Peresmian

19 2 0
                                    

Elena masih berdiri kaku ditempatnya, ekspresi cengo dengan mata yg sedari tadi tidak berkedip menatap zean yg juga kini tengah menatapnya dengan raut wajah datar,

Elena masih berusaha mencerna dengan baik kata perkata yg baru saja diucapkan zean dan memasuki indra pendengarannya, memastikannya berkali kali apa mungkin dia salah dengar, apa kata zean tadi I love you, berarti beberapa menit yg lalu zean baru saja menyatakan cinta padanya, apa ini hal yg benar terjadi atau memang elena yg salah dengar

"Tadi ka-kamu bilang a-apa kak?" gugup elena seraya masih terus menatap manik tajam hitam kebiruan milik zean

"i love you" enteng zean tanpa dosa, membuat elena makin melotot sempurna

"apa? Lo masih ga denger, perlu gw teriak pake toa?" ketus zean, sedetik kemudian elena mengangguk cepat detik berikutnya dia menggeleng cepat, membuat zean menautkan alisnya

Tiba tiba bayi laki laki dalam gendongan elena menangis, membuat tautan tatapan keduanya terputus karena keduanya langsung beralih menatap bayi mungil yg jarus menjadi yatim piatu sedari ia dilahirkan.

"Cup cup cup sayang" lembut zean sambil mengpukpuk pelan pantat si bayi yg ada digendongan elena membuat elena terkejut mendengar dan melihat apa yg tengah dilakukan zean, elena menatap lekat lekat wajah tampan suaminya yg kini tengah berada didepan wajahnya tersenyum kepada bayi yg sekarang sudah tidak lagi menangis dengan keras setelah zean mengusap pipi nya dengan sayang.

Elena masih sibuk menatap zean, rasanya dia tidak ingin mengalihkan pandangannya dari wajah zean barang sedetik pun, bukan hanya zean sepertinya elena juga sudah jatuh cinta pada zean.

"Ngedip kali, segituu terpesonanya lo sama gw" sindir zean saat ia menyadari bahwa elena sedaritadi menatap dirinya tanpa berkedip, elena yg mendengar penuturan zean seketika salah tingkah dengan cepat ia melihat kesembarang arah demi menutupi rasa geroginya setelah tertangkap basah oleh zean yg kini sudah tersenyum menampilkan smirk tampan miliknya.

"Kak ini minumnya" ucap dinda yg sudah meletakan dua cangkir teh manis dimeja yg terletak diruangan dekat dapur

"Thankyou din" sahut elena lalu melangkahkan kakinya kearah dinda diikuti zean dari belakang

"Oh iya dinda, adek lo siapa namanya?" tanya zean setelah mendudukan diri disofa tepatnya disamping elena

"Belum dikasih nama kak" sahut dinda pelan

"Kamu belum ngasih nama din?" tutur elena, dinda menjawabnya dengan menggeleng

"dinda bingung kak, dinda udah coba ngomong ke pak impun dan yg lain, sementara pak impun dan yg lain menyerahkan sepenuhnya kepada dinda, makannya sampai sekarang dinda bingung mau dikasih nama siapa" keluh dinda

"Kalo gw yg kasih nama boleh?" tanya zean dengan ekspresi seolah tidak ingin dibantah, membuat elena menatapnya lebih tepatnya memelototi zean, zean balik menatap elena takalah sengit

"bo-boleh kok kak mmmm" ucap dinda

"Nama gw zean" seru zean seperti tau apa yg dipikirkan dinda

"oh iya, kak zean" timpal dinda

"Elan Daniswara, gimana kalo itu nama buat adek lo" Ujar zean

"namanya bagus kak, jadi mulai sekarang nama dede bayi Elan daniswara" ucap dinda senang, sementara elena seperti ingin protes itu terlihat jelas dari sorot matanya dan bibir yg kini sudah terbuka siap mengeluarkan kata, tapi tangan zean langsung tertempel dibibir elena.

"gausah protes, liat anaknya aja suka dikasih nama Elan, noh dia senyum senyum" ucap zean seraya balik tersenyum kearah bayi yg baru saja ia beri nama

***

ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang