"Apa maksudnya dengan kata mempelajari prinsip cukup? apa selama ini aku memiliki banyak permintaan berlebihan?" Moses menatap Rici yang menatap keluar jendela mobil dengan suara berlahan. Ada nada kebingungan dan penasaran dari nada suaranya. Tidak kunjung mendapat jawaban dari Moses, Rici mengalihkan pandangannya pada Moses dan menghembuskan nafasnya panjang, saat melihat wajah datar Moses.
"Kecuali permintaanku untuk menikah denganmu!"
Moses pun berdehem kecil saat suara penuh nada penyesalan itu terdengar dari Rici. Moses melirik sebentar ke arah Rici dan kembali berusaha mengabaikan Rici.
"Aku tidak pernah benar-benar menginginkan apapun sebelumnya. Ayah selalu memberikan semua keinginanku tanpa aku harus bersusah payah. Apa itu termasuk berlebihan? Maksudku, sesekali aku juga ingin mendapat sesuatu dengan usahaku. Tapi, ayah akan selangkah lebih dahulu untuk mewujudkannya."
"Itu tidak berlebihan. Ayahmu yang berlebihan, dan membuatmu menjadi manja dan egois."
"Ya, Ayah mempermudah semuanya, sehingga aku merasa bahwa apapun bisa kudapatkan. Tapi, itukan bukan kesalahanku! aku tidak meminta dilahirkan menjadi anak ayahku."
"Lalu, apa kau fikir Ayahmu yang meminta kau dilahirkan untuk menjadi anaknya? Intinya, siapapun orangnya yang menjadi putri ayahmu, maka ayahmu akan berlebihan, dan tanpa sadar demi mengabulkan kemauan putrinya, dia rela mengorbankan perasaan orang lain."
"Mengorbankan perasaan orang lain? apa maksudmu adalah Karina?"
"Tidak...Tidak hanya Karina. Banyak orang yang terluka karena ulah ayahmu Rici. Apa kau tidak menyadarinya?"
"Banyak orang? apa maksudnya?" Rici menaikkan suaranya mendengar pernyataan Moses tadi. Sungguh dia penasaran dengan pernyataan Moses tadi. Dengan sedikit emosi, Moses menghentikan mobilnya dan menatap tajam ke arah Rici.
"Waktu kau mengikuti kompetisi ballet waktu sekolah dasar, ada seorang anak yang menari dengan hebat, akan tetapi dia tetap tidak memenangkan kompetisi itu, kau tahu karena apa? Itu karena kau mengadu pada ayahmu, kalau ada seorang anak yang sangat hebat mengikuti kompetisi itu, dan kau mengatakan kau harus memenangkan kompetisi itu."
"Apa itu..."
"Bukan itu saja, saat kau terjatuh saat berkuda, apa kau tahu apa yang dilakukan ayahmu pada kuda dan guru berkuda kita waktu itu?"
"Tidak mungkin..."
"Tidak cukup hanya disitu Rici, apa kau tahu Cherlly harus keluar dari sekolah karena dia memenangkan pemain violin terbaik? Kau menangis karena Cherlly yang juga sainganmu di kelas memenangkan trophy itu. Lalu..."
"Hentikan! jadi, maksudmu apa yang terjadi di sekelilingku adalah ulah Ayah? apa buktinya?" Rici berteriak kencang, dan membuat Moses tersenyum sinis. Moses sungguh tidak percaya bahwa Rici menganggap semua hal terjadi karena ketidaksengajaan,
"Bukti? aku punya begitu banyak bukti yang jika kuberikan akan membuatmu mual karena tindakan menjijikan ayahmu. Atau, untuk lebih meyakinkanmu tanpa bukti, kau bisa menanyakanya pada Alan." Moses menatap tajam kea rah Rici dengan suara kerasnya. Sejujurnya, wajah terkejut Rici membuat Moses sedikit terganggu. Ada perasaan aneh di dirinya saat melihat wajah terkejut Rici. Tapi, Moses berusaha mengabaikan itu semua mengingat apa yang telah dilakukan Ayah Rici selama ini.
"Alan? Maksudmu Alan mengetahui semua tindakan ayah?"
"Lalu apa kau fikir Alan tidak mengetahui apapun? Oh My God Christie! apa kau selama ini berfikir ayahmu adalah malaikat? ha...ha...ha.... kau sangat lucu. Di saat Alan menganggap ayahmu adalah orang terjahat di dunia ini, dan kau menganggap ayahmu malaikat?"
"Tidak! tidak mungkin Alan berfikir seperti itu tentang Ayah! Alan selalu mengikuti kemauan Ayah, Alan selalu tunduk dan hormat pada Ayah, Alan..." Suara tercekat terdengar dari suara Rici, dan air mata keluar membasahi pipinya. Seakan semuanya berputar ke belakang, dia menyadari bahwa Alan tidak pernah sekalipun membantah Ayah, Alan selalu melakukan keinginan Ayah.
Alan suka melukis, akan tetapi suatu hari, ruang lukis Alan berganti menjadi perpustakaan mini dengan banyak buku yang tidak dimengerti oleh Rici saat itu. Dan sekarang, Rici menyadarinya, Alan merelakan mimpinya.
Tangisan kepedihan dari Rici membuat Moses merasa bersalah. Tidak seharusnya dia membuak ini semua pada Rici secepat ini. Dia sudah berjanji pada ALan akan menyembunyikan hal ini dari Rici hingga waktunya tiba. Selama ini, Rici sangat mengidolakan ayahnya. Moses sadar, perkataannya tadi membuat hati Rici sangat sakit. Tapi, bagaimanapun juga Rici harus sadar, bahwa ayahnya adalah penjahat.
Rici menatap tidak percaya ke arah Moses. Ucapan Moses benar-benar membuatnya terkejut. Rici bahkan tidak menyadari bahwa setetes air mata jatuh membasahi pipinya.
"Jadi, maksudmu apa yang terjadi di dalam hidupku, adalah campur tangannya? Apakah termasuk apa yang terjadi pada Bella?" Ucapan lemah Rici membuat ingatan Moses, tentang seorang wanita bernama Bella menyeruak. Bella adalah anak perempuan yang sangat berbakat. Dia adalah perempuan yang pintar dan mandiri. Bella sering menjuari olimpiade sains dan membuatnya sangat terkenal. Akan tetapi, ketenaran itu tiba-tiba memudar. Bella, pergi dari sekolah, menghilang tanpa jejak. Sekolah bahkan tidak berupaya untuk menahan Bella. Sekolah banhkan terlihat antusias mendukung Rici untuk mengikuti berbagai olimpiade untuk mengantikan Bella.
"Lalu apa kau fikir masuk akal untuk Bella tiba-tiba menghilang, saat dia sudah dikenal sebagai ratu olimpiade sekolah?" Moses menjawab ketus Rici yang masih terisak menatapnya. Wajahnya tampak memucat, dan nafasnya tidak beraturan. Ada perasaan iba melihatnya saat ini, Tampak dia sangat terguncang dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Tapi, aku tidak pernah meminta Ayah untuk menyingkirkan Bella. Aku hanya mengatakan bahwa aku juga ingin mengikuti olimpiade sesekali. Aku hanya mengatakan pada Ayah, bahwa aku juga bisa seperti Bella jika sekolah mengirimku untuk olimpiade. Aku,,,,"
"Itulah kesalahanmu. Kesalahanmu yang selalu iri dengan apa yang dimiliki orang lain."
Moses mengehentikan ucapan Rici dan membuat Rici menggelengkan kepalanya. Air mata jatuh deras membasahi pipinya.
"Tapi tidak dengan menyingkirkan Bella!"
Suara terputus dan lemas Rici membuat Moses menghembuskan nafasnya berlahan. Di satu sisi dia memang sangat marah pada Rici, tapi jauh di lubuk hatinya Moses tidak pernah menyalahkan Rici. Sebenarnya, apa yang dikatan Rici itu sangatlah benar. Rici hanya menginginkan sesuatu dengan usahanya sendiri, Moses bahkan tahu dengan segala usaha Rici belajar hingga mimisan agar bisa menang melawan Bella dalam untuk mengikuti olimpiade.
Suasana tenang sepanjang perjalanan membuat kejanggalan untuk Moses. Biasanya, Rici pasti sudah membuat kehebohan dengan sifat kekanakannya, akan tetapi, kali ini Rici bahkan tidak mengeluarkan sepatah katapu. Rici menutup matanya, untuk meredam emosinya sendiri. Ada banyak pertanyaan untuk ayahnya, dan juga Alan. Sesekali air mata masih jatuh membasahi pipinya.
Sesampainya di rumah, Rici berjalan cepat menuju kamarnya, mengabaikan Moses yang sibuk mengangkat belanjaan dari mobil dan mengangkat ke dalam rumah. Rici dengan gusar mengambil ponselnya dan dengan tangan gemetar, dia mencoba untuk menelfon seseorang untuk mengkonfirmasi tentang apa yang baru saja didengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unclear Rainbow
RomanceRici selalu mendapatkan apapun keinginannya. Rici gadis yang cantik, penuh percaya diri, angkuh, populer, dan kaya raya. Akan tetapi, Rici lupa jika tidak semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Cinta Moses yang sulit diraihnya, menjadikannya...