MG 019

289 63 18
                                    

Menikmati malam di rumah pak Wisang ternyata menyenangkan. Rumahnya benar-benar rumah joglo khas Jogja. Halamannya luas dari depan samping semuanya tertata apik dengan berbagai tanaman kecil maupun besar.

Kami ditempatkan di rumah joglo samping barat rumah beliau yang ternyata ada juga taman bermain untuk anak. Terlihat Aimee anaknya pak Wisang asik bermain ayunan sambil di suapi sesekali oleh mbak pengasuhnya.

"Gimana, jalanan lancar?" Sapanya ramah saat kami semua sudah bersalaman dengannya.

"Aman jaya pak.. suasananya rumahnya ini juga keren banget vibesnya Pak. Hehe" cetus bang Polim tak kalah ramah.

"Biasa saja, rumah tua ini, peninggalan keluarga turun temurun yang harus terus saya rawat"

"Cakep banget Pak, kalau siang kayaknya bisa foto-foto juga.." balas Laura tak kalah heboh.

"Silakan kalau mau, pintu ini terbuka lebar.."

Tak lama sosok wanita sepuh keluar dan menyapa kami dengan lembut dan ramah. Walaupun sudah berumur, kecantikannya masih tampak tersisa dari wajahnya yang bening dan ayu.

"Ini tho teman-temannya Cyntia Mas? Yang dari Jakarta?"

"Dalem Bu, mereka mau Mas kenalkan dengan system yang diterapkan di perusahaan sini juga. Jadi enak kontrolnya nanti"

"Oalah, bagus tho. Kamu jadi ndak usah banyak pergi-pergi terus, kasian Putuku nanti kalau kamu dinas Mas.."

Lho, ibu kenal Cyntia juga? Aku sama bang Polim saling mencuri lirik mendengarnya.

"Gak usah heran, cyntia masih sepupu jauh saya dari pihak Bapak." Jelas Pak Wisang sambil tersenyum kecil.

Ya ampun, dunia koq tidak selebar daun kelor ya. Pantesan si madam itu nurut banget sama pak Wisang.

"Dulu itu, Wisang sama Cyntia kuliahnya bareng. Mereka itu kayak tom sama jerry, berantem terus entah berantemin apa. Yang satu manjanya kelewatan, yang ini sukanya judesin sepupunya. Tapi ya gitu, kalau jauh kangen. Kalau deket kayak opo ae. Yo Mas?"

Pak Wisang terkekeh kecil mendengar kalimat panjang ibunya.

"Ayo silakan disambi dulu makanan pembukanya, sebentar ya ini lagi disiapkan dibelakang makan malamnya"

Kami semua mengangguk ramah kepada sang tuan ramah yang begitu ramah dan baik hati.

"Pak, saya numpang ke toilet. Kebelet" seru Bang Polim tiba-tiba.

"Saya juga Pak, tiba-tiba aja ketularan. Hehehe" Laura tak kalah besernya dengan Bang Polim yang sudah sibuk memegang perutnya.

"Oh kalian masuk ke pintu itu ya, lurus sebentar terus belok kanan ada 2 toilet berjejer. Silakan"

Tinggal aku yang menatap kepergian mereka aneh. Beser koq bisa kompakan? Heran.

Tinggallah aku dan Pak Wisang yang duduk melingkari meja bulat di halaman samping rumahnya itu.

"Dena, kamu okay?"

Sebuah sapaan menyeru runguku dan membuatku menoleh ke sumber suara.

"Ya Pak?"

"Saya to the point saja. Kamu istrinya Fawaz?"

Deg, koq tahu?

"Kamu gak usah heran begitu. Saya menguping pembicaraan kalian kemarin di samping toilet resto"

Ya Tuhan, seriusan?

"Awalnya saya tidak mengerti kalian bicara apa. Tapi lalu saya mengerti semuanya. Kamu, Fawaz, dan Cyntia"

Mantan GacoanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang