3.

161 28 0
                                    

"Makasih ya Zay, kamu udah mau jadi teman aku. Terus nemenin aku disini di rumah sakit, kapan kapan aku traktir kamu deh buat ucapan terima kasih"

"Iya iya, udah sekarang tidur aja cepetan nggak usah banyak omong"

"Iya iya ajay, sekali lagi makasih ya"

"Heem"

-------------------------------------------------------

Setelah beberapa jam Davin tertidur di ruangan itu, ia pun tersadar dan langsung mengajak Zayyan untuk segera pulang karena jam sudah menunjukkan jam 7 malam.

"Zay, ayo kita pulang ini udah malam loh. Kamu nanti dicariin sama orang tua mu."

"Bin, kamu itu masih belum pulih kamu harusnya dirawat disini sampe besok baru nanti kita pulang."

"Tapi Zay, aku nggak mau kalo Leo curiga aku nggak ada di rumah. Nanti kalau Leo tahu aku lagi di rumah sakit bisa bisa dia drop lagi. Aku nggak mau Zay dia masuk rumah sakit kayak aku gini."

"Hah ok kalau kayak gitu, tapi kamu harus istirahat total di rumah lo ya. Besok nggak usah masuk dulu, terus jaga kesehatan seminggu ini. Kata dokter kamu kemungkinan bisa drop lagi, kita kan nggak tau kamu sakit lagi atau nggak. Apalagi hasil lab mu juga belum keluarkan, jadi kamu harus bener bener jaga kesehatan lagi lo ya kalau nggak mau Leo tau tentang hal ini."

"Iya iya Zayyan si paling khawatirin temennya kalo lagi sakit, sekali lagi makasih ya udah mau nemenin aku di rumah sakit dari tadi siang."

"Heem ya, habis ini aku ke dokter dulu ya mau tanya kamu boleh pulang sekarang atau nggak"

"Ok Zay"

Setelah itu Zayyan pun bertanya kepada dokter apakah Davin boleh pulang. Kata dokter walaupun kondisinya Davin sudah stabil tapi dia nggak boleh kecapean dulu, soalnya tubuhnya masih lemah. Walaupun begitu Davin tetap boleh pulang asalkan minum obat tepat waktu dan menjaga kesehatan.

Sesampainya Davin di rumahnya, Davin dan Zayyan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu terlihat ayahnya sudah menunggunya untuk pulang, dan Davin sadar bahwa ayahnya itu sedang marah karena dirinya tak segera pulang. Tapi Zayyan tak sadar karena ia kira wajah ayahnya Davin dan Leo memang seperti itu.

"Ah, halo om. Permisi saya mengganggu, oh ya om tadi saya dan Davin sedang belajar kelompok om jadi kami pulangnya telat. Jangan marahin Davin om ini salah saya soalnya terlalu serius belajarnya, jadi lupa waktu deh hehe. "

"Oh iya nggak papa kok nak Zayyan makasih ya udah nganter Davin ke rumahnya."

"Iya om, sama sama. Kalau gitu saya pulang dulu ya om permisi."

"Oh iya nak silahkan."

Sepeninggal Zayyan ayahnya itu langsung berubah, dari yang sebelumnya sedikit melembut sekarang menjadi seperti biasanya.

"Kenapa jam segini baru pulang?."

"Tadi Davin masih belajar kelompok pa."

"Iya saya tau, tapi tadi kata temanmu kamu tadi nggak ikut jam ke lima dan keenam hah. Kamu sekarang udah berani bolos kelas ya wah..."

"Nggak pa, tadi temen Davin ada yang sakit jadi Davin anterin ke ruang uks terus karena nggak ada penjaganya jadi Davin jagain dia di sana"

"Kamu yakin kalau yang keluar dari mulut kamu itu kebenaran?. Awas kalau nanti ketahuan bohong kamu bakal saya hukum kamu lebih parah kalau kamu nggak jujur sama saya."

"Iya aku berani ngomong kalau aku jujur, juga tolong maafin aku ya karena sudah terlambat pulang"

"Ck iya iya, sekarang cepetan selesaiin tugas mu sebelum Leo pulang. Saya nggak mau ya kalau Leo drop lagi gara gara kamu."

"Iya pa, Davin juga paham posisi Davin sendiri juga kali. Davin kan cuma anak yang papa tampung karena sakitnya Leo kan, lagian nanti kalau Leo udah sembuh Davin bakal pergi dari kehidupan kalian kok tenang aja."

Setelah Davin mengatakan hal itu, tapi entah mengapa di dalam hati papanya merasa sedikit merasa sakit. Tapi setelah mengingat bahwa semua yang dikatakan Davin itu fakta ia pun langsung menepis rasa itu.

Dikamar nya, Davin segera ganti baju lalu melakukan semua tugasnya tanpa berhenti sedikit pun.

Karena ia mengingat kalau Leo tadi memintanya memasakkan makanan untuk nya ia pun langsung menyiapkannya, setelah itu ia taruh di meja makan dengan pesan.

'Leo nanti kalau udah pulang makan ini ya, kalau udah dingin panasin aja di microwave ya. Oh ya nanti kakak nggak ikut makan malam ya dek, soalnya kakak nanti mau fokus buat belajar aja. Jangan lupa istirahat ya adek'

Setelah menyiapkan semuanya Davin pun kembali ke kamar nya untuk belajar agar besok ia bisa menyelesaikan ujiannya dengan baik. Sebenarnya dia itu termasuk murid pintar yang selalu masuk ranking 5 keatas, tapi karena dia merasa bahwa itu masih belum cukup untuk bisa membuat orang tuanya kembali sayang kepadanya.

Ketika ia belajar tiba tiba kepalanya menjadi pusing kembali, tapi karena ia pikir itu bukan apa apa ia pun melanjutkan belajarnya sampai jam menunjukkan pukul 12.

Setelah itu ia pun langsung pergi untuk tidur. Sebelum Davin tidur seperti biasa ia pasti akan memeriksa apakah adiknya sudah tidur atau belum.

Didalam kamar adiknya, Davin melihat pemandangan yang seharusnya tidak mengganggunya lagi karena itu sudah biasa. Tetapi ia tetap saja terluka ketika melihat pemandangan itu.

Pemandangan dimana Leo dan ibunya berpelukan erat lalu tertidur bersama. Ia selalu memimpikan bahwa suatu saat nanti dia dan ibunya bisa tertidur seperti itu lagi.

Setelah memeriksa adiknya ia pun langsung masuk kamarnya, namun tepat ketika dirinya menutup pintu kamarnya ia pun merasa bahwa kepalanya yang pusing itu semakin berat dan lama kelamaan pandangannya terasa memudar dan akhirnya ia pun ambruk di depan pintu kamar yang sudah tertutup rapat itu.



*Spoiler dikit ah*

"Davin....!!!!!"



-------------------------------------------------------
*Hello*
*Yah ini bab barunya lebih sedikit dari kemarin karena ada kendala tapi moga moga kalian suka ya*
*Jaa naa*

Maafkan Aku // Xodiac •Davin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang