"Bang Hongjoong, ntar sholat Isya' gue yang jadi imamnya, ya?"
Ucapan Mingi sukses membuat Hongjoong dan kawan-kawan terkejut bukan kepalang.
"Hah? Tumben banget lo pengen jadi imam sholat, Gi" sahut Wooyoung.
"Kenapa lo pengen jadi imam?" tanya Hongjoong.
"Gapapa. Emang lagi pengen aja" jawab Mingi.
Tiba-tiba, Jongho dan Yeosang beranjak dari sofa.
"Bang, kita berdua mau minta maaf" sahut Jongho.
Yang lainnya terkejut. Sedangkan Mingi malah kebingungan.
"Eh? Minta maaf kenapa?" tanya Mingi cengo.
"Kita... minta maaf soal truth or dare kemaren" jawab Jongho.
"Iya. Lo pasti marah gara-gara gue nanyain lo soal pacar" sahut Yeosang.
"Marah? Emangnya gue marah ya, kemaren?"
"Iya. Keliatan banget pas lo banting pintu"
Mingi menghela nafasnya, "Jongho, Yeosang. Gue marah bukan ke kalian, kok. Tapi ke orang lain. Jadi, jangan nyalahin kalian berdua. Dan soal banting pintu itu, gue minta maaf juga, ya, udah bikin kalian semua kaget dan khawatir"
"Gapapa, Mingi. Setidaknya, kalo ada apa-apa, cerita dulu sama kita" sahut Hongjoong.
"Tapi, kalo lu masih nggak mau cerita juga sama kita, cerita ke Allah juga gapapa, kok. Lebih bagus, malahan" kata Yunho.
"Iya, gue emang lebih sering cerita kepada-Nya tentang keresahan hati gue. Ya udah. Nanti Isya' kita sholat bareng-bareng, ya?"
Yang lainnya mengangguk-angguk mengerti. Setelah itu, Mingi kemudian meninggalkan ruang tamu.
****
Memasuki waktu Isya', seperti yang dikatakannya sebelumnya, Mingi akan menjadi imam sholat berjamaah kali ini. Semuanya sudah mengambil posisinya masing-masing dan sudah merapatkan shaf-nya juga. Seperti biasa, sholat dimulai dengan bacaan iqamah oleh Jongho.
"Allahu Akbar..."
Mingi dan yang lainnya menjalani sholat Isya' dengan khusyuk dan penuh keheningan. Namun, ketika memasuki rakaat ketiga, tiba-tiba terdengar suara tangisan.
Bukan, ini bukan cerita horor.
Tangisannya pun bukanlah yang benar-benar menangis. Tapi seperti terisak-isak. Meski dalam hati mereka penasaran dari mana suara itu berasal, tapi mereka tetap berusaha untuk fokus beribadah.
"Allahu Akbar..."
Saat membaca takbir, suara Mingi sedikit bergetar. Yang lainnya mulai bertanya-tanya dalam hati. Ada apa dengan Mingi? Apakah ia punya masalah yang amat besar? Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Singkatnya, sholat Isya' sudah selesai, namun Mingi masih belum mau beranjak dari ruang mushola. Khawatir dengan keadaannya, Yunho lalu kembali ke ruang itu dan menghampirinya.
"Mingi?" Yunho menepuk pundaknya pelan. "Ada masalah? Jujur aja ke gue"
"Iya. Gue lagi kecewa berat"
Setelah sekian lama, akhirnya Mingi mau berkata jujur.
"Kecewa sama siapa?" tanya Yunho.
"Sama... sama pacar gue. Tapi, udah putus, sekarang" jawab Mingi.
Mendengar itu, Yunho seketika kaget, "Pacar? Lu udah punya pacar? Sejak kapan?"
Mingi mengatur nafasnya terlebih dahulu, "Namanya Giselle. Pertama kali gue ketemu dia pas gue lagi beli es teh. Waktu itu, gue sempet bantuin dia bayarin tukang ojek. Abis itu kenalan dan dia tiba-tiba ngasih gue kartu nama. Sejak itu, gue sering ngobrol sama dia lewat WA"
Yunho mengangguk-angguk paham, "Terus?"
"Terus, kita jadi sering jalan berdua. Kadang ke mall, kadang ke kafe, kadang ke mall lagi" kata Mingi.
"Ooh... pantesan lu sering pergi-pergi. Lalu, kenapa lu bisa kecewa sama dia sampe putus?"
"Jadi gini. Kemaren, abis main truth or dare itu, tiba-tiba dia nelpon gue, mau ketemu di depan kafe yang terakhir kita kunjungi" Mingi terdiam sebentar. "Pas gue udah nyampe di sana, dia... bilang ke gue kalo... kalo dia ternyata udah punya suami dan dua anak"
"Hah?!" Yunho benar-benar terkejut, "Jadi, dia udah kawin?! Emang dia nggak pernah cerita sama lu soal itu?"
Mingi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dan yang bikin gue kecewa adalah... dia... dia minta gue buat jadi simpanannya"
"Astaghfirullahal'adzim!"
"Dan setelah dia ngomong begitu, gue langsung marah dan mutusin buat mengakhiri hubungan gue sama dia. Tapi dianya nggak terima, dan akhirnya kita jadi berantem hebat"
Mingi lalu memeluk tubuh ramping Yunho dan tiba-tiba menangis di pelukannya.
"Yun. Gue nggak mau ngerusak rumah tangga orang, Yun... Gue nggak mauuu..." ucapnya.
Yunho mengusap punggung Mingi dengan lembut, "Gapapa, Mingi. Cinta emang nggak selamanya indah. Terkadang, cinta bikin kita kecewa"
"Iya. Gue salah. Gue salah, nggak nanyain dia masih single atau nggak"
"Shh. Jangan ngomong begitu. Ini bukan sepenuhnya salah lu. Bukan juga salah mantan pacar lu"
Mingi lalu melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.
"Udah, udah. Jangan nangis lagi. Gue harap, dari kejadian ini lu bisa belajar tentang arti cinta yang sebenarnya" ucap Yunho. "Beruntung setelah ini lu langsung dekat dengan Allah"
"Iya. Cuma itu satu-satunya yang bisa nyembuhin sakit hati gue" kata Mingi.
"Hm. Oh ya, ada satu lagi. Gue harap, seterusnya lu begini, ya? Jangan hari ini lu tobat, besoknya bertingkah lagi"
"Tenang. Udah gue pegang janji gue sama Allah"
"Bagus kalo begitu. Teruslah pegang janji itu"
Setelah itu, barulah Mingi mengungkapkan semuanya kepada teman-teman yang lainnya. Beruntung dia punya teman yang saling pengertian, meskipun dia sendiri masih ada rasa takut akan diejek oleh mereka di kemudian hari.
****
Tengah malam, pukul 03:00.
Ketika Yunho dan yang lainnya masih tertidur lelap, Mingi sudah bangun terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat tahajud. Usai mengambil wudhu di kamar mandi, ia kembali ke kamar, menggelar sajadah, dan mulai menyegerakan sholat. Setelah menyelesaikan sholat, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata, ada telepon masuk dari Giselle, mantannya. Iapun segera mengangkatnya.
"Halo. Assalamu'alaikum" ucapnya.
"Wa'alaikum salam. Kamu lagi ngapain?" ucap Giselle juga melalui sambungan telepon.
"Abis sholat tahajud. Kenapa kamu telepon aku tengah malem begini?"
"Oh. Maaf kalo aku ganggu kamu, mas. Sebenarnya, aku telepon kamu cuma mau minta maaf sama kamu. Maafin aku kalo selama ini aku udah bikin kamu kecewa. Aku janji, aku bakalan jadi istri yang baik buat suami aku dan ibu yang baik buat anak-anakku"
"Iya. Aku maafin kamu. Mulai hari ini, jangan telepon aku lagi. Sekarang, kamu kembali ke suamimu dan anak-anakmu, dan minta maaflah pada mereka. Jangan lupa, minta ampun kepada Allah, Sang Maha Pengampun. Udah dulu, ya. Assalamu'alaikum"
Mingi segera menutup sambungan teleponnya. Tiba-tiba, Yunho terbangun.
"Ng? Udah Subuh, ya?" tanyanya.
"Belum. Orang masih jam tiga pagi" jawab Mingi.
"Oh. Terus, kenapa lu pake baju koko sama sarung?"
"Abis sholat tahajud"
"Hm. Masya Allah... temen gue udah tobat"
Yunho pun kembali tidur, namun Mingi masih belum beranjak dari atas sajadah. Iapun kemudian mengambil Al-Qur'an dari atas meja nakas dan mulai mengaji sembari menunggu adzan Subuh.
****
Bersambung lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU ATAP || ATEEZ [✓] [Revisi]
Fanfiction"Bang, numpang nginep disini selamanya. Boleh nggak?" Dulu terbiasa tinggal sendiri, kini Hongjoong harus berbagi rumah dengan teman-teman kuliahnya dulu. Akankah dia bisa beradaptasi dengan keramaian di dalam satu atap? ATEEZ fanfict (agak) melokal...