selamat jalan prisai bluesky

19 3 0
                                    

Maira keluar dari ruang ICU, diikuti dokter yg lain juga beberapa suster
"Gimana elena bunda?" tanya reinfansyah

"Elena kritis, dia belum sadar karena kepalanya terluka cukup parah, kita banyak berdo'a saja semoga elena bisa melewati masa kritisnya dan segera siuman" tutur maira, seketika matanya melebar melihat sosok yg juga ia kenal, Satu tetes air matanya lolos melihat Daveendra berdiri tegak didepan dirinya, menatapnya lekat lalu mencium tangannya sopan

"Vee, kamu masih hidup nak?" ucap maira dengan suara bergetar, daveendra hanya mengangguk sebagai jawaban. maira memeluk vee dengan tulus.

"bunda senang kamu selamat dan baik baik saja nak" ucapnya lirih setelah ia melepas pelukannya

"Apa kita bisa liat elena bunda?" tanya evano dan maira mengizinkannya.

"boleh, tapi kalian tidak bisa masuk semuaa, bunda permisi dulu" tutur maira, mereka hanya mengangguk termasuk zia

"sudah zia, jangan nangis terus mending do'ain elena biar cepet siuman ya" ucap maira sebelum pergi menangkup pipi putrinya dan mencium keningnya lembut.

Vee melihat shaka, seolah mengerti shaka mengangguk dan "Kamu saja yg masuk, kita tunggu diluar" ucapnya yg dibalas anggukan oleh vee

***

Dengan perlahan daveendra membuka pintu ruang ICU, menutupnya pelan. Berjalan gontai kearah sang adik yg terbaring lemah dengan bantuan beberapa alat ditubuhnya

Menatap lekat elena yg keadaanya sungguh jauh dari kata baik baik saja, melihat luka lecet yg membiru dijari jari tangannya, tangan yg diperban akibat ditusuk pisau, kepala yg juga dililit perban putih, kedua pipi yg memar terakhir leher dengan bekas cekikan yg sangat amat kentara

Membuat vee menggeram marah, nafasnya memburu seiring bergejolaknya amarah dalam dirinya, matanya tidak bisa bohong kilatan emosi tergambar jelas dengan telapak tangan mengepal kuat, dalam hati bersumpah bahwa ia akan membalas orang yg telah dengan tegannya melukai seseorang yg paling berarti dalam hidupnya, bahkan sejauh ini Alasan ia bertahan untuk hidup adalah Elena sang adik yg kini terbaring kritis diranjang rumah sakit.

Emosinya kian tak terbendung, sekuat tenaga ia kontrol tapi tetesan air matanya memberitahu bahwa keadaanya sungguh rapuh saat ini, kembali lelehan air matanya menyapa pipi nya menumpahkan segala luapan emosinya dengan menangis, tidak pantang bukan seorang pria untuk menangis?

Vee duduk, mengambil tangan elena dengan selang infus yg terpasang disana, menciumnya dalam disertai isakan memilukannya

"Maaf karena membuat kamu menunggu lama el, sampai kamu harus mengalami semua ini, maaf mas baru bisa datang menemui kamu disaat kondisi kamu seperti ini, mas mohon kamu harus bertahan, kamu harus bangun mas janji gaakan pernah ninggalin kamu lagi el" ucapnya tulus sambil terus menggenggam lembut tangan sang adik yg masih berjuang antara hidup dan mati.

Shaka masuk keruang ICU menghampiri vee yg kini sudah tidak lagi menangis, tapi jejak air matanya tidak bisa disembunyikan, shaka mengajak vee keluar karena dirinya sudah ditunggu.

"Bagaimana?" tanya vee kepada anak buahnya setelah ia dan shaka keluar dari ruang ICU

"Begini boss, kami sudah menyelidiki siapa pemilik pisau itu, kami juga sudah berhasil menemukan alamat orang itu tapi sayangnya saat kami tiba orang itu sudah dalam keadaan meninggal dengan beberapa suntikan ditangannya" ucap seseorang bernama jhonny

ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang