29. DESEMBER KELABU

207 20 5
                                    

"Selalu saja begitu. Tidak pernah mengerti bahwa semua sakitlah yang menjadikanmu di hari ini. Bukan siapa yang memberi lukanya, bukan siapa yang mengobatinya. Tetapi proses dari awal mendapatkan luka hingga tersisa bekasnya saja, itulah yang menjadikanmu di hari ini"

-Manusia dan Sudut Pandang, yang selalu dianggapnya benar-

🥀🥀🥀

Sakit.

Akhir tahun ini terlalu sakit.

Dan Sheiza tidak menemukan obat.

Mungkin tahun-tahun berikutnya akan terasa sakit, akan terasa berat.

Karena mereka... Tidak lagi disini.

Sheiza benci senyuman Jevan. Sheiza benci tatapan ramahnya. Sheiza tidak suka dengan kebaikannya. Karena meski terluka... Dia selalu saja seperti itu.

Terkadang gadis itu ingin mengakhiri semuanya. Namun wajah lelaki yang mirip dengan Jean itu terus datang pada mimpinya, mengatakan agar 'Jangan sia-siakan pengorbanannya'

Tapi Sheiza benci hidupnya.

"Jangan pernah muncul lagi, Jevan!"

"Jangan datang lagi!"

"Berhenti berbisik! Berhenti ganggu gue!"

Kondisi kamar yang berantakan. Botol-botol make up nya pecah, ranjangnya berantakan. Cerminnya retak, persis seperti Sheiza saat ini.

"KALIAN SEMUA JAHAT!!"

Prang!! Brak!!

Botol parfum aroma mint itu menghantam kaca jendela kamarnya.
Hancur, berantakan.

"KALIAN TINGGALIN GUE DI NERAKA!!"

"HAAAAH!!! JEAN, JEMPUT GUE!!" pekiknya histeris, kemudian menelungkupkan kepalanya pada tekukan lututnya.

Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mengusap wajahnya kasar sebelum akhirnya menarik rambutnya kuat sebab merasa frustasi.

"Jemput gue..."

"Disini banyak sakitnya"

"Tolong... Jemput gue"

Lagi.

Tangisnya pecah sekali lagi. Gelap, berantakan, dan hancur. Selalu, sejak mereka pergi. Sheiza selalu begitu.

Sementara diluar kamar. Juni terisak hebat, bersandar pada pintu kamar cucunya itu seraya menunduk. Membekap mulutnya agar meredam tangisnya.

Sheiza hancur, tapi Juni jauh lebih hancur melihat kesayangannya terluka. Sudah dua hari telinganya tak berhenti mendengar suara benda yang dibanting hingga pecah. Sudah dua hari ia mendengar tangisan pilu dari kamar Sheiza.

Hati juni terasa teriris.

Nyaris setiap jam ia berada didepan pintu kamar bercat hitam itu. Mengetuknya yang memanggil sang pemilik dengan lembut.

"Sheiza..."

"Sayang... Ayo makan, nak. Nenek masak seafood buat kamu. Gak ada keju, kok, sayang" suaranya hilang diujung kalimatnya. Ia membekap mulutnya meredam sesak.

"Ayo sini, sayang. Kamu butuh peluk? Kamu butuh bahu? Nenek disini, sayang..."

"Sheiza... Please"

Ketukan pintu itu berhenti ketika Juni terdiam. Tangan wanita paruh baya itu perlahan jatuh ke sisi tubuh.

"Sheiza... Kalau kamu mau istirahat dulu gakpapa. Nanti kalau butuh sesuatu, panggil nenek aja, ya"

Laut Nestapa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang