Sepertinya aku tidak bisa lagi berlama-lama tinggal disini hanya untuk makan bersama yang gak bikin aku selera sama sekali.
Aku gegas keluar dari pintu samping yang langsung mengarah ke arah parkiran. Niatku mencari ojek online yang standby saja tak peduli berapa ongkos yang harus aku tanggung.
Menelusuri jalan raya yang cukup besar, mataku masih mengerjap basah mencoba menahan aliran bening yang seakan ingin meluncur deras. Tanganku sesekali menghapusnya cepat.
Ojek, kamu kenapa gak ada yang standby? Mataku mengarah ke sana sini mencari ojek berbaju apapun. Aku hanya ingin pergi dari sini segera. Ah, taksipun gak papa deh. Yang penting aku bisa segera pergi dari sini. Titik.
Sebuah taksi berwarna biru terlihat baru saja menurunkan penumpangnya dan langsung saja aku mencegatnya untuk naik.
Usai ku sebutkan tujuanku, taksi itu melanjutkan perjalanannya menembus jalan raya yang cukup padat dan ramai.
Saat aku tengah mengusap pipiku yang agak basah, netraku menangkap sosok yang berdiri diparkiran restoran yang ku tinggal tadi.
Lho, kenapa dia ada disana?
Apa dia mengetahui kepergianku barusan?
Duh, ini orang kepoan sekali ya. Mau apa coba?
🌷
Akhirnya aku makan di warung belakang gedungku dengan gado-gado yang menjadi kesukaanku. Tadi katanya Ucha juga baru dari sini dan ku bilang saja kalau aku baru pulang dinas luar.
"Neng Dena kurusan keknya. Capek ya neng abis jadi penganten? Hehe.." bang Rojak iseng menyapaku dengan tangannya yang asyik mengulek bumbu gado-gado.
"Ah biasa aja Bang, kurusan kalo dilihat dari Monas yee.."
"Hahahaa sa aee.."
Aku tersenyum kecil menanggapi usilan bang Rojak. Gak tahu saja dia kalau aku baru saja jadi janda beberapa menit lalu.
Janda ya?
Gimana nasibku nanti?
Seburuk apa sih jadi janda itu?"Eh neng, abis dimarahin pak bos ape? Napa pada bengkak itu mata?"
Aku tergeragap dan langsung mengusap pipiku dengan ujung lengan bajuku.
"Hehe kelilipan tadi bang, mana kerjaan lagi banyak. Jadi dipaksain aja"
"Oh kirain, ato ape lagu berantem ame yayang gitu? Kagak lah ya, masih baru masih anget-angett banget hehehe"
Aku hanya tersenyum kecil saja menanggapinya. Bang Rojak emang kocak orangnya.
Kami sudah kenal lama sejak aku ngantor disini jadi sudah begitu akrab dan beliau memang kebapakan gitu bin perhatian sama langganannya.
Lupakan dululah masalahku. Yang penting sekarang aku makan saja memenuhi rasa lapar dan mengusir kesedihan yang melandaku.
🌷
Hampir menjelang pulang, aku cukup takjub ketika tak dipanggil bang Polim untuk menemani tamu kami. Syukurlah, aku juga butuh waktu untuk bertemu yang lain usai kabur tadi.
Pekerjaanku juga menumpuk setelah beberapa hari ini mengurusi audit yang cukup rumit. Inilah resikonya jika kantor mau mempertahankan hanyak sertifikasi kualitas mutu, harus mau terlibat dalam proses monitoring pelaksanaannya.
"Dutdut, pulang kerja hang out nyok. Izinlah ke laki lu sesekali. Gw pengen jalan cuy.." seru Ucha sambil menepuk bahuku hangat.
"Boleh, yok.."
"Cihuy dah. Biar kagak bete kerja mulu kan? Eh tumben loe dimari, ada closing itu di ruang meeting. Gak ikut?"
Aku menggeleng kecil.
"Ada bang Polim biar aja"
"Cakep dah, asisten doangan mah gak usah ribet dah ah. Huhuy. Oce ntar tenggo aja yaa.."
"Siaap"
Ya udah sih, mending jalan-jalan kan daripada mikirin rasa sedih itu. Malesin banget nangisin suami laknat kek bang Fawaz. Hiy, sorry dah ah.
Baru saja aku menutup laptop ketika bang Polim muncul dari ruang meeting dengan muka cerah. Napa tuh orang?
Aku melirik dia yang masih dengan senyumnya menghampiri mejanya yang berada disebrangku.
"Sik asik sik asik kenal dirinya. Sik asik sik asik hatiku senang.. Hihaaa..."
Lha, nyanyi apaan si abang?
"Napa bang?"
"Eh Den, pak Wisang nyaranin kita bencmark nih ke Jogja. Bu Cynthia setuju walo ngomel-ngomel. Loe mau kan ikut? Gw ame loe yang disuruh berangkat. Eh sama Laura juga"
What? Bencmark?
"Benchmark apaan?"
"Studi bandung ke tempat dia di Jogja. Bayangin men, jogjaaa.. liburan tipis-tipis bisa kalii.."
"Dih seriusan?"
"Yoi, loe mau kan? Besok pagi kita pergi bareng dia pake pesawat. Ini mau gw urus tiketnya. Kirim foto ktp loe kita urus tiketnya. Soon yaa.."
Lah, napa jadi jalan-jalan judulnya? Tumben-tumbenan kita bencmark begini.
Eh tapi koq aku agak aneh, ngapain ngedadak gini?
"Besok berangkat jam 8 bareng dari kantor aja, nanti bareng pak Wisang ke airportnya. Loe siapin semuanya ya"
"Berapa lama Bang? Kan perlu ngitung baju juga"
"3-4 harian katanya. Nanti kita beli tiket berangkat aja, pulangnya nyusul. Oh iya, Laura juga ikut supaya bisa bantu back up data katanya"
Oh Laura ikut juga. Syukurlah jadi aku gak sendirian banget jadi cewek disana.
Okelah, gpp pergi dinas luar mendadak begini. Gak ada yang aku berati juga kalau aku pergi. Siapa juga yang diberati janda kayak aku? Dihempaskan suami begitu aja. Huh!
Tapi jujurly aku merasa seperti dikasih waktu untuk menghibur hatiku yang sedih ini. Apa ini inisiatif pak Wisang ya?
Eh apa dia tahu masalahku juga ya? Tahu darimana dia ya?
Ya sudahlah, yang penting aku besok kerja sambil menghibur hati dan diri agar tidak terpuruk.
Disaat aku ingin menguatkan diri, Tuhan membantuku memberi jalan untuk menghibur hati. Jalan-jalan sambil bekerja, apalah namanya, mungkin bantuanNya agar aku bisa menepi sejenak.
Terima kasih Tuhan...
🌷
Hai hai, mau info sekalian kalau Kisah Dewo sudah masuk Google Playbook ya.
Kisah Dewo judulnya sudah ganti ya, dari "Falling In Love" jadi "Nikah Kontrak"
Yang misal mau pdfnya langsung boleh kontak ke DM aku ya. Tapi harganya akan jauh lebih mahal dari yang di E-book karena alasan security🙏
Happy Fasting buat yang lagi menjalankan ibadah Ramadhan 🌷
🤩😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Gacoan
RomanceApa jadinya jika pernikahan kita hampir batal karena pengantin lelakinya kabur persis menjelang akad suci terucapkan? Relakah jika sang pengantin lelaki di ganti oleh seseorang yang ternyata pernah singgah walau sekejap? Pernikahan seperti apa yang...