28. BUKAN HANYA SHEIZA, MEREKA JUGA

158 20 5
                                    

"Ternyata memang sesakit itu keputusan semesta. Meski berteriak marah dengan penuh dendam. Semuanya tetap tidak berubah. Memang sulit, tapi ikhlas memang satu-satunya jalan terbaik"

-Lara, 2024-

🥀🥀🥀

"Maaf..."

"Maaf, Sheiza"

"Gue minta maaf"

Gadis itu menatap nanar wajah lelaki didepannya itu. Tangannya mendorong pelan pundak cowok itu.

"Gue benci maaf lo"

"Gue benci lo"

"Jangan pernah datang kalau pada akhirnya lo pergi!"

Rey mendekap gadis erat. Mengusap punggungnya lembut kemudian mengecup pucuk kepalanya. "Maaf..."

Lagi-lagi maaf. Sheiza muak mendengarnya. Belakangan ini lelaki itu banyak mengucapkan maaf padanya.

"Maaf, Shei... Gue harus pergi. Gue kangen banget sama mereka, gue pengen ketemu mereka--" ujar Rey berbisik pada telinga Sheiza.

"--Dan gue?!" Sheiza melepas paksa dirinya dari pelukan Rey, mendorong dada lelaki itu cukup kuat.

"Lo gak bakal kangen gue?! Lo gak mau ketemu gue?!"

"Gue bakal kangen lo, Shei, selalu" lelaki itu memegang kedua bahu Sheiza lembut. Membuat kontak mata dengannya.

"Makanya gue pamit sama lo, karena nanti gue gak lagi bisa ketemu lo"

"Terus gue sama siapa disini?" tanya Sheiza cepat.

Rey tersenyum tipis.
"Kan ada nenek, ada Jevan juga"

"Tapi gue maunya lo yang nemenin gue disini!" lagi-lagi Sheiza membantah. Enggan sekali gadis itu melepaskan Rey pada Sang Maha Kuasa.

"Maaf, gue gak bisa... Gue pamit, ya"

"I Love You"

Sosok Rey mengabur dan kemudian lenyap sepenuhnya dari pandangan Sheiza. Gadis itu jatuh bersimpuh ke tanah. Dengan kedua tangan yang menjadi tumpuannya.

Perlahan kristal bening itu mulai mengalir di pipinya dan lama kelamaan semakin deras hingga tak terkontrol.

Paru-parunya menjadi sulit berfungsi saat ini. Tangisnya pecah, tangannya merangkup wajahnya yang penuh air mata.

"REY!!! JANGAN PERGI!!!"

"JANGAN PERGI! JANGAN!! GUE--"

Gadis itu berteriak tersedu-sedu seraya memukul dadany sendiri. "--Gue gak bisa, Rey. Gue butuh, lo. Gue mau lo. Gue bakal terima lo. Tapi--"

"Jangan pergi..." lirihnya kemudian menangis hebat.

Sebuah pelukan hangat dapat Sheiza rasakan. Hangat sekali, menenangkan, dan rasanya Sheiza enggan melepasnya.

"Nangis aja, gapapa. Tapi ikhlas, oke?"

Tangis Sheiza semakin kencang, tubuhnya bergetar hebat. "Gak bisa! Gue gak mau! Bawa Rey pulang, Jev. Bawa Rey pulang..."

Jevan mengangguk kecil kemudian mengusap lembut surai gadis itu. "Iya, nanti gue bawa Rey pulang"

"Sekarang nangis aja gapapa, Shei. Tapi nanti udah gak boleh lagi, ya? Gue gak suka ngelihat air mata lo terbuang sia-sia"

Laut Nestapa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang