4.

184 28 0
                                    

Setelah memeriksa adiknya ia pun langsung masuk kamarnya, namun tepat ketika dirinya menutup pintu kamarnya ia pun merasa bahwa kepalanya yang pusing itu semakin berat dan lama kelamaan pandangannya terasa memudar dan akhirnya ia pun ambruk di depan pintu kamar yang sudah tertutup rapat itu.

-------------------------------------------------------

"Egh..., ini jam berapa?. Sakit banget kepalaku." Ujar Davin sambil memegangi kepalanya yang masih pusing itu.

"Hei anak pemalas ayo cepat bangun, kamu sudah terlambat 5 menit untuk menyiapkan makanan untuk kami. Cepat siapkan semuanya sebelum Leo bangun."

"Iya ma sebentar, Davin kesana sekarang" ucapnya sambil memegangi kepalanya yang masih sakit itu.

"Ck, gitu doang lama banget. Cepet selesaiin semuanya secepatnya, ingat kamu nggak boleh berangkat sekolah sebelum semuanya beres."

"Iya ma, baik."

'Kemarin aku ketiduran di lantai, tapi kok aku nggak inget?. Terus kenapa aku ngerasa pusingnya nggak kayak biasanya, sakit banget apa itu efek karena kemarin aku mimisan?. Ah.. daripada mikirin yang belum pasti mending selesain ini dulu deh.'

Tanpa ia sadari ada seseorang yang terus mengawasi dia dari belakang, dan orang itu berkata dalam hati.

'kenapa dari kemarin aku perasaanku nggak nyaman ya kalau nggak lihat anak itu di rumah ini, apa aku mulai mengkhawatirkan dia?. Nggak nggak itu mungkin cuma firasatku aja yang gampang nggak enakan.'

Setelah orang itu berbalik badan tiba tiba ada suara benda jatuh dibelakang nya, setelah itu ia melihat kebelakang dan menemukan bahwa anaknya yang ia benci itu tiba tiba menunjukkan gelagat yang aneh.

"Hei kamu bangun, jangan pura pura sakit kepala kamu ya."
Tapi tak ada reaksi dari orang yang sedang memegangi kepalanya itu. Karena ia merasakan rasa khawatir yang ia sangka perasaan kemanusiaan itu akhirnya ia pun hendak membawa Davin ke kamarnya lalu tiba tiba.

"Eh papa nggak usah repot repot Davin ke kamar dulu ya makasih udah mau nolongin Davin. "

"Heh, kalau mau di tolongin  itu ya jangan nolak. Saya lihat kamu kelihatan pucet gitu, saya nggak mau ya kalau Leo nanti drop gara gara ngelihat wajahmu itu."

"Iya pa tenang aja, habis ini Davin mau langsung berangkat kok. Jangan khawatir nanti muka Davin bakal jadi kayak biasanya lagi habis dari sekolah, kalau kayak gini Leo nggak bakalan drop lagi kan."

Dalam hatinya ia pun melanjutkan perkataanya dengan berkata.
'Lagian aku juga nggak mau kalau saudaraku ada yang meninggalkan ku lagi gara gara aku. Tenang aja pa aku juga sadar diri kok kalau aku cuma anak yang kalian anggap pembunuh yang cuma bisa numpang hidup dirumah itu juga karena khawatir sama keadaan Leo kan.'

"Bagus kalau gitu, cepet sana berangkat sekolah biar si Leo nggak tahu kalau kamu cuma orang yang nggak berguna."

"Iya pa ini juga Davin bakal berangkat sekarang."

Setelah mengatakan nya ia pun langsung pergi keluar rumah sesampainya ia di halte bis ia pun sempat berpikir, kalau misalnya dia diusir dari rumah nya setelah Leo sembuh mungkin dia akan tinggal di tempat itu saja sampai ajal menjemputnya.

"Hah, besok aku harus ke rumah sakit lagi." Katanya sambil memegangi kepalanya itu, jujur ketika ia mendengar kata 'rumah sakit' ia justru malah mengingat hal yang menyakitkan kembali. Dan ia berharap semoga hasil dari pemeriksaannya baik agar ia tidak harus mengunjungi tempat itu, tempat yang sering sekali ia kunjungi karena kondisi kakaknya yang saat itu berbeda dengan anak lain nya.

Maafkan Aku // Xodiac •Davin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang