21. TIDAK PERNAH HILANG

195 28 12
                                    

"Bagaimana mungkin mereka yang telah memberi jutaan bintang dan seribu luka mampu hilang sepenuhnya dari pikiran. Semesta hanya menunjukkan bukti bahwa... Mereka pernah ada di dunia ini"

-Cara Kerja Semesta-

🥀🥀🥀

Kini perihal bagaimana mereka menciptakan tawa lainnya. Meski rasanya berbeda, meski tak selepas dulu. Mereka perlahan mulai mengenal kembali apa itu hidup. Dengan jutaan keajaiban lainnya.

Juga... Perihal bagaimana mereka yang telah pergi, masih bisa tertawa sebab hati mereka masih tertinggal bersama yang tersisa.

Perihal bagaimana nama-nama itu selalu muncul dibenak mereka. Selalu menjadi tawa berisik ditengah sunyinya keadaan. Dan sialnya, mereka rindu.

"Karin, gelar ini untuk lo"

Sheiza menggulum senyum tipis, menatap teduh selempang wisuda bertuliskan namanya dengan gelar psikolog. "Ini impian lo, Rin. Ini punya lo"

"Selamat, Karina..." suaranya menghilang di penghujung kata. Ia menunduk, menutupi wajahnya dengan telapak tangan yang masih menggenggam selempang itu.

Cukup lama sunyi dengan isak tangisan kecil dari bibir mungil gadis itu. Hingga suara berat Rey menerobos indra pendengarannya.

"Kita udah berhasil, Shei. Kita sarjana, seperti keinginan mereka" ujar Rey ikut duduk disamping Sheiza. Lelaki itu menyodorkan sebotol air mineral padanya.

Tanpa banyak bicara, Sheiza menerimanya dan meneguknya lahap. Kemudian tersenyum tipis pada Rey. "Thanks" gumamnya.

"Ayo bahagia lagi, Shei"

Sejenak Sheiza terdiam menunduk, menatap kedua tangannya yang menggenggam selempang wisudanya. Detik berikutnya ia menoleh pada Rey, tersenyum tipis menatap netra teduh milik Rey.

"Gue udah bahagia, Rey" ujar Sheiza lagi-lagi tersenyum manis.

"Belum. Gue tahu, lo belum bahagia" kata Rey tanpa melihat pada Sheiza.

"Kita udah berhasil wujudkan keinginan mereka, Shei. Sekarang ayo bahagia. Ini juga bagian dari keinginan mereka"

Helaan napas Sheiza terdengar berat. Ia menoleh pada Rey, menatap pahatan wajah tampannya dari samping. "Lo sering ngunjungin mereka, kan?"

Lelaki itu mengangguk. "Mereka katanya kangen banget sama lo"

Senyum tipis terbit di bibir merah muda Sheiza. "Gue juga..."

"Farhan bilang, dia kangen lo yang gak pernah nimbrung kalau kita dulu bikin candaan. Dia kangen wajah datar lo yang tanpa ekspresi"

Sheiza dan Farhan, ketua paling hebat mereka.

"Renan bilang dia kangen lo yang selalu julid kalau dia udah marah-marah gak jelas"

Sheiza dan Renan yang kesabarannya setipis dompet.

"Shaqeel... Dia kangen lo yang selalu mukulin dia kalo ketawa gak ada adab"

Sheiza dan Shaqeel yang selera humornya receh.

"Karina... Dia kangen lo, dia mau sukses bareng lo. Dia juga mau pakai selempang wisuda yang lo punya sekarang"

Sheiza menunduk dengan bahu yang bergetar. Memejamkan matanya kuat. Sheiza dan Karina yang ingin jadi psikolog.

"Iris... Dia kangen ngehibur lo kalau lagi sedih. Dia kangen ngasih semangat lo buat hidup"

Sheiza dan Iris, bersama segala kebaikannya.

Laut Nestapa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang