Chapter 14: Secret Mission

260 32 0
                                    

"Pagi, Gi." Jesse mengusap pucuk rambut Gigi dan menciumnya.

Yang disapa hanya menghabiskan sarapannya dengan cepat dan dengan sigap merapihkan bawaannya dan bersiap ke kantor. Rencana Jesse yang ia sampaikan sebelumnya sungguh mengganjal pada dirinya. Apakah ini satu-satunya cara? Entahlah, dirinya sungguh tidak ingin bercerai dengan Jesse, walaupun ini hanya tipu muslihat saja. 

Suara mobil Gigi terdengar menjauh, meninggalkan Jesse sendirian di meja makan. 

"Walah, mba Gigi belakangan ini ngga pernah menghabiskan makanannya. Makanannya ngga enak ya mas? Apa mba Gigi lagi sakit?" Tanya pekerja rumah tangga Jesse. 

"Oh, ngga apa-apa kok mba. Biasanya dia makan lagi kok di kantor." Jesse berkata bohong, dirinya pun sadar bahwa belakangan ini Gigi berlagak aneh dan ia tidak pernah tahu lagi apa yang sedang ia lakukan dan segala macamnya. 

【-】【-】【-】

Raiden: Gi, lo jadi kan nanti dateng ke lelang lukisan om Ro?

Gigi: Jadi kok. Tapi gue berangkat sendiri ya.

Raiden: Maaf, pasti lo ngga nyaman ya karena tiba-tiba gue confess waktu itu di reunian?

Gigi: Ngga kok, aman. 

Raiden: Please forget it ya Gi. Gue salah ucap, hehe. 

Gigi mengerucutkan bibirnya. Sesungguhnya, rencana absurd Jesse telah memenuhi benak Gigi belakangan ini sehingga dirinya pun lupa mengenai confession tiba-tiba Raiden. 

"Hai Gi, makan yuk." Teman cubicle sebelah Gigi mengetuk pelan mejanya.

"Maaf, gue skip dulu. Tadi sarapan gue udah banyak. Masih kenyang, hehe." bohong, "kalian pada makan aja, gue juga belom kelar ini." Gigi menunjuk laptopnya.

Teman Gigi mengangguk dan meninggalkannya sendirian. 

Gigi memejamkan matanya dan memijat pelipisnya yang mulai sakit. Sungguh, dirinya tidak pernah menyangka rencana ini akan sangat rumit dan menyita waktunya. 

Okay Gi. Lo ngga bisa collapse sekarang. Ucapnya menyemangati diri sendiri. 

【-】【-】【-】

Galeri seni milik Raiden dari luar terlihat sangat minimalis, sederhana bahkan, akan tetapi siapapun yang memasukinya akan merasa berada di negara yang berbeda. Lantai kayu yang diimpor Raiden langsung dari Jepang terlihat sangat mengilap di bawah lampu putih hangat, sungguh sentuhan yang cocok dengan ornamen unik koleksi Raiden dari  berbagai belahan dunia. 

Whoah. 

Gigi terkesiap melihat sekitarnya. Raiden se-kaya ini?  Dirinya tertawa, mengingat saat zaman sekolah dimana Raiden harus menghutang berkali-kali pada Raya. 

"Ngetawain apa lo?" Raiden mendekati Gigi dari belakang. 

"Ah, ngga." Gigi menahan senyumnya, "I love your collection Rai. Bagus banget, gue ngga tau taste lo sebagus ini."

"Cih, baru tau lo? Anyway, gue izin pergi bentar ya, lelangnya mulai in an hour." Ucap Raiden.

Gigi mengangguk kepalanya. Ia kemudian kembali melanjutkan observasinya hingga matanya menangkap target malam ini. Rowan.

"Ah! Om ngga tau kamu datang? Papamu ngga pernah bilang kalau kamu suka dengan seni." Ucapnya terkaget, "ayo, mau lihat koleksi om, kan?"

Gigi melukis senyum palsu dan berbasa-basi sedikit sebelum mengikuti Rowan ke ruangan yang lebih private berisikan koleksi Rowan yang lebih private pula. Ruangan kecil namun mewah tersebut hanya diisi tiga orang yang Gigi kenal. Vice directors. 

The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang