Egoism

10 1 0
                                    

"Aku bisa membelinya untukmu. Tapi tidak dengan hatinya. Tergantung padamu, Rici. Apa kau ingin memiliki diri Moses untukmu? Jika kau menginginkannya, aku bisa memberikan Moses untukmu, tapi jangan menuntut hatinya."

"Apa Ayah.."

"Fikirkan dulu, sayang. Jika hanya diri Moses yang kau inginkan, itu hal yang mudah untuk kau miliki. 1 Bulan lagi Moses akan menikah dengan Karina. Bagaimana denganmu? apa kau sudah bisa mengikhlaskannya? jika sudah, maka lupakan Moses."

"Ayah.."

"Fikirkan dengan matang. Karena, akupun tidak ingin melihatmu menderita dengan keputusanmu."

Tawaran Ayahnya masih menghantui fikiran Rici. sudah 3 hari sejak pembicaraannya dengan ayahnya, dan dia berkali-kali meyakinkan dirinya, bahwa Moses bukan untuknya. Moses berhak bahagia dengan pilihannya. Dia tidak ingin menjadi serakah dan nantinya akan membuat Moses semakin membencinya. Tapi, membayangkan Moses akan menikah dengan Karina, membuat hati Rici tidak tenang. Dia tidak rela. Dulu, Moses adalah pria terbaik buatnya. Moses selalu mengabulkan keinginannya, bahkan Moses jauh lebih baik dari Alan. Moses selalu membelanya saat Rici melakukan kesalahan sewaktu sekolah dulu. Moses selalu ada untuknya. Ya! jika dulu Moses bisa sebaik itu padanya, pasti Moses juga memiliki perasaan untuknya. Walau bukan perasaan yang sama dengan yang dimilikinya, tapi entah mengapa Rici yakin jika dia bisa membuat Moses jatuh cinta padanya.

Dengan langkah tegas, Rici berjalan menuju ruang kerja Ayahnya. Alan belum pulang dari kantor, dan ini juga kesempatan untuk Rici. Rici tidak ingin Alan tahu rencana Rici. Rici mengetuk pintu ruang kerja Ayahnya, dan masuk saat suara Ayahnya mengijinkannya untuk masuk.

"Aku sudah memutuskannya Ayah. Aku menginginkan Moses. Aku ingin dia menjadi milikku." Suara tegas Rici tidak membuat Ayahnya terkejut. Seolah sudah tahu, apa yang diinginkan oleh putrinya tersebut.

"Kau yakin, Rici? Kutekankan sekali lagi, kau hanya memiliki dirinya, bukan hatinya. Dan kau tidak akan bahagia dengan hal tersebut."

"Aku sangat yakin, Ayah! Aku akan memilikinya, tidak masalah jika tidak memiliki hatinya. Tidak masalah jika aku akan hidup menderita dengannya. itu jauh lebih baik daripada melihatnya dengan Karina."

"Baiklah Christie! kau akan mendapatkan Moses. Tapi sayang, ingatlah! Aku, Bundamu, dan Alan akan selalu ada untukmu. Saat semua terasa sulit, beristirahatlah pada kami."

"Baik Ayah. Terima kasih." Suara lembut penuh kepuasan dari Rici membuat ayahnya menatap Rici iba. Seolah tahu, bahwa kebahagiaan Rici sebentar lagi akan hilang. Tapi, dia lebih tidak ingin melihat Rici bersedih karena kehilangan pria yang diinginkannya.

Pagi itu, suasana sedikit berbeda dari biasanya. Ayahnya dan Alan sudah pergi ke kantor sejak pagi buta. Bunda Rici yang biasanya sudah duduk santai menyesap teh madu kesukaannya, terlihat khawatir dengan ponsel di tangannya.

"Pagi Bunda!" Suara lembut Rici membuat Bundanya menoleh ke arah Rici, Bundanya menghela nafas panjang dan duduk di sofa dengan wajah khawatir.

"Rici, apa kau sudah mendengar beritanya? Perusahaan keluarga Karina sedang dalam bencana, mereka terancam bangkrut, sayang!" Suara khawatir bundanya seolah menjadi pukulan keras buatnya. Rici yakin ini adalah perbuatan Ayahnya. Tapi, mengapa sangat cepat? dia baru saja membuat keputusan kemarin malam.

"Rici, kau dengar Bunda? Ibu Karina saat ini tidak sadarkan diri, dan sedang berada di Rumah sakit. Ayahnya berada di kantor polisi dituduh melakukan korupsi. Ya Tuhan, bulan depan Moses akan menikahi Kariana. Mengapa harus terjadi seperti ini?"

Dengan langkah berlahan, Rici duduk di sebelah bundanya dan mengelus punggung bundanya lembut. Rici hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan apapun kepada Bundanya.

Unclear RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang