09. LUKA, LAGI

333 38 2
                                    

"Dear Tuhan. Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Bolehkah kami meminta penawar dari luka ini? Semesta terlalu kejam sebab tak membiarkan kami menemui obat"

-Atma penuh luka-

🥀🥀🥀

Jenazah Shaqeel ditemukan jam 09.35 di sekitar pelabuhan. Kini pihak yang berwajib tengah melakukan evakuasi juga akan segera membawa Shaqeel ke rumah sakit untuk di outopsi.

Dara menangis histeris sejak mendengar kabar tak sedap ini dari sang suami. Bahkan ia sudah dua kali sejak mendengar kabar itu.

"Ini semua salah kamu karena ngasih izin Shaqeel buat pergi!" racau Dara dalam pelukan Steven, sang suami.

"Ya aku mana tahu kejadiannya akan kayak gini!" balas Steven tak kalah kalut.

Dirinya dan sang istri harus ikut dengan pihak kepolisian dan rumah sakit untuk dimintai keterangan.

Dara menjatuhkan tubuhnya disamping jenazah Shaqeel yang sudah dimasukkan ke dalam kantong mayat dan akan segera ditutup.

"Shaqeel--"

Suara Dara tercekat, ia tak dapat membendung air matanya, isak tangis perlahan mulai terdengar semakin keras.

"--Kenapa tinggalin bunda? Aqeel 'kan udah janji temenin bunda pergi berobat."

"Kenapa bohong, nak?"

Semua orang dapat melihat bagaimana hancurnya Dara saat ini. Bagaimana tidak? Kehilangan putra semata wayang bukanlah hal yang mudah.

Para polisi dan tim medis sibuk mengurus semua hal terkait kasus ini. Steven menghampiri perwira polisi itu.

"Pak, anak saya pergi dengan teman-temannya. Lalu, dimana mereka?" Steven akhirnya bertanya setelah beberapa saat berpikir.

"Kami akan segera mencari mereka, pak." ucap sang polisi itu dengan tegas.

"Tolong temukan mereka, pak. Mereka adalah anak-anak saya juga"

🥀🥀🥀

"Han, jadinya gimana cara kita pulang?"

Farhan menghela napas berat. Dirinya juga bingung sekaligus kalut sekarang. "Gak ada yang nemu sinyal?"

Semua kompak menggeleng. Dengan raut lesu dan tak ada semangat hidup, mereka berkumpul di depan tenda.

"Gue kangen mama" celetuk Sonya lirih.

Tak hanya Sonya. Mereka semua disana juga merindukan keluarga yang masih menunggu mereka dengan penuh harap.

"Stok kayu bakar habis. Yang cowok semuanya ayo cari!" komando Farhan, bertujuan untuk mencairkan suasana.

"Jangan terlalu jauh, nanti tersesat. Jangan lupa Tuhan, nanti lebih tersesat"

Selang beberapa menit kemudian para pemuda sudah pergi sepenuhnya dari area tenda. Pergi mencari kayu bakar sesuai arahan Farhan.

"Gue ngambil air bersih dulu bentar" pamit Wulan pada Karina yang masih sibuk melipat pakaian.

Gadis berparas ayu itu mengangguk singkat. "Tolong bilangin ke Iris sama Shei buat cek stok konsumsi" pintanya.

Wulan mengacungkan jempolnya mantap. Namun baru melangkahkan kakinya satu langkah, suara menyebalkan milik Karina kembali menghentikannya.

"Lan"

"apa lagi?!"

"Bilangin juga ke Sonya, nanti temuin gue buat ngobatin kakinya" Karina tersenyum manis dengan wajah yang menyebalkan menurut Wulan.

Laut Nestapa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang