Perjalanan menuju rumah Moses sedikit melelahkan. Bagaimana tidak, sudah 2 jam mereka berkendara tapi tidak ada tanda-tanda mereka akan berhenti. Rici berulang kali bertanya pada Moses, kemana mereka akan pergi. Tetapi, Moses tetap mendiaminya dan membuat Rici sedikit kesal.
Ponsel Rici berdering dan sekilas Rici melihat ke ponselnya untuk memastikan siapa yang mencoba menghubuginya. Saat melihat nama seseorang yang sangat dikenalnya, dia hanya menarik nafas panjang dan mematikan ponselnya. Hal tersebut tidak luput dari pandangan Moses. Moses sedikit melirik wajah gelisah Rici melihat siapa yang menelfonnya hingga dia harus mematikan ponselnya. Tapi, dia mencoba menahan rasa penasarannya dan mencoba bersikap tidak terjadi apa-apa.
Jalanan sangat sepi, di sekeliling banyak pohon cemara yang tumbuh tinggi menutupi daerah tersebut. Di antara pepohonan itu, berdiri satu rumah yang minimalis yang tampak sangat asri.
Moses dan Rici turun dari mobil dan berjalan pelan memasuki rumah tersebut. Udara di sana sangat sejuk, akan tetapi Rici merasa ada yang tidak beres dengan keadaan di sana.
"Kau ingin kita tinggal di sini Moses?" Suara gugup Rici membuat Moses menyunggingkan senyuman sinisnya. Dia menatap tajam ke arah Rici dengan senyuman sinisnya dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah rumah itu.
'Ya Rici! Kita akan tinggal disini!"
"Apa? Kau yakin? Ini sangat jauh dari kota Moses. Bagaimana jika aku ingin ke salon? Shopping? Ke gym?" Suara panik Rici sejujurnya tampak lucu dan ingin membuat Moses tertawa. Tapi, dia menyimpan perasaan itu dan menatap Rici datar.
"Kau tidak membutuhkan itu semua Rici."
"Lalu bagaimana dengan Asisten rumah tangga? Dimana dia? Aku lelah sekali. Aku ingin dipijat dan aku juga haus." Rici mencoba mengalah dan mengabaikan tentang salon, shopping, dan gym. Dia kemudian duduk di sofa tepat di hadapan Moses dengan wajah lelahnya.
"Kau juga tidak membutuhkan itu Rici. Mulai sekarang, kau lah yang melakukan itu semua." Suara tajam Moses seolah menjadi peluru yang menembak telinga Rici. Rici seketika menegakkan badannya menatap bingung ke arah Moses.
"Apa maksudmu? Kau ingin aku menjadi pembantu?" Suara kaget Rici membuat Moses sedikit menaikkan alisnya. Mata Rici yang melotot membuat wajah paniknya tampak terlihat jelas.
"Tidak Rici. Kau sendiri yang berkata bahwa kau ingin menjadi istriku. Maka, inilah istri yang kuinginkan. Mengurusku dan rumahku sendiri."
"Tapi aku tidak pernah melakukannya sebelumnya."
"Maka belajarlah Rici! Belajarlah menjadi seorang istri yang baik. Dan, jangan mengeluh!" Moses kemudian meninggalkan Rici yang masih sedikit kaget dengan ucapan Moses. Bagaimana tidak, tempat tinggal mereka jauh dari kota, dan sangat terpencil. Rici bahkan khawatir akan kekuatan signal internet di tempat itu.
Rici menatap kamarnya sendiri dengan bingung. Bagaimana tidak, Moses baru saja mengatakan jika dia dan Moses akan tidur di kamar terpisah. Rici hanya bisa mendengus kesal dan mendorong kopernya untuk memasuki kamar yang disediakan Moses untuknya. Kamar dengan nuansa putri raja, dengan dominasi warna pink pucat. Ini memang warna kesukaan Rici, tapi dia mengabaikan itu semua karena tindakan Moses yang menurutnya keterlaluan.
Rici mendudukkan dirinya di kasurnya, sambil menutup matanya. Ada perasaan sedih di hatinya saat harus tinggal di pinggiran kota sepi layaknya tengah hutan, akan tetapi membayangkan hari demi hari akan dilewatinya bersama Moses membuatnya sedikit lega. Rasa lega itu memudar saat dengan angkuhnya Moses memasUki kamarnya, dan meminta Rici untuk mengikutinya.
Moses membawa Rici ke suatu pasar tradisional di dekat rumah yang mereka tempati. Tampal Wajah geli dan sedikit jijik di wajah Rici saat mereka harus melewati jalanan becek di pasar itu. Moses sejujurnya ingin tertawa saat Rici berjalan berlahan sambil sesekali menutup hidungnya.
"Kita akan membeli bahan makanan. Sayuran, ikan, daging, dan buah semuanya berasal dari kampung ini. Semuanya segar dan sehat." Moses berbicara pelan, mencoba untuk mengalihkan perhatian Rici. Dia melirik sebentar ke arah penjual buah dan tersenyum setelahnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Rici. Orang-orang di pasar itu seakan sudah mengenal dengan baik Moses, melihat bagaimana mereka menyapa Moses dengan panggilan yang sangat hormat.
"Apa kau yakin semuanya disini sehat? dari penampilan mereka aku tidak yakin sayuran di sini steril."
"Aku menjamin semua yang ada di sini adalah yang terbaik, Rici." Moses berbalik dan menatap Rici dengan tatapan datarnya. Ada perasaan kesal saat Rici meragukan hasil perkebunan di kampung itu. Ya, kampung yang mereka tempati milik keluarga besar Moses. Mereka memiliki perkebunan buah dan sayur, juga peternakan di kampung itu. Sejak kecil, Moses sudah berteman dengan alam dan orang-orang di kampung itu.
Mosespun kembali berjalan, dan mencoba mengabaikan Rici yang kesusahan berjalan di tanah lembek karena menggunakan wedgesnya, hingga sampailah mereka di tempat penjual sayur terbesar di pasar itu. Seorang wanita tua tersenyum menatap Moses dan Rici.
"Hi nek! aku datang!" Suara girang Moses membuat Rici sedikit kaget. Setahu Rici, Moses tidak lagi memiliki nenek. Rici hanya menatap Moses dan wanita yang disebut Moses dengan sebutan nenek tadi dengan bingung.
"Moses, Akhirnya kau datang! Aku mendengar kabar bahwa kau telah menikah, dan akan tinggal di sini. Aku senang mendengarnya!" Wanita itupun tersenyum lebar sambil berjalan mendekati Moses. Dia menepuk punggung Moses pelan sambil menatap Moses dengan wajah sumringah.
"Lalu, apa dia istrimu?" Moses hanya mengangguk saat wanita paruh baya itu menatap Rici dengan senyum mengembang. Wanita paruh baya itupun mendekati Rici, mengenggam kedua tangan Rici.
"Moses sudah seperti cucuku sendiri. Sebagai istrinya kau harus bisa melengkapinya. Untuk menjadi istri yang baik kau perlu mengerti arti cukup. Cukup layani dia dengan baik, cukup hargai keputusannya, dan cukupi perutnya dengan makanan enak. Jangan terlalu berlebihan, ingatlah satu hal. Gula memang manis, dan Gula membuat teh yang pahit menjadi manis dan segar, tapi jika kau terlalu banyak memberi gula pada teh, maka teh itu akan dibuang karena terlalu manis." Wanita paruh baya itu, terdengar sedikit menyindir Rici. Rici yang merasa tersindir, menatap datar wanita paruh baya itu,
"Kau wanita yang sangat baik, dan aku tahu kau akan membawa kebaikan buat Moses. Jadi, belajarlah prinsip cukup, maka kau akan menjadi wanita yang paling berbahagia." Wanita paruh baya itu kemudian tersenyum lembut dan mengelus pundak Rici, dan perasaan kesal di hati Rici seolah terbang entah kemana.
Rici masih termenung sepanjang jalan, sepulang mereka dari pasar tradisioanal itu. Kata-kata wanita paruh baya itu menggores hatinya dan membuat Rici merasa kebingungan. Moses yang menyadari perubahan sikap Rici hanya mampu diam dan membiarkan Rici dengan lamunannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/363942548-288-k66510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unclear Rainbow
RomanceRici selalu mendapatkan apapun keinginannya. Rici gadis yang cantik, penuh percaya diri, angkuh, populer, dan kaya raya. Akan tetapi, Rici lupa jika tidak semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Cinta Moses yang sulit diraihnya, menjadikannya...