10. Sweet Anger

9 1 0
                                    


"Dia akan bersedih jika kau memanggilnya dengan nama aslinya. Kau tahu sendiri, dia tidak suka jika orang yang dekat dengannya memanggilnya Christie."

Alan meletakkan coretannya dan menatap ke arah Moses. Perasaannya sedikit tersentak saat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Moses pada adiknya.

"Kau terdengar ingin membela adikmu. bukannya kau setuju jika aku memberinya pelajaran kehidupan?"

"Aku tidak mengatakan aku membela Rici. Tapi aku hanya mengingatkanmu, bahwa dia tidak suka dipanggil dengan nama aslinya oleh orang yang dekat dengannya. Rici sangat sensitif, itu pasti akan sangat melukai perasaannya."

"Ini masih tahap awal, Alan! masih banyak tahapan yang harus dilalui olehnya. Dia harus belajar, bahwa tidak semua berjalan sesuai keinginannya, dan dia tidak bisa membeli semua yang diinginkannya walau dia memiliki kekayaan yang berlimpah."

"Aku setuju untuk itu. Rici harus belajar untuk menjadi dewasa dan mandiri. Tapi, yang harus kau ingat, bahwa Rici juga selalu berusaha untuk meraih mimpinya, walau pada akhirnya Ayahku selalu membantunya diam-diam. Kau mengerti maksudku kan? semua yang terjadi bukan sepenuhnya salahnya. Rici juga korban dari ketamakan ayahku! Dia tidak tahu apapun, Ses!"

"Kau salah, Alan! Christie bukannya tidak tahu! tapi dia hanya menutup mata dan hatinya untuk semua yang terjadi. Kekuran pekaannya terhadap situasi menjadikan dia egois dan manja. Dan aku, akan mengubahnya menjadi seseorang yang lebih baik."

"Baiklah! terserah padamu. Aku mempercayakan adikku padamu. Tapi ada yang menggangu fikiranku sejak kemarin, dan kurasa harus kukatakan padamu. Jika suatu saat nanti, kau yang menyerah pada adikku, tolong jangan katakan padanya. Katakan padaku, dan aku akan membawanya jauh darimu, aku akan membawanya ketempat dimana dia tidak akan bisa menemukan dan menganggumu lagi, dan kupastikan dia tidak akan ada di negara yang sama denganmu!" Alan menatap Moses dengan tersenyum kecil. Hatinya terasa sakit jika membayangkan jika hal itu terjadi. Itu artinya, adiknya harus tinggal jauh dari keluarganya.

"Kau bercanda ya? Apa kau fikir Ayahmu akan membiarkan itu terjadi?"

Moses tertawa sinis menatap Alan dan segera menyandarkan badannya. Tatapannya berubah tajam ke arah Alan.

"Rici masih berperan penting dalam setiap keputusan yang dilakukan ayahku sampai kapanpun. Rici tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu dan keluargamu."

"Lalu, kau fikir aku akan menyerah setelah semua yang dilakukan Christie? Tidak Alan! Aku tidak akan menyerah memberi adikmu itu pelajaran berharga. Justru, dialah yang nantinya akan menyerah! dan jika dia menyerah, kuminta bawa dia sejauh mungkin dariku!" Ucapan tegas dan tajam Moses membuat Alan sedikit terkejut, Dia tahu jika adiknya manja dan egois, tapi walau seperti itu, Moses selalu menyukai semua hal yang ada di diri Rici sebelumnya.

Moses bahkan selalu membawa cokelat untuk Rici jika Moses berkunjung ke rumahnya dulu. Moses menyukai tarian balet Rici, dan selalu bersorak untuk semua pementasan Rici. Moses akan selalu memberikan hadiah untuk semua prestasi Rici di sekolah dulu. Dan, Moses lah yang dulu selalu menghalau pria yang mencoba mendekati Rici. Moses bahkan pernah meninggalkan Karina di bioskop ketika Alan memberi kabar jika Rici terjatuh di tangga gedung tempat latihan baletnya. Moseslah yang menyemangati Rici saat Rici tidak bisa mengikuti pementasan karena kakinya patah karena hal itu.

"Kau sangat membenci adikku rupanya!"

