Rici menatap kepergian bundanya dengan deraian air mata. Untuk pertama kali, dia melihat wajah kekecewaan bundanya, dan itu karenanya. Rici tidak menyangka, jika Ayahnya akan melakukan hal seperti ini, untuk membuat Moses menjadi miliknya. Ponsel Rici kembali berdering. Deretan angka tampak di display ponselnya. Entah mengapa, Rici seolah tahu siapa pemilik deretan angka itu. Rici menghapus air matanya cepat, menghembuskan nafasnya kasar, dan mencoba menetralkan perasaanya untuk bersiap menerima telfon tersebut.
'Halo Christie!" Suara lembut yang terdengar lelah itu menyapa telinga Rici. Dugaan Rici benar, deretan angka itu milik Karina.
"Apa kau memiliki waktu sebentar? ada yang ingin kubicarakan padamu." Suara tertekan milik Karina itu membuat perasaan Rici sedikit kesal. Dia heran, bagaimana bisa Karina masih berbicara lembut padanya, dengan semua yang telah terjadi hari ini.
"Bisakah kau menemuiku di Rumah Sakit? Sebelumnya maaf untuk memintamu datang menemuiku. Ibuku sakit, aku tidak bisa pergi kemanapun, aku harus menjaganya." Lagi-lagi suara lembut Karina menyapa telinga Rici. Suara lembut itu seolah mengajaknya berperang.
"Kamu tidak ingin memakiku dulu? Aku menunggumu untuk itu!"
"Aku cukup lelah untuk memaki, Christie! aku hanya ingin berbicara denganmu."
"Jika kau hanya ingin berbicara, maka katakan saja! tidak perlu harus memintaku datang menemuimu!" Suara tegas Rici membuat Karina menghembuskan nafas panjang. Karina cukup lama terdiam, memikirkan apa yang harus dikatakannya.
"Aku.... Aku memohon padamu untuk..."
'Tidak Karina! Jangan memohon padaku, disaat kau tahu pasti apa jawabanku untuk permohonanmu itu. Aku sudah melakukan hal sejauh ini untuk memiliki Moses. Jadi, jangan memohon padaku." Rici memotong pembicaraan Karina dengan tegas. Rici tahu, perkataannya ini akan menyakiti Karina, akan tetapi Ayahnya sudah melakukan hal yang sejauh ini, Rici tidak mungkin mundur dan membuat usaha ayahnya sia-sia.
"Mengapa kamu sangat egois Christie? Katakan padaku, apa yang harus kulakukan agar kau mau melepaskan Moses untukku?" Isakan tangis Karina terdengar samar di telinga Rici. Tetapi bukannya iba, Rici malah semakin kesal mendengar ucapan Karina.
"Kau hanya perlu keluarga yang memiliki kekuasaan besar untuk membuat kau bisa mendapat apa yang kau inginkan Karina. Jangan salahkan aku. Salahkan keluargamu yang tidak bisa mendukung kisah cintamu." Secepat mungkin, Rici memutus panggilan telfon itu. Rici sadar, jika dia sungguh keterlaluan. Rasa iba yang dimilikinya sudah terkikis habis, saat mendengar permohonan Karina tadi. Dia menatap ponselnya yang kembali berdering. Deretan angka yang sama kembali terlihat, dan itu semakin membuat Rici kesal. Rici mengabaikan telfon itu, dan berjalan menuju kamarnya. Rici menekan perasaanya dan meyakinkan dirinya, bahwa apa yang terjadi saat akan berbuah manis.
Hari berganti, dan sudah 1 minggu Alan dan Bundanya seolah mendiami Rici, sejak kejadian besar itu. Rici bahkan belum keluar dari rumah dan juga belum bertemu dengan Moses. Berkali-kali Karina menelfonnya, dan berkali-kali juga Karina mendatangi rumahnya, akan tetapi Rici tidak ingin berbicara apapun dengan Karina. Bundanya dan Alan selalu meminta maaf pada Karina, dan itu membuat Rici semakin kesal. Rici seolah merasa, bahwa Bundanya dan Alan tidak mendukung kebahagiannya.
Sama seperti hari ini, Karina kembali datang ke rumahnya. Rici yang sudah tahu maksud kedatangan Karina, memilih berdiam diri di kamarnya, menunggu Karina menyerah dan pulang. Akan tetapi, harapan itu seolah sirna saat melihat pintu kamarnya terbuka dan melihat Alan membawa masuk Karina kedalam kamarnya. Karina masih sama seperti dulu. Dia sangat cantik dengan wajah lembut dan rambut panjang lurus alaminya. Wajahnya tampak sedikit pucat, tetapi kecantikan alami yang sejak dulu dibenci Rici itu, masih tampak menonjol dan membuat Rici semakin kesal.
"Apa kau tidak tahu jika kau harus mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruang pribadi orang lain?" Rici menatap kesal kakaknya dan seolah mengabaikan Karina yang berdiri di sebelah kakaknya. Karina hanya berdehem canggung dan membuat Alan menatap Rici tajam.
"Ada yang ingin dibicarakan Karina denganmu!" Suara tegas Alan, membuat Rici menatap sekilas ke arah Karina. Tampak wajah Karina gugup Karina dengan bibir gemetarnya menatap ke arah Rici.
"Christie, aku tahu apapun yang kukatakan dan kuminta tidak akan merubah keputusanmu. Saat ini, aku tidak berharap kau akan melepaskan Moses untukku. Jadi, aku ingin meminta padamu satu hal. Jika suatu saat nanti kau menyerah, katakan padaku terlebih dahulu. Aku akan menjadi orang pertama yang menyambut Moses. Tidak masalah, jika saat itu statusnya berubah, katakan padanya aku akan menunggunya."
"Kau yakin sekali kalau aku akan menyerah dengan Moses. Lalu, mengapa kau mengatakannya padaku? Katakan saja padanya sendiri."
"Aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Ayahmu mengancamku akan memasukkan Ayahku ke penjara jika aku masih menghubungi Moses. Aku tidak ingin mengorbankan orangtuaku untuk cintaku. Begitupun dengan Moses, dia tidak ingin keluargaku hancur."
"Romantis sekali! Kau sudah selesai? sekarang pergilah dari kamarku! aku tidak ingin mendengar suaramu lagi!" sentakan keras Rici membuat air mata Karina jatuh membasahi pipinya. Dengan langkah cepat, Karina meninggalkan kamar Rici dengan Alan yang menatap Rici dengan penuh amarah.
"Kau keterlaluan, Rici! Kau pasti akan mendapat balasan setelah menyakiti perasaan orang yang tidak bersalah!" Alan meninggalkan kamar Rici setelah kalimat pedasnya itu. Tanpa Alan ketahui, Rici juga menangis setelah kepergian Alan. Dia menangis menyadari perbuatannya yang keterlaluan, dan menangisi kenyataan bahwa cinta yang dimiliki Karina untuk Moses sangat besar, sehingga Karina rela menunggu Moses.
Hari ini, adalah hari dimana keluarga Moses akan datang untuk melamar Rici. Entah apa yang telah dilakukan oleh ayah Rici, membuat keluarga Moses datang ke rumah mereka untuk melamar Rici. Ayahnya hanya meminta Rici untuk diam, dan hanya menunggu hasil. Dan inilah hasilnya, malam ini akan menjadi pertama kalinya Rici bertemu dengan Moses, setelah dia kembali dari Australia.
Rici menggunakan dress berwarna peach selutut. Dress itu terlihat sangat cantik di badannya, dipadukan dengan berbagai aksesoris mahal ditubuhnya, yang membuatnya tampak sangat sempurna. Rambut hitam bergelombangnya dibiarkannya tergerai indah menutupi punggungnya yang sedikit terbuka. Rici tampak gugup menunggu kedatangan keluarga Moses. Ayahnya berkali-kali berusaha menenangkan Rici, yang membuat Rici semakin khawatir. Sejujurnya, Rici takut. Dia takut berhadapan dengan Moses. Apalagi sejak tadi, Alan dan bundanya menampilkan wajah yang dingin dan tidak tersentuh.
Tidak lama, keluarga Moses tampak sudah hadir di rumah keluarga Rici. Rici dengan tatapan terpesonanya menatap ke arah Moses. Moses datang dengan segala pesonanya, membuat Rici tersenyum senang. Rici bahkan mengabaikan tatapan kesal Alan dan bahkan tidak menyadari tatapan dingin dan tajam Moses ke arahnya.
Lamaran itu berjalan mulus dengan senyum kegirangan yang selalu menghiasi wajah Rici. Rici seolah buta, dia tidak dapat melihat tatapan kesal Alan, bundanya dan juga keluarga Moses yang tampak tertekan dengan kekuasaan yang dimiliki Ayah Rici. Moses yang sejak tadi diam, hanya mencoba menuruti semua kemauan keluarganya. Dia bahkan tidak sekalipun menatap ke arah Rici. Ada perasaan marah di hatinya untuk Rici, akan tetapi saat melihat senyum Rici, amarah itu seolah lenyap. itulah sebabnya, dia mencoba mangabaikan Rici.
Sejak dulu, Rici memang selalu berhasil membuatnya melakukan apapun untuk wanita itu. Moses sadar, sejak dulu dia tidak pernah bisa benar-benar marah pada Rici. Walau dia pernah membentak dan memaki Rici, dia akan menyesal setelahnya. Dia tidak benar-benar meminta Rici untuk menjauh darinya saat di rumah sakit 6 tahun yang lalu. Dia hanya terlalu marah. Marah dengan keegoisan Rici, yang tanpa disadari dia ikut andil dengan memelihara sifat manja Rici. Sama seperti saat ini. Dia hanya terlalu marah, karena keegoisan Rici.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unclear Rainbow
RomanceRici selalu mendapatkan apapun keinginannya. Rici gadis yang cantik, penuh percaya diri, angkuh, populer, dan kaya raya. Akan tetapi, Rici lupa jika tidak semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Cinta Moses yang sulit diraihnya, menjadikannya...