...
"G, lo ngapain." Jesse berkata pelan seraya menatap lekat mata besar Gigi.
Gigi yang langsung menyadari perbuatannya melepaskan tangannya dari pipi lembut Jesse.
"Sorry banget. Gue gatau kenapa. Maaf. Oke. Gue cabut. Bye." Ucap Gigi kaku.
Perempuan berambut panjang itu langsung berdiri dengan canggung dan merapihkan barangnya dengan cepat dan memakai sepatunya. Jesse hanya mematung setelah kontak minim mereka tadi.
Bodoh! What the hell am I doing! Gigi mengutuk dirinya sendiri dalam hati.
"Hey, ini udah malem banget apa lo ngga mau stay disini dulu? Gue ada kamar extra kok." Jesse berkata lembut, "Don't get me wrong. Gue gaada intensi apapun sumpah. Kebetulan aja."
"Maaf, Je. Mama gue bakal throw a fit if she knows I am not home." Gigi menghembuskan napasnya kencang.
"Ah iya juga. Yaudah at least biarin gue anter lo balik, okay?"
"Kay."
Perjalanan menuju rumah Gigi sangat sunyi. Jesse maupun Gigi tidak ada yang berniat memulai percakapan karena mengetahui apapun yang mereka katakan akan menambah situasi menjadi canggung.
"2 months. Dua bulan lagi lo akan bebas, Gi. I can't wait for you." Ucap Jesse sambil membukakan pintu untuk Gigi.
"2 months. Thank you, Je."
【-】【-】【-】
"G, I really do think that the first one suits you best." Soraya berkata sambil menyeruput kopinya.
Sejujurnya kalau bukan karena Gigi tidak mungkin di jam 10 pagi ia sudah mandi dan berdandan rapi untuk menemani seseorang berbelanja baju pernikahan. Gigi yang seharusnya memilih gaun pernikahan bersama Jesse terpaksa merubah rencananya karena Jesse ada keperluan mendadak.
"But I don't feel like it. Kayak bukan gue aja, Ray," Gigi menggelengkan kepalanya.
"Mungkin ibu ingin mencoba dari koleksi klasik kami? Memang jarang ada yang membeli koleksi tersebut karena tren wedding tahun ini lebih ke tema royalty. Tetapi menurut saya visual ibu sangat cocok dengan koleksi klasik kami yang mengejar look elegan, timeless, untouchable." Ucap manajer butik tersebut.
Gigi memiringkan kepalanya, berpikir. Menarik. Dirinya memang selalu mencari pakaian yang terkesan vintage dan bukan tipe yang mengikuti tren terkini, "baik, akan saya coba."
"Ini yang pertama, bu. Desainnya sederhana dan dress nya dapat dipakai di occasion lain." Sang manajer tersenyum sopan.
(CR: PINTEREST)
"Are you kidding me? She'll be married to The Mahaprana. And you are giving her this dress? You are funny." Soraya berdecak tak terima.
"It's not that bad, though. Tapi saya setuju dengan teman saya, ini terlalu sederhana." Gigi menghela napas kecewa. Ia kira butik rekomendasi Jesse akan memenuhi ekspektasinya
Manajer butik tersebut kelabakan mencari dress yang cocok di hanger.
"Kalau yang ini, bu?" Sang manajer berkata pelan.
"Skip. Boring." Soraya mengerucutkan bibirnya.
Gigi terkekeh melihatnya. Dari dulu untuk urusan belanja Gigi selalu mempercayakan Soraya untuk menilai pilihan pakaiannya. Yah, walaupun selera Gigi tidak beda, mereka berdua memang paling cepat dekat karena sama-sama memiliki selera fashion yang bagus.
"Uhm, tidak." Gigi menggeleng sopan.
Sang manajer membuang napasnya kencang sampai pada akhirnya matanya menemukan sesuatu yang tersembunyi.
"Ada satu dress lagi, bu. Sangat ringkih karena sudah dibuat sejak 20 tahun yang lalu. Ini sebenarnya dress custom tetapi sang pemilik tidak jadi memakainya karena alasan pribadi. Mungkin ini akan terkesan kuno dan plain tetapi saya yakin dengan visual ibu, dressnya akan stand out, ibu juga tidak akan kalah cantiknya." Si manajer memainkan cincin di jari telunjuknya, sedikit khawatir.
"Okay, saya akan coba lihat." Gigi tersenyum.
"Ibu Genevieve boleh langsung mencoba pakaiannya." Si manajer datang dengan sebuah bongkahan gaun satin putih yang terlihat sangat memesona terkena pancaran lampu sorot.
"G.."
Soraya menatap lekat Gigi, sahabatnya sedari kecil, dibalutan gaun sederhana tetapi entah mengapa gaun tersebut seperti memilih Gigi. Seperti ada untuk Gigi.
"Gosh. Look at the back. Jesse is going to fall for you, hard." Gigi merona mendengar ucapan Soraya.
Soraya sedari tadi masih sibuk memuji Gigi dalam balutan gaun tersebut. Gigi setuju. Sejujurnya ide bahwa ia akan menikah dalam waktu yang sangat singkat tidak pernah terbesit di dalam pikirannya hingga momen ini. Ia melihat kagum gaun yang ia pakai saat ini.
Ting...Ting...Ting....
Gigi berasa seperti dapat mendengar wedding entrance song dan gandengan ayahnya.
Tidak terasa pipi Gigi basah dengan air matanya sendiri. She Loves it. The idea of getting married. Lebih dari alasan karena ia ingin kabur dari rumahnya. Ada kesenangan sendiri, rasa senang ingin mengarumi perjalanan baru, bersamaan dengan rasa takut yang banyak juga.
"We are taking this one, jangan bilang Jesse saya pilih yang ini." Gigi tersenyum sambil mengelap air matanya.
"Aaah, we are playing secrets here, I love." Soraya berdiri dan mengistirahatkan dagunya di pundak Gigi, "My bestest friend is getting married. I--"
Soraya tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan menenggelamkan wajahnya pada pundak Gigi.
Gigi tersenyum dan memeluk erat sahabatnya itu, "I am getting married and you are still going to be my emergency contact, Ray."
Author's Note:
DOUBLE UPDATE! Baca chapter selanjutnya untuk THE wedding dan juga reveal the back of the dress hehehehehehhehehe. Sumpah Giselle CANTIK banget kalau pake dress kayak gitu :"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess and The Mastermind
RomansaMr. Mahaprana dan Mrs. Mahaprana. Genevieve tersenyum kecil saat memikirkan hal tersebut. Dirinya sekarang sudah resmi menjadi istri dari seorang Jesse Aiden. Jesse. Aiden. Tetapi perasaan ini hampir runtuh saat Genevieve mendengar yang tidak harus...