Bab-17

8K 696 81
                                    


Happy reading💗

_____________

Saat ini Nindy telah berada dikediaman Pradipta, barang-barang di rumahnya yang menurut Nindy penting sudah ia ambil tadi sama Dewa.

Diruang keluarga mansion Pradipta, Jayden menjelaskan pada sang putri kenapa dirinya bisa hilang. Dan Nindy merasa bersalah setelah mendengar penjelasan itu, karena sebelumnya ia mengira pemilik tubuh ini dibuang oleh keluarganya. Padahal sama sekali tidak, bahkan akibat hilangnya pemilik tubuh ini ibu kandungnya depresi dan meninggal. Nindy juga merasa tak enak karena dia adalah jiwa asing yang tiba-tiba menggantikan kehidupan pemilik tubuh ini.

"Besok kamu jangan ke sekolah dulu ya sayang! Ayah ingin menghabiskan waktu dulu bersamamu, Ayah masih kangen," ujar Jayden kepada Nindy yang sedang bermain ponsel baru yang dibelikan Dewa tadi, dengan kepala yang disandarkan ke pundak ayahnya.

"Iya Ayah.

"Dewa juga gamau sekolah" celetuk Dewa yang berada tepat di sebelah sisi Nindy, posisi Nindy saat ini diapit oleh kedua pria berbeda usia itu.

"Tidak bisa son kamu udah kelas 12, jangan lupa sebentar lagi juga ujian," balas Jayden menatap anak laki-lakinya.

Dewa memberengut kesal, Nindy meletakan ponsel di atas meja, ia kemudian memegang lengan kakak kandungnya ini, sebenarnya Nindy merasa malu juga karena jiwa aslinya sudah berumur 19 tahun, lebih tua dari Dewa, tapi karena pemilik tubuh ini baru berusia 16 tahun brarti dia sekarang artinya muda lagi dong.

"Gausah sedih bang, bener kata Ayah," sahut Nindy menatap mata Dewa. Memang sekarang Nindy sudah memanggil Dewa dengan sebutan Abang, perintah dari Dewa sendiri.

"Fine, tapi nanti kalau Abang pulang sekolah jangan lupa ya pergi ke mall bareng buat beli perlengkapan untuk camping lusa," ujar Dewa, yang membuat Nindy menganggukkan kepalanya, "Siap bang."

_____________

Kini hari berganti dengan cepat, tiba waktunya para murid kelas 11 & 12 Zenatta akan melakukan kegiatan camping, sudah ada beberapa bus yang disiapkan pihak sekolah. Semua murid juga pagi-pagi sekali sudah berada di sekolah.

Nindy yang baru tiba bersama Dewa dengan di antar Ayahnya pun langsung menjadi pusat perhatian semua murid, tapi karena sifat mereka berdua yang bodo amatan itu tidak perduli sama sekali.

Dewa menggandeng tangan Nindy menuju teman-temannya yang kini sedang menatap penasaran padanya.

"Anjir lo kok bisa sama Nindy sih?" kepo Willy yang langsung bertanya pada Dewa, memang Dewa belum mengatakan tentang hal ini pada teman-temannya.

"Adik gue."

"Maksud lo, Nindy itu adik lo yang hilang 13 tahun lalu?" timpal Vano, karena memang Dewa pernah bercerita jika sebenarnya ia mempunyai adik perempuan tapi menghilang.

Dewa mengangguk mendengar hal itu, sedangkan Niko sendiri diam-diam menghela nafas lega, seperti beban berat yang dipikirannya langsung menghilang mendengar fakta itu.

"Gak nyangka gue, selamat ya bro akhirnya adik lo ketemu," ujar Willy yang dibalas senyuman tipis Dewa.

"Kok kak Sagara nggak ada?" tanya Nindy, ia tidak melihat adanya Sagara disini, biasanya kan selalu bersama orang-orang ini.

"Itu anak mah sibuk Nind, mungkin udah duluan ke bus khusus osis," balas Vano yang membuat Nindy mengangguk paham.

"Lebih baik kita masuk ke bus, karena teman-teman yang lain udah pada masuk loh itu," kata Karren yang sedari tadi hanya diam, tangannya menunjuk para murid yang sudah berbondong-bondong masuk ke bus.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang