"Halo" Suara ketus terdengar dari ponsel Rici. Saat suara itu terdengar, air matanya jatuh tanpa dikomando. Nafasnya tidak beraturan dan entah mengapa suara itu sangat mempengaruhinya.
"Alan...." Suara serak Rici terdengar memilukan. Dia hanya mampu menyebut nama kakaknya itu tanpa melanjutkan kalimatnya.
"Ada apa? Apa kau menangis? Ayolah Rici, jangan buang waktuku hanya untuk mendengar tangisanmu!" Suara ketus Alan terdengar kembali. Akan tetapi, suara itu tidak membuat Rici kesal, suara isak tangis itu semakin terdengar, dan suara tangis itu terdengar sangat memilukan. Tanpa disadari olehnya, Moses sudah masuk kekamarnya dan merebut ponselnya.
"Halo Alan! ini aku! aku sudah memberitahu Rici tentang ayahmu!" Moses menatap datar ke arah Rici, tampak wajahnya menyiratkan rasa bersalah dan hanya mengangguk pelan mendengar apa yang ducapkan Alan di seberang ponsel yang bahkan tidak bisa di dengar oleh Rici.
"Alan akan datang untuk menjelaskan padamu! Dengar Rici, saat ini kau bukan korban! walau kau bukan pelaku utama, tapi kau adalah penyebab dari sekian banyak kejadian buruk yang pernah terjadi. Jadi, jangan menangis seolah-olah kau adalah korban! itu membuatku muak melihatnya!" Moses melempar kecil ponsel Rici ke arahnya dan meninggalkan Rici yang masih menangis sesunggukan. Perasaan bersalah bersarang di hatinya. Belum saatnya untuk Rici mengetahui ini semua. Alan baru saja memakinya karena hal ini, dan dia harus menerima jika nanti Alan akan melayangkan tinjunya karena memberitahu Rici tentang perbuatan ayahnya yang sangat keterlaluan.
Malam tiba, dan Alan belum juga tiba. Ada kemacetan di pusat kota, yang menyebabkan Alan sedikit telat dari waktu yang telah dijanjikannya. Rici sejak tadi hanya duduk di ruang tengah, menunggu kakaknya dengan perasaan gundah, Wajahnya tampak sangat sembab karena menangis sejak siang tadi.
"Apa kau tidak ingin makan malam? aku tidak ingin Alan meninjuku hanya karena aku tidak memberi adiknya makan." Moses menghampiri ruang tengah dengan suara ketusnya. Ada perasaan khawatir di dalam hatinya saat melihat Rici yang tampak berantakan. Dan di saat bersamaan, suara ketukan pintu terdengar, dengan langkah cepat, Rici membuka pintu dan memeluk kakaknya saat melihat kakaknya berdiri di depan pintu.
Alan duduk di samping Rici dengan memegang lembut tangan adik satu-satunya itu. Tangis halus Rici masih terdengar dan membuat Alan merasa kasihan. Dia sesekali menatap tajam Moses, seolah ingin memaki dan meninju temannya itu, karena dengan beraninya membicarakan rahasia keluarganya yang jika bisa ingin disembunyikan selamanya oleh mereka.
Bagi Rici, ayahnya adalah malaikat. Ayahnya adalah yg terbaik untuk Rici. Ayahnya selalu mengabulkan apapun yg diinginkan Rici bahkan tanpa harus diminta oleh Rici. Akan tetapi, Rici tidak pernah tahu, bahwa segala sesuatu yg dilakukan oleh ayahnya banyak mengorbankan orang lain.
"Alan, apa benar, Ayah selalu membuat orang-orang menjadi korban untuk membuatku mendapatkan apa yang kuinginkan?" Rici menatap ke arah Alan dengan tatapan sendunya. Setetes air mata jatuh kembali membasahi pipi pucatnya. Tatapan kecewa dan perasaan kecewa tergambar jelas di wajahnya.
"Rici, tenanglah! semuanya akan baik-baik saja! semuanya sudah berlalu, dan tidak ada gunanya membahasnya saat ini." Alan mencoba untuk menenangkan Rici dengan mengelus lembut punggung Rici. Sekesal apapun Alan dengan Rici, tapi tetap saja Rici adalah adik kesayangannya, dan dia juga merasakan kepedihan yang sama dengan Rici.
"Tenang? bagaimana bisa aku tenang? Bagaimana dengan orang-orang yang terluka karenaku? Mengapa Ayah harus melakukan ini? aku..."
"Cukup Rici! jangan seolah-olah kau khawatir dengan orang yang terluka karenamu. Karena sesungguhnya, kau tidak pernah memperdulikan mereka!" Suara tajam Moses membuat Alan dan Rici menatap kaget ke arah Moses. Tampak kemarahan tergambar jelas di wajah Moses. Rici seolah mengerti, bahwa apa yang dirasakan oleh Moses berkaitan dengan pernikahan mereka yang mengorbankan keluarga Karina.
"Kau bertanya tentang orang-orang yang terluka karenamu? dimana kau saat semua orang-orang itu tiba-tiba menghilang? dimana kau saat kuda kesayanganmu tiba-tiba dikabarkan jatuh sakit dan mati? dan bagaimana dengan Karina? dengan keluarganya? apa kau pernah sekali saja memikirkan itu? kau bahkan sangat senang saat Bella tidak lagi bersekolah di tempat yang sama denganmu! saat kudamu dikatakan sakit, apa kau tidak curiga? kuda itu masih sehat waktu kau tunggangi dan tiba-tiba dia sakit? kau bahkan tidak bertanya apapun, Christie. Kau selalu mewajarkan segala hal! mengapa baru sekarang kau merasa khawatir Christie? KAU....."
"Cukup Ses! Hentikan!" Alan berteriak kencang, menatap tajam ke arah Moses. Wajah memucat Christie yang sejak tadi tampak bahkan diabaikan oleh Moses, dan membuat Alan harus membuat Moses berhenti dengan segala emosinya.
"Kau memintaku berhenti? kita harus meluruskan ini agar adik manjamu itu mengerti bahwa Ayahmu adalah monster yang sangat menyeramkan, Alan! kau bahkan mengorbankan semua mimpimu, mengorbankan dirimu untuk adikmu yang manja itu! apa dia pernah bertanya? saat kau harus mengorbankan mimpimu menjadi pelukis, apa dia setidaknya pernah menanyakannya padamu? saat kau harus dipukul dengan stick golf karena dia jatuh dari kuda, saat kau harus di pukul karena adikmu itu menangis, saat..."
"MOSES! Cukup! jangan melanjutkan lagi!" Hentakan Alan menghentikan ungkapan emosi Moses yang tanpa disadarinya membuat Rici kembali terguncang. Alan menatap tangan Rici yang gemetar dan kemudian dengan cepat memegang tangan Rici untuk menenangkan adiknya itu.
"Apa itu benar? Ayah melakukan itu untukmu? Ayah, apa Ayah suka memukulmu karena aku?" Tangis Rici seketika pecah. Alan mengalihkan pandangannya kepada Moses, seolah ingin meminta Moses untuk tidak melanjutkan kemarahannya.
"Semuanya sudah berlalu! Tidak perlu mengkhawatirkannya lagi!" Alan mengelus pelan punggung Rici dan menatap sendu adiknya itu. Alan tidak pernah membayangkan jika semuanya akan diketahui oleh Rici dengan cara seperti ini.
"Tidak ada yang ingin kubicarakan tentang ini Rici. Semuanya sudah berlalu. Untuk saat ini, yang harus kau lakukan adalah menjalani kehidupanmu dengan sebaik mungkin. Saat ini kau sudah menikah. Pernikahanmu adalah urusanmu dan Moses. Tolong jangan biarkan Ayah memasuki kehidupan pernikahanmu! Jadilah dewasa dan kumohon untuk lebih peka dengan keadaanmu."
"Tapi aku tidak mengerti, Alan! Aku tidak pernah meminta Ayah untuk membuat orang lain menjadi korban, aku juga tidak pernah tahu kalau setiap kejadian buruk yang terjadi padaku, maka kau akan disalahkan."
"Kau bukannya tidak tahu Christie. Tapi kau, menutup mata dan telingamu untuk itu semua. Kau tahu Christie, kau adalah manusia teregois yang pernah aku temui." Moses menjawab kesal ucapan Christie yang seolah-olah dia adalah korban dari kekejaman ayahnya sendiri. Setelah mengatakan hal itu, Moses pergi meninggalkan Alan dan Rici di ruang tengah. Moses cukup kesal melihat Rici yang menangis di pelukan Alan.
![](https://img.wattpad.com/cover/363942548-288-k66510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unclear Rainbow
RomanceRici selalu mendapatkan apapun keinginannya. Rici gadis yang cantik, penuh percaya diri, angkuh, populer, dan kaya raya. Akan tetapi, Rici lupa jika tidak semua yang diinginkannya akan didapatkannya. Cinta Moses yang sulit diraihnya, menjadikannya...