Chapter 1: Pilot

1.2K 111 4
                                    


"Genevieve! Perhatikan gesekan mu!" Suara Miss Lee mengelegar di studio. Gigi yang tadinya sempat blank kembali memerhatikan kertas didepannya dan juga memperbaiki postur tubuhnya. 

"What's wrong? kamu capek?" Miss Lee memegang pundak Gigi khawatir, "Go get some rest first, Gen. Jalan-jalan dulu 'gih di taman." Gigi mengangguk dan menaruh biolanya dengan hati-hati. 

Bermain biola bukan merupakan keinginannya. Kalau ditanya apa yang Gigi mau? Gadis dengan paras cantik itu hanya ingin bermain seperti gadis lain seusianya. 21 Tahun Gigi hidup tidak pernah luput dari pengawasan orang tuanya, seluruh kegiatannya sudah diatur dengan baik dan detail oleh Mamanya. Gigi memahami tindakan orang tuanya tersebut karena status yang dimiliki oleh kedua orangtua dan juga nenek serta kakeknya. Beruntungnya, Gigi selalu bisa membujuk kakek dan neneknya untuk membawanya pergi ke mall seperti orang biasa. Tanpa pengawasan, tanpa body guard, hanya mereka bertiga. 

Gigi menghela napas dengan berat. Langkahnya terasa begitu berat sampai pada akhirnya ia mendengar dentuman piano dari studio tidak jauh dari tempatnya. Dengan automatis ia mengikuti suara tersebut dan melihat sesosok lelaki dari balik jendela pintu studio. Sang lelaki memakai masker wajah yang menutupi sosoknya. Dari kejauhan, Gigi hanya dapat mengagumi tangan jentik si lelaki yang dengan lihainya menari diatas tuts piano. 

Aah, That's what a passion looks like. Gigi berdecak kagum.

Suara merdu piano yang dimainkan laki-laki tersebut membuatnya dapat bernapas dengan lega kembali. Gigi seperti menemukan passionnya kembali dalam memainkan musik, dan dalam melanjutkan hidup. 

"Gen? mau balik sekarang?" Miss Lee menegur Gigi dari belakang. Gigi membalasnya dengan senyuman dan mengikuti langkah Miss Lee kembali. 

【-】【-】【-】

Sorayawr: Babe, are you going to the party 2nite? How about your parents?

Gigi: Clear. Udah boarding harusnya sekarang. And also, I bought face mask, you know? Yang kayak masquarade gitu. 

Sorayawr: Gosh your dedication not to get caught is top-notch. Kalo gw udh kabur dari rumah kali. Aight. See you soon bish. 

Gigi: Don't forget to pick me up. Jangan kayak last time. U ended up getting drunk on your own?

Sorayawr: That's a long time ago :' Forgive me my sweetheart darling honey boo :( Sebagai permintaan maaf I will introduce you to the bar owner later. He is damn gorgeous. 

Gigi: Whatevs. Lyb [Love you, bye]

【-】【-】【-】

cr: Pinterest 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr: Pinterest 

"Gosh this is so loud." Gigi menutup telinganya.

"Yeah? this is a night club? Of course ini berisik," Soraya menggeleng, "anyway, I'm buying us cocktails. No mocktails for tonight. Lo kosong kan besok?"

"uhm, I think so? Jangan yang aneh-aneh ya Ray, I don't know my limit," Gigi khawatir, mengetahui temannya itu biasa minum setiap minggu. 

"Chill, Trust me." Soraya tersenyum mencurigakan. 

Soraya pergi dan meninggalkan Gigi sendiri di tengah keramaian orang-orang yang mulai mabuk. Bau alkohol yang sangat tajam berpadu dengan bau parfum mahal yang kuat membuat Gigi sedikit pusing. Dengan pelan-pelan ia menjauhkan diri dari keramaian dan mencari toilet. 

"Eh, he is here tonight. "

"Siapa?"

"Who else? of course Jesse. Gosh I miss him so much. I would kill to spend one more night with him. He touch me like no one did." 

Gigi mencoba tidak bersuara dari bilik toilet. Wait? Jesse Aiden? Ah tidak mungkin, ada banyak jesse di dunia. 

But. It could be him, though?

Gigi mencoba tidak memedulikan dan keluar toilet untuk mencari Soraya. 

"Girl! There you are! Ini minum lo. Drink it in one shot ya?" Soraya tertawa. Gigi menerima minum tersebut dari Soraya dengan sedikit keraguan. Fuck it. Ia meminumnya dengan satu tegak. Cairan tersebut membakar tenggorokan Gigi dan meninggalkan aftertaste yang menarik. 

"I like it" Ujar Gigi pelan, "I am gonna treat myself today. Everything on me, Ray" Gigi tersenyum. 

"Pelan-pelan. GOD. G!" Soraya berlarian mengejar Gigi yang sudah setengah mabuk dan mulai tertawa lepas selagi mengitari ruangan VIP. 

"G. Please sit down. Temen gw mau dateng sebentar lagi. Please jaga image lo sedikit," Soraya termenung, menyesali telah mengenalkan temannya ke alkohol kesukaannya. 

cklek 

Pintu ruangan VIP tersebut terbuka. 

"Raya? is that you? Good Lord!" Sang lelaki berdecak terpesona melihat sosok temannya. 

"Axel? AAAH I miss you so much." Soraya berteriak selagi lari kedalam pelukan Axel.

"You change. A lot. God. You are so pretty, Ray." Axel berdiri dengan canggung, terpesona dengan perubahan temannya. 

Soraya merasakan udara yang semakin pekat akibat tatapan dari temannya tersebut. "Ah, nothing change, really. By the way, have you met my friend?" Soraya mengalihkan pembicaraan selagi menarik Gigi berdiri.

"She is Gigi Tjahy--" Soraya hampir membocorkan identitas Gigi

"Ahahah, No need to tell everyone about my family. Let gO!" Gigi memotong ucapan Soraya dan menepis tangannya.  

"I am sorry. She is drunk. Aduh gimana ya" Soraya menggaruk kepalanya pelan. 

"HAHAH. No worries. Gw titipin ke temen gw ya, gentleman abis. She'd be okay with him." Axel berjalan mendekati Soraya, "Meanwhile, can I steal you to the dancing floor?" Axel tersenyum manis. 

AAAH. Soraya berteriak kencang dalam hati, "okay. Tapi, make sure temen gw aman ya?" 

"Gampang, babe." Axel mengecup pelan tangan Soraya. 

Gigi terbangun dengan napas tersengal. Ah. Untungnya ia masih di club tadi. But wait. Soraya? 

"Ray. Soraya, Ray! WhERE the hell are you" Gigi berdiri dengan cepat yang mengakibatkan dirinya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh kalau tangan lentik itu tidak menangkapnya. Huh? Ini siapa?

"Genevieve? Genevieve Amaya Tjahyo kan?" suara dalam nan sensual tersebut memanggil namanya. Shit. 

"Huh? Tau dari mana?" Gigi langsung memegang matanya. Shit. Ia tidak memakai masker wajahnya. 

"Of course I know you. The perfect princess. The heiress of multinational company," Si pemilik suara tersebut menunduk, memegang dagu Gigi. 

Setelah Gigi melihat wajahnya dengan jelas ia baru menyadari siapa orang didepannya tersebut. JESSE AIDEN? 



The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang