O5. πέντε

43 4 0
                                    

|

Janu sampai didepan perpustakaan tua. Ia berniat mencari buku yang sekiranya mampu menjawab pertanyaanya setelah percakapan nya dengan Satria dan Rai tadi saat jam istirahat. Sehingga, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan tua setelah pulang sekolah.

Dan, berdirilah ia disini, di depan pintu masuk perpustakaan tua yang sudah jarang didatangi, mengapa Janu pergi ke perpustakaan ini daripada ke perpustakaan kota? Karena, menurutnya perpustakaan ini lebih lengkap karena jarangnya manusia yang datang dan tidak mengambil buku-buku disini. Manusia saat ini seperti melihat hal yang menjijikan jika ia menemui buku. Jadi, menurut Janu, buku yang dibiarkan tanpa ada penjagaanpun didunia saat ini. Tidak akan hilang, karena sifat manusia yang anti buku.

Janu memasuki perpustakaan, dan benar seperti dugaanya ia hanya mendapati salah seorang pustakawan yang menjaga disana. Pustakawan itu sudah cukup lanjut usia. Ia menyapa Janu yang masuk ke dalam perpustakaan.

Perpustakaan ini luas, meskipun berakhir menjadi sesepi ini, Perpustakaan ini pernah ramai pada masanya. Mungkin, karena ada perpustakaan kota yang lebih modern membuat para pelanggan pergi menuju ke perpustakaan yang baru.

Janu memilah buku-buku yang ada di sana. Ia mendapati buku bercover warna biru tua yang cukup menarik perhatianya. Tanpa pikir panjang dia mengambil dan berjalan membuka pintu ruangan tempat baca.

Ruangan ini tidak didapati satu orangpun, meskipun sepi. Ruangan ini tetap menenangkan dengan bau buku yang khas.

Janu  fokus membaca buku dengan judul Multiverse. Banyak kalimat yang tidak ia mengerti, karena bahasa yang digunakan cukup berat.

Menit ke jam sudah berlalu sejak Javio berada di ruangan ini. Hingga tiba-tiba cahaya sangat menyilaukan memasuki ruangan yang ia tempati sedari tadi. Setahu Janu, tempat baca ini tidak ada ventilasi ataupun jendela. Sehingga tidak memungkinkan cahaya matahari memasuki ruangan.

Hingga, ia mengedarkan pandangan,  seperskian detik setelah melihat ruangan ia secara tiba-tiba memundurkan langkah hingga terbentur rak buku di tempat baca.

Ia dibuat jantungan setengah mati karena ada hologram didepanya, dengan wajah seseorang yang sangat mirip dengan dirinya. Hanya warna rambut saja yang membedakan penampilan antar mereka.

Janu melemparkan buku yang sedari ia pegang kearah hologram berwarna biru dan hijau itu. Ia tidak menyangka jika perpustakaan ini berhantu. "Lo siapa setan?!" Tanyanya dengan wajah takut.

Orang di dalam hologram itu tersenyum sembari mengayunkan tangan. "Halo, gue Javio."

Janu mengusap wajahnya dan menetralkan detak jantung. Ia kembali mendudukan tubuhnya di kursi. "Terus lo penghuni sini?"

Seseorang di hologram itu tertawa setelah mendengar pertanyaan Janu. "Setan sekarang terlalu modern ya, sampai pakai hologram gini?"

"Gue tahu lo pinter, Jan. Jadi, gue rasa lo sadar bahwa itu nggak mungkin. "

Janu terdiam ia mengerutkan dahinya. "Lo, gue di multiverse lain?" Tanyanya lagi.

Seseorang yang mengaku bernama Javio itu mengangguk. "Iya, gue diri lo di multiverse lain. Kami butuh kalian. "

"Kalian?"

"Iya, Satria, Rai sama Varo. Mereka sahabat lo kan Jan?"

Janu mengangguk sebagai jawaban.
Dan setelah itu Javio menatap Janu penuh harap, seperti menaruh harapan yang besar akan adanya Janu dihadapanya saat ini.

"Janu,  dunia gue lagi nggak baik-baik aja. Dan ini berhubungan sama dunia lo. Kita butuh kalian, karena ini akan menganggu keseimbangan antar Universe. Gue juga perlu bicara sama temen-temen lo yang lain."
Javio berujar sembari menatap Janu.

Janu terdiam. "Kami nggak bisa apa-apa." Katanya setelah mendengar penjelasan seseorang yang menjadi hologram itu.

"Ramalan dibuku kami, tidak pernah salah."

Dan setelah Javio berujar seperti itu. Hologram yang ada di hadapan Janu menghilang, menghilang tanpa jejak, seperti tidak pernah ada apapun.

Janu menyandarkan tubuhnya ke kursi ruangan ini. Ia memijat pangkal hidungnya pusing. Dengan tergesa Janu merapikan buku yang ia baca dan pergi keluar ruangan tempat baca. Ia akan segera kembali ke rumah dan menghubungi Satria dan Rai untuk pergi ke rumah Janu. Mengingat Varo yang sekarang berada di Jogja tidak memungkinkan untuk mengajak dirinya.

|

    Sesampainya di depan rumah, Janu segera memarkirkan motornya di halaman rumah miliknya yang luas. Ia membuka pintu rumah dengan kunci yang ada di kantung celana, tanpa mengucap salam ia menyelonong masuk ke dalam rumah. Karena dia yakin bahwa rumahnya tidak ada seseorang. Kedua orang tuanya tengah berkerja hingga larut malam. Sehingga rumah Janu di siang hari akan sangat sepi.

Janu bergegas menaiki tangga ke lantai atas, tempat kamarnya berada. Ia membersihkan diri dengan mandi dan mengganti bajunya yang sedari tadi terbalut seragam sekolah.

Sekarang ia tengah duduk di meja belajar, mengamati jam di dalam kamarnya yang jarum jamnya terus berputar. Ia mengetuk-ngetuk tangannya, menimang-nimang apakah harus memberitahu mereka saat ini atau besuk saja setelah Varo pulang dari Jogja.

Karena terlalu lama berfikir, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu ketiga temannya esok hari saja kala di sekolah.

Terlepas dari Varo yang berada di Jogja, sebenarnya Janu tidak ingin terganggu apalagi diganggu karena tugasnya saat ini sudah menumpuk, berontak meminta untuk segera dikerjakan. Dan jika ia memanggil Satria dan Rai kesini, Janu tidak akan bisa mengerjakan tugas karena dua manusia yang berisik itu.

Ia mengambil bukunya yang berada di meja dan mulai membuka buku paket fisikanya yang tengah mempelajari tentang energi. Ia mulai terlarut dalam bahasa yang berada di buku itu.

Bahkan, tanpa ia sadari dindingnya mengeluarkan segaris cahaya membentuk persegi panjang yang besar, dan setelah itu kembali redup. Meninggalkan goresan berbentuk persegi panjang menurun di sana.

.

Multiverse (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang