#1: Kedatangan Tamu

508 27 3
                                    

Senin siang yang tidak terlalu cerah. Seorang lelaki berambut pirang tengah melakukan hal yang paling dibencinya: beberes. Dan ini sudah tiga jam ia melakukannya. Maklumlah, karena ia tinggal di sebuah rumah dua tingkat yang cukup besar, dan sendirian. Pembantu tidak punya, mau panggil cleaning service sayang duit. Mau tidak mau dia mengerjakannya sendiri. Di saat dia sedang menyapu halaman rumah, seorang lelaki berbadan kekar mendatanginya.

"Bro, ini Felix bikinin brownies buat lu. Tester aja ini mah. Buat dijual bulan puasa nanti" lelaki yang akrab disapa Changbin ini menyerahkan sebuah kotak makan berisi brownies kepada sang tuan rumah.

"Oh, makasih ya. Ntar gue cobain" kata sang tuan rumah tadi.

"Lagi ngapain dah lu? Sibuk amat" tanya Changbin sekedar basa-basi.

"Nebar santet. Ya beberes lah! Pake nanya lagi lu!"

"Ya sabar, bro. Namanya juga basa-basi"

"Halaaah... Keseringan basa-basi lu. Udah, lu balik sono! Atau gue sapu lu sebadan-badan!"

"Ye jangan, bro! Patah ntar sapunya"

"Ya udah, buruan balik! Ntar emak lu ngamuk lagi, lho. Sekali lagi, makasih buat brownies-nya!"

"Yoi!"

Tanpa berlama-lama lagi, Changbin pun langsung pulang ke rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah si rambut pirang tadi.

Oh ya. Ngomong-ngomong, lelaki yang sedang beberes tadi bernama Hongjoong. Lengkapnya Kim Hongjoong. Sudah satu setengah tahun dia menempati rumah yang berada di sebuah komplek perumahan elit bernama komplek Wonderland. Demi menggapai cita-citanya sebagai seorang produser musik, ia rela meninggalkan keluarganya di kampung dan merantau ke Jakarta. Kalo ditanya kenapa ia bisa tinggal di rumah itu, ya karena dia membelinya jauh-jauh hari sebelum memutuskan untuk merantau.

Beberes pun selesai, sudah waktunya Hongjoong untuk beristirahat. Tetapi, belum juga ia masuk ke dalam rumah, sebuah mobil angkot berwarna hijau tiba-tiba berhenti di depan rumahnya. Wah, ada tamu kah? Tapi siapa ya? Nyokap gue, mungkin?, Hongjoong bertanya-tanya dalam benaknya.

Satu per satu penumpang angkot tersebut turun. Setelah melihat wajah-wajahnya, sepertinya Hongjoong mengenalinya.

"Lah, Seonghwa?! Lu ngapain ke sini?! Sambil bawa kardus pula!" sahutnya.

Oh, ternyata penumpang-penumpang tersebut adalah teman-temannya Hongjoong semasa kuliah. Mereka adalah: Seonghwa, Yunho, Yeosang, San, Mingi, Wooyoung, dan Jongho.

"Hongjoong!" Seonghwa meletakkan kardus-kardus itu di atas halaman. "Apa kabar? Udah lama ya kita nggak ketemu setelah lulus kuliah"

"Alhamdulillah baik. Eh, yang lainnya pada ngikut ke sini juga? Ada apaan emang?"

Usai membayar ke supir angkot, Yunho menghampirinya. "Hehe. Anu, bang, kita mau numpang di mari"

Hongjoong terkaget-kaget, lalu bertanya, "Numpang?! Emang kosan lu pada kenapa?!"

Jongho yang sedang memikul kasur Palembang menjawab, "Kosan kita lagi direnov, bang. Abis kena angin ribut. Tauk dah, kemaren ngeributin apaan dah tuh angin sampe kosan kita ancur"

"Jadi gimana? Boleh kan kita numpang nginep di sini? Bentar doang kok, sampe kosan kita selesai direnov? Boleh kan, sayaaaaang?" tanya Seonghwa sambil mengembangkan senyum di wajahnya.

Hongjoong berpikir sejenak. Dia sudah terbiasa tinggal sendirian, tapi apakah dia mau berbagi satu atap dengan mereka? Kalo dipikir-pikir lagi, bagus juga sih, mereka tinggal bareng di sini. Jadi ada yang bantuin beberes rumah. Tapi nanti ujung-ujungnya bakalan ngerepotin, lagi. Belum lagi ntar ada yang ngerusuh di rumahnya. Rusak nanti segala perabotan di rumah.

PLOK! Seonghwa tiba-tiba menepuk lengan Hongjoong.

"Yeee, malah bengong lagi, lu! Gimana, boleh, nggak?" tanyanya lagi.

"Hm. Oke deh! Kalian bertujuh boleh nginep di rumah ini, dengan catatan jangan ngerusuh di rumah gue. Oke?" ujar Hongjoong.

"Tenang. Kalo soal itu, ada gue kok yang bakal awasin 'adek-adek' gue"

"Ya udah. Yuk, masuk!"

Akhirnya Hongjoong mempersilakan teman-temannya masuk ke dalam rumah.

****

"Kebetulan nih, Hwa. Rumah ini punya empat kamar tidur. Dua di bawah, dua di atas" Hongjoong menjelaskan tentang ruangan yang ada di rumahnya.

"Wah, bagus tuh! Kita bisa bagi-bagi kamar. Oh ya, di sini ada tempat laundry, nggak?" Seonghwa penasaran.

"Ada. Tuh. Di deket halaman belakang. Sekalian lu bisa jemur di situ"

Di saat mereka tengah berbincang, tiba-tiba Mingi dan San menghampirinya, "Bang Seonghwa, gue mau sekamar sama Yunho, dong!"

"Jangan dikasih, bang! Mingi ngoroknya gede kayak abis nelen speaker masjid!" ledek San.

"Bacot lu!"

"Stop! Stop! Stop!" Seonghwa menglelah. "Heh lu berdua! Gue lagi ngobrol sama yang punya rumah, ya. Jangan pada berisik!"

"Iya, bang. Maaf" kata San dan Mingi serentak.

"Ya udah, ngobrolnya di-pending aja dulu. Kalian langsung bagi-bagi kamar aja" ujar Hongjoong.

Seonghwa mengangguk setuju, begitu juga dengan San dan Mingi. Lalu Seonghwa menyuruh anak-anak yang lain untuk berkumpul di ruang tamu.

"Oke. Karena di rumah Hongjoong ini ada empat kamar, langsung aja kita bagi-bagi kamarnya. Kamar bawah nomor satu ditempati Wooyoung dan San. Kamar bawah nomor dua, Jongho dan Yeosang. Lalu kamar atas buat Yunho dan Mingi" jelas Seonghwa.

"YESSSS!!" Mingi teramat senang.

"Lah terus, lu sama siapa?" tanya Wooyoung bingung.

"Gue sama Hongjoong-"

"OGAH!" Hongjoong menolak. "Maaf ya, Seonghwa. Tapi gue lebih suka tidur sendiri dibanding tidur sama lu"

"Yaah. Terus gue sama siapa?" tanya Seonghwa sambil memasang raut sedih.

Yang lainnya saling melirik satu sama lain.

"Em... lu boleh kok, tidur bareng sama kita" kata Yeosang.

"He'em. Untung gue bawa satu kasur cadangan" sahut Jongho.

"Maksud lu, lu nyuruh gue tidur di kasur Palembang? Gitu?" Seonghwa menatap tajam.

"Ya mau gimana lagi"

"Ya udahlah. Sekarang, kalian boleh bawa barang-barang kalian ke kamar"

Akhirnya mereka beranjak dari sofa dan mulai meletakkan barang-barang mereka ke dalam kamar yang sudah dibagi sebelumnya. Tapi, ada aja kejadian tak terduga terjadi saat itu.

"WOOYOUNG! BANTUIN GUE ANGKAT KOPER, NAPA?! BERAT INI!" teriak San.

"HALAH! LEMAH LU!" seru Wooyoung.

"Bentar, Yun. Punggung gue gatel" Mingi yang tengah mengangkat tumpukan kardus mendadak menggaruk punggungnya sehingga pegangannya sebelah kanan terlepas.

"WOI! PEGANG YANG BENER! MIRING INI KARDUSNYA!" protes Yunho.

"Yeosang, kamar kita di sebelah kanan, bukan di sebelah kiri!" seru Jongho.

"Astaghfirullah. Lupa!" Yeosang salah masuk kamar.

"Yeeu, kebiasaan lu"

"WOI, JANGAN PADA RIBUT! INI KITA LAGI DI RUMAH ORANG!" Seonghwa berteriak dengan lantang.

"Masya Allah, ramainya..." Hongjoong hanya tersenyum melihat drama-drama yang terjadi.

Dalam hatinya mah, emosi setengah mati.

***






Bersambung...

SATU ATAP || ATEEZ [✓] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang