Flashback on
16 years ago
"Bi, Meri memecahkan vas bunga kesayangan Nyonya! Bagaimana ini bi?" Seorang Wanita yang berusia sekitar 40 tahunan berseru ketakutan kepada kepala asisten rumah tangga di sebuah rumah besar. Wanita itu tampak ketakutan saat anaknya yang baru berusia 10 tahun yang kebetulan sedang dibawanya untuk bekerja hari itu baru saja memecahkan vase bunga besar yang senantiasa berdiri kokoh di sudut rumah yang menjadi kesayangan nyonya besar pemilik rumah itu.
"Ya ampun Santi! Bagaimana bisa vase itu pecah? Itu kesayangan Nyonya Inggit. Dia pasti akan marah jika tahu vase itu pecah." Kepala asisten rumah tangga itu, yang tidak lain adalah nenek Mirin tampak terkejut mendengar hal itu. Wanita bernama Santi itu adalah seorang asisten rumah tangga harian, yang bertugas membereskan pakaian milik keluarga itu, biasanya dia hanya akan datang 3 kali dalam seminggu.
"Tadi, Meri sedang bermain bola karet milik nona Rici yang tertinggal. Aku membiarkannya karena dia begitu senang melihat mainan. Tapi, saat aku lengah, dia malah melempar sembarangan dan tanpa sengaja menabrak vasnya." Suara gemetar Santi membuat Bibi Mirin juga merasa gusar.
Dengan Langkah cepat, Bi Mirin dan Santi menuju ke tempat pecahnya Vas dengan Meri yang menangis sedih. Tanpa diduga, Nyonya Inggit yang juga Mommy Moses tiba di rumah dan terkejut melihat vas bunganya pecah. Dengan mata tajam, Mommy Moses menatap satu per satu orang di tempat itu, mencoba mencari orang yang bertanggung jawab atas pecahnya vas bunga nya.
Matanya berhenti saat melihat seorang anak gadis yang cukup dikenalnya dengan baik, yang masih berumur 10 tahun sedang memegang bola karet, menatap ke arahnya tanpa merasa bersalah.
"Apa ini perbuatanmu Christie?" Suara bentakan terdengar kasar dan membuat semua orang di sana menatap Nyonya rumah itu ketakutan. Santi dengan sigap menarik Meri mendekat ke arahnya dan memeluk anak itu erat. Santi dan Bi Mirin sudah ketakutan dan Bersiap untuk menampung amarah Nyonya Inggit untuk Meri.
Suara kencang itu, tentu membuat Moses dan Alan yang sedang belajar di ruang Moses di lantai 2 juga ikut turun untuk melihat, apa yang terjadi di lantai bawah rumahnya. Moses dan Alan terkejut saat melihat vas kesayangan Mommy Moses pecah dengan bola karet di tangan Rici menatap datar ke arah Mommy Moses.
"Ya! Aku yang memecahkannya Tante! Aku tidak sengaja menabraknya saat sedang bermain bola." Suara datar dengan tatapan tanpa perasaan bersalah itu tampak membuat semua orang di sana kesal.
"Rici! Kau tahukan itu vas kesukaan Tante Inggid? Ayo ucapkan maaf!" Alan dengan langkah cepat menuruni tangga dan berdiri di samping Rici. Mengambil bola karet dari tangan Rici dan menatap takut-takut ke arah Mommy Moses yang terlihat menahan amarahnya.
"Aku akan meminta Ayah untuk mengganti vas yang sama persis dengan yang tante punya. Jadi, tidak perlu khawatir!" Rici tersenyum angkuh menatap ke arah Mommy Moses yang membuat Wanita itu semakin kesal. Dia menghembuskan nafas panjang untuk menekan emosinya. Dia tidak punya kemampuan untuk memarahi Rici, mengingat kekuasaan yang dimiliki keluarga Rici bukan main-main.
"Jadi, kau tadi turun ke bawah hanya untuk membuat kekacauan Rici?" Suara kesal Moses terdengar dan membuat Rici menatap Moses sekilas dan kemudian tatapan matanya menatap datar ke arah Meri.
Tadinya, dia sedang berada di lantai 2 untuk belajar di ruangan Moses. Tidak lama, dia merasa haus dan menyadari bahwa minumannya habis. Tanpa sepengetahuan Moses dan Alan, dia menuruni tangga untuk mengambil minuman, dan melihat Meri yang tanpa sengaja menabrak vas besar itu karena sedang bermain bola karet miliknya.
Meri menangis seketika, dan Wanita yang Rici tahu adalah ibu Meri berlari takut kearah dapur dan meninggalkan Meri yang menangis ketakutan. Rici kemudian turun dengan cepat, mengambil bola karet itu dan menatap ke arah Meri.
"Dengarkan aku! Akulah yang bermain bola dan memecahkan vas tante Inggid. Jika nanti orang-orang bertanya padamu, katakan bahwa aku yang memecahkannya!" Rici menatap Meri dengan tatapan tegasnya. Kedua tangannya dengan erat memeluk bola karet itu, sambal sesekali melihat pecahan vas di sekelilingnya.
"Mengapa?"
"Apa kau ingin ibumu dipecat dan tidak bisa mendapat pekerjaan dimanapun? Jadi, dengarkan aku! Semua akan berbeda jika aku yang memecahkannya. Aku dengan mudah bisa menggantinya! Tapi kau tidak bisa! Tante Inggid tidak akan marah padauk, tapi dia akan marah padamu, jika tahu yang sebenarnya!"
Setelah itu, Tante Inggid datang dan berteriak kencang saat melihat kekacauan itu.
"Aku sudah bilang, bahwa aku tidak sengaja menabraknya! Ayah akan mencari yang sama persis atau bahkan akan mencari yang lebih mahal untuk tante. Jadi, berhenti membuat ini seolah-olah masalah besar." Rici kembali menatap tajam Mommy Moses yang kini menatap Rici tajam. Wajahnya memerah menatap Rici, seakan dia ingin menumpahkan semua emosinya pada Rici.
"Rici, ayo minta maaf!" Alan kembali menatap adiknya itu dengan wajah memelas. Alan sungguh merasa tidak enak dengan semua orang yang ada di sana.
"Apa dengan meminta maaf, vase itu akan menjadi utuh? Tante, secepatnya aku akan menggantinya." Dengan Langkah angkuh, Rici melewati Mommy Moses menuju pintu keluar rumah Moses.
"Tante, maaf! Aku yakin Rici benar-benar tidak sengaja! Aku akan memastikan untuk mendapatkan vas yang sama. Aku dan Adikku permisi pulang dulu tante!" dengan perasaan bersalah, Alan memohon pamit dan mengejar Rici. Dia akan membuat perhitungan dengan Rici setelah ini.
Dan benar saja, tidak sampai 1 minggu, Vas yang sama persis tiba di rumah Moses. Bahkan, ada tambahan vas kecil yang cukup antik sebagai hadiah dari Ayah Rici untuk keluarga Moses. Mommy Moses yang mendapat tambahan vase tampak senang dan sedikit melupakan kekesalannya pada Rici. Rici yang ikut mengantar vase itu, ikut senang saat melihat wajah Mommy Moses tidak lagi menatapnya marah.
Saat itu bertepatan dengan kedatangan Bi santi yang juga membawa Meri. Senyum lebar tampak menghiasi wajah Rici. Dengan Langkah riang, dia mengikuti Bi santi dan Meri yang menuju ke ruang Laundry rumah keluarga Moses. Saat Rici tiba di ruang laundry itu, di sana ada Bi Santi, Bi Mirin, dan Meri yang sedang menggambar. Kedatangan tiba-tiba Rici, membuat Bi Santi sedikit terkejut. Ini pertama kalinya ada yang datang ke ruangan itu kecuali mereka bertiga.
"Hi Meri!" Suara riang Rici membuat Meri menatap kea rah Rici. Wajah kaget juga tampak di wajah Meri. Bi Santi dan Bi Mirin juga tidak kalah kaget. Pasalnya, Moses saja tidak pernah berbicara pada Meri, apalagi mengetahui nama Meri.
"Lihatkan! Aku bisa dengan mudah mengganti vas itu, dan kau juga masih bisa berada di sini! Ini adalah rahasia kita. Jangan pernah mengatakan pada siapapun!" Rici yang menatap Meri dengan wajah sumringah membuat Meri menganggukan kepalanya antusias.
"Baiklah! Aku akan ketahuan jika aku tiba-tiba menghilang. Aku pergi dulu!"
"Tunggu Non Rici!" Suara Bi Santi terdengar, dan membuat Rici menatap ke arah Bi Santi, masih dengan senyum lebarnya.
"Terima Kasih ya Non. Jika bukan karena Non Rici, mungkin saat ini Bibi sudah tidak bekerja di sini. Dan kalau boleh tahu, mengapa Non Rici mau melakukan ini?"
"Tidak ada alasan apapun!" Rici tersenyum lebar dan meninggalkan ruang Laundry dengan tatapan penuh haru dari Bi Santi dan Bi Mirin.
Flashback off
Kejadian 16 tahun lalu kembali berputar dan membuat Bi Mirin yang setelah keluar dari rumah Moses, dan kini bekerja di kebun keluarga Moses tersenyum lebar. Dia ingat dengan jelas, bagaimana gadis kecil yang dulu kini makan di hadapannya dengan lahap.
Senyum Bi Mirin yang kini dipangggil Nenek itu tampak sangat lebar. Dia yakin, bahwa Rici adalah gadis yang baik. Dan dia berjanji akan mengubah Rici untuk menjadi gadis yang mandiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unclear Rainbow
RomanceRici selalu mendapatkan apapun keinginannya. Rici gadis yang cantik, penuh percaya diri, angkuh, populer, dan kaya raya. Akan tetapi, Rici lupa jika tidak semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Cinta Moses yang sulit diraihnya, menjadikannya...