Chapter 4: Wedding Planning

544 63 3
                                    

Walaupun Genevieve dan Jesse berjanji untuk saling menikahi satu sama lain, dasar dari pernikahan mereka bukanlah cinta tetapi hanya sebatas saling menghormati. Keputusan masing-masing pihak untuk saling menghormati dan jujur sudah bulat. Jesse berencana menyerahkan seluruh urusan pernikahan mereka kepada Gigi karena Jesse mengira hanya dengan ini ia dapat mewujudkan mimpi Gigi kecil menjadi nyata. 

"I am sorry if I am not the person you thought you'd get married to, G." Jesse memecah keheningan di meja pagi itu. 

"Jesse. Stop. Lo adalah orang yang paling cocok untuk nikahin gue, or keluarga Tjahyo, sih." Gigi memutar matanya, "I am glad it's you. di dunia kita ini mana sih yang seberuntung gue bisa nemuin orang yang cocok dan untungnya ngga brengsek just like that?"

"Iya juga ya, if it wasn't you gue juga gatau Granny bakal restuin atau engga. Sometimes I hate the world we live in, Gi." 

Gigi mengangguk setuju. Jesse dan Genevieve sudah terlahir dengan bergelimang harta, mungkin orang mengira bahwa hidup yang mereka jalani sangat damai, tidak perlu memikiran uang dan kebanyakan waktu bisa membeli apa yang ada di wishlist mereka dalam sekejap. Well, bagian uang nya benar tapi yang mereka tidak ketahui bahwa orang-orang seperti Jesse dan Genevieve juga tumbuh dengan perasaan cemas, perasaan takut, dan selalu merasa tidak nyaman dengan keberadaan dirinya. Kurang cantik. Kurang elok. Kurang pintar. Little did they know, they have more thing in common. 

"But you are about to marry me. Lucu sih, habis ini lo tambah ngga bisa keluar dari dunia ini Je." Gigi mengelus punggung tangan Jesse, "Okay! Stop feeling blue. Percakapan ini stop disini. Gue ada pertanyaan yang lebih penting. Lo jadinya lebih cocok sama tema baby blue atau pearly white Je. Gue bingung please." 

Jesse tertawa dan mengacak rambut Gigi. Sejak seminggu yang lalu Gigi sudah memulai perencanaan pernikahan mereka di sela-sela mengurus magang nya di salah satu kantor Law Firm Top 4.

"Eh tapi beneran ya, gue lagi pusing banget urusan magang tapi di saat yang sama gue harus milih between pearly white dan baby blue? You are kidding me."

"Do not worry. I will not turn you into a bridezilla." Jesse membuka handphonenya, "I will take care of everything from now on. Fokus ke magang lo aja untuk sekarang."

Gigi tercengang. Memang tidak salah pilihannya dalam memutuskan untuk menikahi Jesse. 

【-】【-】【-】

"Ge, ini meja kerja lo selama disini, ya." Seorang pria di umur akhir 20 tahun mengawal Gigi ke meja paling pojok di kantor. 

"Siap mas. Terima kasih banyak mas." Gigi tersenyum sopan.

"Sebentar lagi anak-anak magang bakal disuruh kumpul di meeting room sekitar jam 08.00, jadi lo santai aja karena yang bareng lo banyak kok."

"Okay, terima kasih banyak sekali lagi Mas Matthew."

"No worries." Pria bernama Matthew tersebut kemudian pergi.

Gigi menatap penuh harapan meja kecilnya itu. Walaupun mengikuti magang 3 bulan disini hanya salah satu perintah mamanya sebelum menjadi karyawan tetap di Law Firm milik keluarganya tetapi di tempat ini, dimana tidak ada satupun orang yang mengenal statusnya sebagai anak keluarga Tjahyo dan juga saat ini seorang tunangan keluarga Mahaprana, Gigi merasa ia akan menjadi sosok yang lebih mandiri dan dewasa, ya walaupun berangkatnya tetap diantar supir dan mobil keluarganya. 

【-】【-】【-】

07.45

Gigi melihat jam tangan Van Cleefnya yang bersarang cantik di tangan putihnya dan mempersiapkan dirinya untuk pergi ke meeting room

The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang