Chapter 17: Heartbeats

237 32 8
                                    

"Gi, gimana kata dokternya? Kamu sakit apa?" Jesse bertanya saat menjemput Gigi dari UGD. 

Gigi yang terlihat sedikit sibuk dengan pikirannya tidak mendengar pertanyaan Jesse. 

"Separah itu Gi?" Jesse memberhentikan  mobilnya di pinggir jalan. 

"Eh? Eh? Ngga kok Je. Aku ngga apa-apa, tadi diinfus sebentar terus udah deh, ini aku dikasih vitamin aja biar ngga drop lagi." Gigi berusaha senyum.

Jesse mengangguk kepalanya paham dan melanjutkan perjalanan pulang. 

Sesampainya di rumah, Gigi dan Jesse yang tadinya ada rencana ke Rumah Sakit untuk memberikan donasi kepada anak-anak, termasuk anak Manajer Rowan yang menjadi Terdakwa sepertinya harus tertunda. 

"Je, maaf banget tapi boleh ngga kita ke rumah sakit nya agak malam aja? Aku mau istirahat sebentar." Gigi berkata lemas, bibirnya terlihat sedikit pucat dan sinar matanya sedikit sayu. 

"Of course, Gi, ngga apa-apa. Kesehatan kamu lebih penting buat aku." Jesse mengusap rambut Gigi. 

【-】【-】【-】

Gigi's POV

Aku terduduk dikloset kamar mandi. Dada ku terasa sesak lagi dan aku bisa merasakan air mata yang menumpuk di pelupuk mataku. 

Seperti orang gila, aku mengambil sebuah test pack yang dibelikan Raya sebagai bahan candaan beberapa minggu lalu dan mengetes kembali fakta yang sudah sangat pasti itu. 

Dua garis terlihat sangat jelas pada alat itu. Bodoh. Sudah pasti positif, bukannya itu yang dokternya tadi bilang?

Aku sungguh sulit menerima kehadiran manusia ini. Masih banyak yang harus aku lakukan dan kehadirannya seperti memberi tahuku untuk melambat. Aku bahkan belum mendapatkan sertifikasi Advokat! Aku belum melanjutkan S2 di NYU seperti rencana ku dan janjiku pada Opa. 

Aku menyalakan shower dengan kencan untuk menutupi tangisku yang semakin kencang pula. Bagaimana ini? Aku tidak ingin bertengkar dengan Jesse lagi karena aku tahu ia pasti akan ingin manusia kecil ini bertahan. 

Saat mengakhiri mandi ku, aku berdiri kaca kamar mandi yang sedikit berkabut itu dan menatap wajahku yang sembab. 

Okay. Aku akan sembunyikan ini dari Jesse. 

【-】【-】【-】

"Gi? Udah siap?" Jesse mengetuk kamar mandi. 

Gigi keluar tidak lama kemudian dengan senyum yang sedikit lemas, "Yes."

sesampainya di rumah sakit, Gigi dan Jesse langsung disambut oleh direktur rumah sakit dan juga orang tua anak-anak yang diberikan donasi. 

Senyum mereka mengatakan semuanya. Kehadiran donasi dari Jesse seperti oasis di tengah padang pasir. Dan walaupun beberapa masih terlalu kecil untuk memahami, anak-anak dengan bahagia mendatangi Jesse dan Gigi yang baru hadir. 

Yang mereka ketahui adalah akibat dua orang ini, orang tua mereka dapat tersenyum lebih tulus dan ringan. 

"Tante, tante." Seorang anak perempuan yang menggunakan topi menarik pelan gaun midi yang digunakan Gigi, "ikut Alita ayo."

Gigi merasakan kehangatan di hatinya dan mengikuti gadis tersebut.  

"Kenapa, sayang?" Gigi bertanya saat anak itu membawanya ke taman rumah sakit. 

"Terima kasih banyak, tante." anak kecil yang masih berusia 6-8 tahun itu berkata dengan malu, "Alita tahu waktu Alita ngga banyak lagi. Tapi tante sudah bantu orang tua Alita banyaaaak banget. Jadinya nanti pas Alita pergi, mereka ngga usah nangis lagi deh!" 

The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang