EPILOG

303 21 35
                                    

"Tuhan lebih tahu, bagaimana kita harus menerima akhir kisah dalam setiap cerita. Karena rencana-Nya, selalu yang terbaik"

-EPILOG-

🥀🥀🥀

Bahagia.

Mungkin rasanya hampir seperti itu. Aroma tubuhnya yang selalu memabukkan bagi Sheiza. Dekapan hangatnya yang hampir hilang dari ingatannya.

Suaranya yang tenang kini kembali mengusik indra pendengaran Sheiza. Tapi tak apa, sebab Sheiza kini hampir bahagia.

Benar, Jeandra ada bersamanya saat ini. Memeluknya erat, mengecup pucuk kepalanya berkali-kali.

"Kangen" bisiknya pada Sheiza.

Tidak menjawab. Karena memang itu yang dilakukan Sheiza sejak tadi. Ia hanya menangis, membalas pelukan Jean dengan erat. Melampiaskan rasa rindu yang membunuhnya lima tahun terakhir.

"Kenapa lo hilang, Jean? Kenapa bikin gue hampir gila selama ini?! Kenapa gak temuin gue dari dulu?! Kenapa harus nunggu gue putus asa?!"

Gadis itu memukul kuat dada bidang lelaki didepannya itu, kemudian menyembunyikan wajahnya disana, menangis tersedu-sedu.

"Maaf, Shei..."

"Maaf karena gue gak nemuin lo dari dulu--"

"Kenapa, Je?!"

Jeandra menunduk sejenak, kemudian menatap teduh kedua netra Sheiza. Menghapus sisa air mata gadis itu dengan jemarinya.

"Karena gue takut, Shei"

"Takut kenapa? Gue gak akan marah sama lo, Je! Justru gue hancur karena gak bisa ketemu lo lagi!" balas Sheiza dengan napas yang memburu.

Lelaki itu tersenyum tipis. "Gimana dengan hati lo? Apa gue masih di tempat yang sama?"

Tatapan Sheiza meredup.
"Masih, Je. Lo bahkan gak tergeser sedikitpun. Apa lo memang se hebat ini?"

Jean terkekeh. Sheiza rindu tawa itu.

"Jelas!" katanya dengan percaya diri.

Cukup lama Sheiza terdiam menatap Jean yang terkekeh bangga. Sebelum akhirnya gadis itu ikut tersenyum tipis.

"Gue gak akan nolak ajakan lo buat pacaran lagi, Je. Gue bisa nerima lo kapanpun. So, jangan lepasin gue, ya, Je?"

"Karena gue gak mau lebih hancur dari ini"

Senyum Jeandra perlahan redup. Tangannya bergerak untuk menggenggam jemari Sheiza erat.

"Maaf Shei... Tapi--"

"--Gue harus pergi"

Lagi. Dunia Sheiza runtuh sekali lagi.

Tubuh Sheiza kaku, bibirnya terkatup sempurna. Menatap kecewa pada Jeandra.

"Kali ini apa lagi, Je?" bisiknya pedih.

"Lo ingat ratu ular yang dulu bunuh Shaqeel? Dia yang selamatin gue dari tsunami. Tapi--"

"--Dia tewas karena ulah oknum gak berperasaan. Mereka yang tersisa dari penumpasan kelompok ilmu hitam Sinantuah saat malam terakhir kita di pulau itu"

"aparat melewatkan tiga orang yang berhasil menyembunyikan dirinya. Dan mereka menginginkan gue sebagai tumbal"

Sheiza terdiam cukup lama untuk mencerna penjelasan Jeandra. Sebab ternyata ini semua terlalu menyakitkan untuknya.

"Kesepakatannya... Setelah gue ketemu sama lo, gue harus kembali ke Sinantuah... Untuk menyerahkan nyawa gue kepada mereka"

"Apa yang akan terjadi kalau lo gak kembali kesana?" tanya Sheiza.

Laut Nestapa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang