"Gimana?"
Aku bengong ketika bang Polim malah memintaku menjadi asisten Pak Wisang selama jadi surveyor semingguan ini.
"Tapi Bang.."
"Abang soalnya lagi repot Den siapin laporan semester. Apalagi bos baru rewelnya kek apa, pusing abang juga"
Aku terkekeh mendengarnya.
"Katanya abang mepet doi? Masa ikutan pusing?"
"Mepet apaan? Ogah gw kek gituan sih modelannya. Ampun tobat gw!"
Aku kian terkikik mendengarnya. Bang Polim aja yang cowok paham cewek seperti apa itu si bos. Hahaa.
"Oke ya Den, gw mau ke ruangan bos dulu diskas soal planning next triwulan. Loe tolong dampingi tamunya dan sediakan apa yang dia butuhkan"
Aku mengangguk kecil pada akhirnya. Mau gimana lagi, aku paham sibuknya bang Polim saat ini.
Berkas bakalan audit sudah aku siapkan dan akan jadi bahan pemeriksaan surveyornya. Meski agak segan, aku mau tak mau harus menemani dia juga.
Tiba didalam ruangan, aku melihat Laura tengah menjelaskan tentang proses pengecekan kualitas di bagian kami. Lumayan juga ada dia yang bisa menjelaskan lebih banyak.
Aku sedang menekuri beberapa dokumen ketika suara bass menyebutkan namaku. Kepalaku kontan menengadah dan menatap sumber suara.
"Bu Denara, Bisa dijelaskan rencana development quality dalam satu tahun ke depan?"
Eh, dia nanya aku?
"Baik Pak, sebentar saya hubungkan dulu dengan datanya"
Aku lalu menarik kabel proyektor dengan laptopku dimana tabel rencana yang sudah ku susun sudah di setujui bu Cyntia barusan. Ku paparkan apa yang menjadi rencana kami ke depan.
"Yang tahun lalu ada? Sekalian dengan laporan progres hingga selesainya ada?"
Aku mengangguk lalu membuka file planning tahun lalu yang sudah terlaksana.
Beliau manggut-manggut dan sesekali menatapku intens. Hhm, dia kenapa?
"Kamu tahu bedanya planning tahun lalu dan tahun depan?"
Aku mengangguk kecil, ragu.
"Planning tahun depan lebih lengkap dan runut, tidak abu-abu seperti tahun sebelumnya. Tahu bedanya?"
Aku menggeleng kecil
"Probability dan achievement, itu yang bikin beda. Bagus, lebih deskriptif"
Ah lebay si bapak, membela ibu bos banget.
"Nanti kamu akan tahu bedanya di triwulan pertama saat laporan realisasinya. Lebih masuk akal hasil yang dicapai, lebih kuantitatif"
Aku mengangguk kecil saja mengiyakan.
"Ngomong-ngomong sudah mau waktunya makan siang. Maaf saya harus break juga"
"Oh iya Pak, kami sudah siapkan lunch boxnya juga"
"Ah saya gak mau di kantor. Cari tempat diluaran boleh? Kalau misal belum disiapkan gpp, temani saya saja ya makan di luar"
Lho, koq gitu?
"Tapi mohon maaf bang Polimnya belum siapkan kalau diluar"
"Gpp, saya bilang biar saya yang urus"
Eh koq tamu gitu.
"Ayo, ikut saya. Kamu juga"
Laura menatapku lalu mengangguk kecil. Baiklah, apa maunya tamu saja kalau begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Gacoan
RomanceApa jadinya jika pernikahan kita hampir batal karena pengantin lelakinya kabur persis menjelang akad suci terucapkan? Relakah jika sang pengantin lelaki di ganti oleh seseorang yang ternyata pernah singgah walau sekejap? Pernikahan seperti apa yang...