Ucapan berlahan Alan seketika membuat Moses mengerutkan dahinya. Ucapan Alan entah mengapa sedikit menganggunya. Alan kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Moses dan berdiri di depan Moses dengan meja kerja Moses sebagai perantaranya.

"Adikku yang manja dan egois itu sangat menyukaimu. Kau juga ikut andil dalam membesarkan sifat egois dan manjanya. Jangan terlalu keras padanya walau kau membencinya. Aku pergi!" Alan mengucapkan hal tersebut setelah menghela nafas yang cukup panjang. Dia menatap Moses dengan tatapan yang sulit dimengerti oleh Moses.

Rici menatap nanar ke arah sayuran yang ada di lemari pendingin di rumahnya. Sudah pukul 14.00 dan dia belum memakan apapun sejak pagi tadi, dan kini dia sudah merasa sangat lapar, tapi dia bahkan tidak bisa mengolah sayuran dan daging yang baru dibeli kemarin untuk menjadi sekedar makanan sederhana untuk mengisi perutnya.

Sejujurnya, dia ingin menelfon salah satu asisten rumah tangga di rumah ayahnya, tapi Rici takut ayahnya mengetahui hal ini dan membuat ayahnya menyakiti Moses dan keluarganya.

Rici kembali menutup lemari pendingin di rumahnya dan kembali duduk di mini bar di dapurnya. Dia melihat sendu ke arah kompor listrik di dapurnya dan menghela nafas berat.

"Mengapa memasak sungguh sulit? Aku lapar." Setetes air mata jatuh membasahi pipi pucat Rici. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan apapun.

Rici menatap ponselnya kemudian, dan mendapati kenyataan bahwa pengantaran makanan tidak dapat masuk ke daerah tempat tinggalnya. Rumahnya yang berada di pedesaan dan dikelilingi gunung membuat tidak bisa dijangkau oleh aplikasi pemesanan makanan.

Dengan keberanian penuh, Rici akhirnya mencoba untuk menelfon Moses. Bagaimanapun, tempat tinggalnya sekarang adalah tempat yang sudah dikenal oleh Moses. Setidaknya Rici ingin bertanya, dimana tempat Rici bisa membeli makanan untuk mengobati rasa laparnya. Tapi, ini sudah ketiga kalinya Rici mencoba menelfon Moses yang hanya berujung dengan bunyi nada panjang, tanda Moses mengabaikan panggilannya.

Rici akhirnya mencoba untuk mengirimkan pesan singkat dengan tulisan singkatnya, tanpa berharap Moses untuk membacanya.

"Aku lapar. " Pesan singkat itu terkirim dengan lelehan air mata yang kembali membasahi pipi Rici. Dia bahkan tidak berekspektasi bahwa Moses akan memperhatikan pesan darinya.

Rici meletakkan ponselnya kembali di atas meja mini bar, dan menghela nafas panjang sambil mencoba menenangkan dirinya. Sampai seketika ponselnya bergetar menampilkan nama Moses di display ponselnya.

"Halo. Moses, syukurlah kau akhirnya membaca pesanku. Aku.... Lapar... Aku sudah mencoba untuk..... "

"Aku sudah meminta seseorang untuk ke sana! Jadi, berhenti mengangguku dengan ocehanmu Christie." Moses memotong ucapan Rici dengan sinis dan membuat Rici hanya bisa terdiam.

"Maafkan aku jika aku mengganggumu. Aku tidak tahu.... "

"Kau memang selalu tidak tahu apapun! Bahkan dengan segitu banyaknya bahan makanan yang baru dibeli pun tidak bisa kau olah untuk mengisi perutmu sendiri! Hentikan omong kosongmu ingin menjadi istri yang baik jika kau bahkan tidak bisa membuat makanan sederhana untuk dirimu sendiri."

Bip..

Panggilan itu mati dengan ocehan kesal Moses yang membuat Rici menundukkan kepalanya. Seharusnya, Moses bisa memahami keadaannya. Selama ini, dia bahkan tidak pernah menyiapkan makanannya sendirisendiri apalagi harus memasak.

Suara ketukan pintu membuat Rici bangkit dari duduknya dan menuju ke pintu rumahnya, untuk melihat seseorang yang akan mengunjungi rumahnya seperti yang dikatakan Moses.

"Hi Christie!"

Unclear RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang