MG 015

321 58 9
                                    

Aku melepaskan kantukku pada ranjang yang masih bersih belum dikasih seprei atau apa. Namanya Kos-kosan minimalis juga harus modal seprei juga ternyata ya, duh.

Ya udahlah aku alasi saja dengan selimut hello kitty yang selalu aku pake waktu dirumah Babeh. Seadanya, semampunya, gak usah neko-neko lah Denara. Semangat.

Jujur aku masih tak tahu harus bagaimana menghadapi bigbos baruku. Marahkah? Cemburukah? Kesalkah? Sumpah aku tak tahu.

Hiks, begini amat nasib hidupku. Ya Tuhan, tolong bantu aku melewati ujianMu yang satu ini..

Koper masih tergeletak terbuka diatas meja dan aku masih malas untuk memindahkannya ke lemari. Bada isya baru saja aku sampai kos-kosan ini karena rapatnya molor hingga sampai magrib. Gila kerja sekali bapak satu itu.

Aku menatap langit-langit rumah seraya melamun kosong. Entah apa yang sedang aku pikirkan, aku saja tak faham.

Tiba-tiba saja dadaku merasa sesak membayangkan suami halalku malah bermesraan dengan bu Cyntia bosku. Duh, biar gimana juga pernikahan kami kan halal dan sah dimata Agama juga negara.

Aku terisak dan berpikir ulang tentang hidup ini. Begitu banyakkah dosaku dimasa lalu sehingga harus mendapatkan ujian seberat ini? Hiks hikss.

Aku akan mencoba 1 bulan lagi. Apabila memang bang Fawaz akan menceraikanku seperti ultimatum bigbosku, ya sudah. Buat apalagi kan dipertahankan?

Menikah kan untuk bahagia dan juga beribadah kepadaNya. Jika keduanya tak aku dapatkan, sepertinya menikah tak usah dilanjut. Sendiri mungkin lebih baik sampai aku bisa bertemu dengan jodoh sejatiku.

Ya, akan ku bawa terus semua harapan dan doaku dalam sujud-sujud panjangku. Karena menciptakan siang dan malam saja Yang Diatas bisa, memberikan jalan keluar untukku tentu saja hanya hal sepele.

Bip bip

Ponsel yang berada di sampingku berbunyi. Aku menoleh dan ku dapati nomor asing yang tidak tersimpan di ponselku.

Keningku berkerut.

Nomor siapa ya?

"Denara, Kamu masih stay dihotel?"

Oh my God, pak Wisang?

Mau apa dia tanya-tanya? Malam-malam begini?

🌷

Ku bereskan kertas-kertas yang barusan di periksa dan di validasi. Repot bener apa saja di kroscek. Katanya hanya random check, tapi tetap saja semua di minta. Hadeuh.

Ponsel bang Polim berbunyi dan membuat dia izin pamit keluar ruangan sebentar. Laura sedang mengambil berkas lain yang diminta. Tinggallah aku dan surveyor di dalam ruangan rapat.

Ku lihat sekilas Pak Wisang menatapku aneh. Kenapa dia?

"Ponsel kamu semalam mati?"

Aku menoleh dan mengerutkan dahiku bingung.

"Tidak Pak, memangnya kenapa?"

"Soalnya pesan saya gak dibalas. Makanya tanya"

Deg, oalah. Aku paham maksudnya.

"Maaf Pak, saya semalam ketiduran lupa balas"

"Tapi kamu online terus bahkan sampai tengah malam. Balas pesan tapi gak bisa?"

Hufft, maksudnya apa tuh? Dih pengamat banget ngapain coba mantau status onlineku. Bapak-bapak beristri dan beranak ini kenapa kepo?

"Bapak kepo yaa.." Isengku sambil berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Padahal saya mau ajak makan di tukang nasgor depan hotel itu lho. Enak deh nasgornya, saya jadi pengen menu lain. Malas lihat menu hotel soalnya. Membosankan"

Lha, curhat si bapak nih.

"Maaf Pak saya sudah check out kemarin, jadi maaf gak bisa ikut makan barengan" Tukasku berusaha ramah

"Ooh pantes"

Pintupun terbuka dan ku lihat bu Cyntia masuk dengan baju seksinya yang kuramg bahan seperti biasa.

"Sang, siang lunch bareng lagi yuk. Si Fawaz dah on the way kesini. Aku tunggu diruanganku ya nanti"

Wajahku mendadak berubah jadi nano-nano. Mau kesini?

"Boleh. Tapi aku kangen gudeg jogja lho Cyn, kamu ada referensi?"

Bosku itu tergelak dan menarik kursi yang ada didepan pak Wisang.

"Ya ampun Sang, baru berapa hari dah homesick makanan kampung gitu. Ampuun dah"

Pak Wisang terkekeh pelan sambil menyimpan berkas yang dia pegang.

"Tanya Denara deh, ada gudeg resto dekat sini gak ya? Kamu kan pegawai disini"

Eh koq malah aku?

"Ada di halofood Pak, bisa order online"

"Ah ke restonya saja kalau ada. Saya paling ndak suka online-online gitu. Sensasinya beda. Kamu bisa antar?"

Duh, males banget ih. Gimana kalau nanti ketemu bang Fawaz?

"Maaf Pak, saya kurang tahu kalo restonya. Kurang hapal"

Terdengar suara decakan dari bigbosku itu.

"Nti si Fawaz cariin Sang, loe ribet bener dah ah. Cuma makan doangan. Gw bisa pesen di resto langganan gw. Dah loe ikut aja sekarang.

Pak Wisang terbahak kencang.

Ponsel bu Cyntia berbunyi dan langsung sigap ia angkat.

"Iya Yang, langsung ke lantai 7, kami di meeting room Rose 2. Dari lift ke kanan ya lurus aja. Oke bye"

Whaaat? Bang Fawaz mau naik kesini? Duh, gimana ini?

Tanganku langsung gemetar gak karuan. Ya ampun, harus kabur ini judulnya.

Segera, secepatnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya!

🌷



Happy weekend 🌷

Happy weekend 🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantan GacoanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang