dunia kami, tengah berusaha membuka portal. Sebenarnya tidak ada cara untuk membuka portal selain dengan batu Roccia. Batu tersebut memiliki kekuatan magis yang dapat menciptakan dan menghancurkan. Namun, mereka para petinggi negara kami, berusaha memalsukan batu tersebut dengan penyusun batu yang telah diteliti oleh beberapa ilmuwan. Pembuatan batu itu telah selesai. Hanya tinggal tunggu tanggal pembukaan portal. "

Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang