Seorang lelaki memakai jas hitam sedang menahan tangisannya untuk tidak keluar berada di pemakaman kedua orang tuanya.
Lelaki berumur 27 tahun itu terus mengelus nisan. "Do'ain terus Alan ya, in syaa Allah Alan akan terus kuat sesuai dengan nama Alan sendiri," lirih Azlan sembari berdiri untuk berlenggan pergi.
"Nda, Yah, Za. Alan pamit, in syaa Allah nanti Alan kesini lagi. Assalamu'alaikum." pamitnya untuk langsung ke Kantor.
Azlan menyeka air matanya dan menyapa pengurus pemakaman.
"Assalamu'alaikum, Pak. Azlan pamit!"
"Sebentar nak," langkah Azlan terhenti.
"Ada apa, Pak?"
"Anak Bapak baru lulus, lagi cari kerja. Apa boleh Bapak meminta nak Azlan menerima anak Bapak di kantor nak Azlan?"
"Boleh pak."
>><<
Sesampai di Kantor para karyawan menyapa Azlan dengan senyuman tapi, Azlan hanya berdehem dan tersenyum begitu tipis.
"Lansung meting Zlan!" Azlan mengangguk lansgung ke ruang meting bersama asistennya yang tidak lain teman kuliahnya yaitu Sandy.
Azlan sendiri memilih menjadi CEO di perusahaannya sendiri bernama KANAFI GROUP. Azlan tidak memilih menjadi Dokter karena tak mau hal serupa terjadi yaitu selalu kehilangan malam saat orang tuanya bertugas ke rumah sakit.
"Zlan arsiteknya lagi sakit, terus gimana ngelanjutinnya?" bisik Sandy berada di samping Azlan.
"Apakah Bapak mempunyai arsitek?" tanya Azlan dengan sopan.
"Mohon maaf Pak, arsitek saya juga sedang sakit,"
"Baiklah, saya akan mencoba mencari dengan cepat!"
Meting pun berjalan lancar sontak Azlan dan Sandy mengucap hamdalah.
"Zlan, nyari arsitek dimana jaman gini?" keluh Sandy.
"Gue ada kenalan,"
"Okey lah kalau gitu, gue langsung ke ruangan,"
"Hm," balas dehem Azlan.
>><<
Azlan mencoba menghubungi temannya.
"Punya kenalan arsitek?"
[Lupa atau gimana, gue udah kirimin nomernya ke lo dari abad mana.]
"Oh iya, makasih." Azlan menutup pembicaraan di telepon.
Azlan langsung mencari kontak nama yang bertulisan 'Arsitek'
"Nah ketemu," gumamnya.
"Assalamu'alaikum, saya dari perusahaan KANAFI GROUP ingin mengajak kerja sama bersama anda."
Azlan mematikan handphone nya dan beralih menatap berkas-berkas yang lumayan menumpuk.
>><<
Sedangkan di rumah minimalist seorang wanita berhijab kegirangan sekali karena pertama ia mendapatkan kerja sama apalagi ini dengan perusahaan besar.
"Alhamdulillah, makasih ya Allah!" pekiknya dengan cepat ia membalas chat itu.
"Wa'alaikumsalam, in syaa Allah bisa pak. Bisa langsung ketemu?"
[Bisa, jam 14:00 di cafe Rehat.]
"Iya Pak,"
ALISYA MAULIDA NUR HAREEM berdecak kesal karena chatnya hanya di baca saja oleh Azlan.
"Berarti dia Gus Azlan adiknya Shena dong," gumam Alisya memandang langit-langit.
Panggilan Gus sendiri yaitu Azlan mengajar di pondok pesantren milik Alaskar sehingga ia sering di panggil dengan sebutan Gus sama seperti anak-anak Alaskar.
>><<
Di perjalan Azlan merasa banyak yang mengganjal di hatinya.
"Arsiteknya laki-laki atau perempuan?" monolognya lupa menanyakan.
"Sandy juga gak bisa ikut ada meting,"
Sesampai di sana Azlan memesan meja khusus biar tidak terganggu.
"Jika nanti ada yang menanyakan, langsung suruh ke meja saya!"
Azlan berjalan dengan sangat gagah dengan jas hitam di padukan kemeja putih di dalamnya membuat kesan tampannya bertambah seribu kali lipat.
Sembari menunggu Azlan mengecek kembali jadwal meting untuk besok di handphone nya.
"Assalamu'alaikum!"
'Astagfirullah, dugaan saya benar,' batin Azlan saat mendegar suara wanita.
"Wa'alaikumsalam, silahkan duduk!" Alisya duduk di hadapan Azhar dengan sama-sama menundukkan pandangannya.
Menundukkan pandangan bukan hanya untuk lelaki saja wanita pun juga sama seharusnya untuk tidak ada zina mata di antaranya.
"Saya tunggu kehadirannya besok di kantor, assalamu'alaikum!" tutur Azlan berdiri.
Di ikuti Alisya berdiri berhadap-hadapan, sontak mereka berdua menangkupkan kedua tangannya untuk sebuah salaman tanpa ada sentuhan.
Setelah dari Cafe Azlan langsung berangkat ke pondok pesantren AR RAHMAN untuk mengejar di sana.
"Assalamu'alaikum Om!" salam Azhar memasuki ndalem tempat dimana Alaskar tinggal.
"Wa'alaikumsalam, belum pulang ke rumah?" Azlan menggeleng.
"Istirahat dulu gih, biar santri Om yang ngajar,"
"Gak usah Om, Azlan bersih-bersih aja dulu!"
"Jangan kecapean ya." Azlan mengangguk melenggan pergi ke kamarnya yang sengaja di sediakan Alaskar.
Tidak berselang lama Azlan sudah keluar dari kamar dengan kemeja maroon dan sarung hitamnya.
"Alan ngajar di kelas 11, biar Om di kelas 10. Jadi kamu lebih lama istirahatnya,"
"Gak papa Om, Alan di kelas 10 aja." tutur Azlan karena dirinya tak mau memberatkan Alaskar.
Azlan memang sudah lelah tetapi ia tak pernah memperlihatkannya di hadapan orang lain.
>><<
"Assalamu'alaikum Gus!" salam para santriwati yang sedang berpas-pasan.
Azlan hanya menjawab dalam lirih dan tak menengoknya sedikit pun.
"Gila, ganteng amat Gus Azlan,"
"Dingin yang menghanyutkan." pekik santriwati.
Azlan mengajar di kelas 10 yang berada di lantai 02.
"Assalamu'alaikum!" salam Azlan memasuki kelas.
Sekian lamanya mengajar akhirnya selesai juga. "Silahkan bagi yang ingin bertanya mau dalam materi atau luar materi juga silahkan!"
Sontak semuanya mengacungkan tangannya. "Silahkan Gita!"
"Jadi gini Gus, jika kita mencintai seseorang apakah boleh berhijrah karenanya?"
"Boleh sekali, namun ada kalanya di kecewakan. Karena kita terlalu berharap pada manusia, tapi jika kita berhijrah lillah karena Allah semata. In syaa Allah di perkenankan oleh Allah,"
"Kalau gak berjodoh gimana Gus?"
"Itu sudah takdir, karena yang menentukan Allah bukan kita."
"Ada pertanyaan lagi?" mereka semua menggeleng.
"Kalau gitu saya izin pamit, jangan lupa hafalkan kembali nadzom alfiyah nya!"
"Na'am, Gus."
Akhirnya Azlan sudah istirahat sekian lamanya bekerja dan mengajar karena itu pilihannya untuk selalu menyibukkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK MALAM
Teen FictionSequel off DOCTOR MY HUSBAND Kehilangan kedua orang tuanya sejak ia berumur 6 tahun, membuat banyak perubahan dalam hidupnya. AZLAN KAUSTARRAZKY AL KANAFI perlahan menyembuhkan trauma dengan menyibukkan diri. Hingga akhirnya Azlan bertemu dengan seo...