Chapter 8: Party and After party

397 52 3
                                    

(Credit: Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Credit: Pinterest)

WOOHOO 

Soraya berteriak lantang sambil memegang minuman ke- 

Entahlah, Soraya sendiri saja lupa menghitung. Yang pasti ia sudah mendekati batas minuman yang bisa ia konsumsi dalam satu waktu. 

"Gosh. Xel, mungkin kita belum kenal banyak, tapi gue bisa percaya lo nanganin Soraya, ngga?" Gigi menggeleng kepalanya sambil berbicara kepada Axel. 

Axel yang setengah sadar ketika dikenalkan oleh Soraya kepada Gigi tidak menyadari bahwa Gigi yang ia temui dahulu di club milik Jesse adalah Mrs. Mahaprana. 

"No worries. Gue janji gaakan ninggalin sisi Raya sedetik pun." Ucap Axel selagi memegang lengan Soraya untuk menariknya turun dari meja. 

Anyway. Jesse dimana ya?  Gigi melihat sekeliling. Club mewah Jesse berhasil ia sulap menjadi tempat wedding after party Gigi dan Jesse. Walaupun meminta izin Mama Gigi sangat sulit, Jesse berhasil meyakinkan Mama Lau-nya bahwa Gigi tidak akan meminum satu tetes alkoholpun, begitu juga dengan dirinya. Jesse hanya mengundang 'beberapa' teman dekatnya supaya kondisi terkontrol sedangkan Gigi hanya mengundang sekitar sepuluh teman SD hingga kuliahnya dan juga Mika. 

Ah Mika! Kebetulan Gigi melihat Mika diantara lautan tamu undangan Jesse, "Mika! Have you seen Jesse?

"Eoh? Kayaknya Gue tadi liat dia naik tangga, deh? Itu kantor dia kah Ge?" Mika menjawab dengan sedikit berteriak akibat soundsystem yang lantang. 

"Kayaknya, Enjoy the party ya mik, gue mau cari Jesse dulu." Gigi izin pergi.

Heels ramping Gigi berbunyi lantang selagi ia menaiki tangga menuju lantai kedua. Gigi tidak pernah ke kantor Jesse karena memang tidak ada keperluan baginya sampai sekarang. Interior di lantai dua sangat berbeda dengan lantai pertama yang mengusung tema futuristic, lantai kedua berasa lebih nyaman dengan interior scandinavian dengan lampunya yang warm. 

Lantai kedua tidak memiliki banyak hal yang bisa dilihat, hanya terlihat dua ruangan dan satu kamar mandi. 

"Lo jadinya ga akan ngasih tahu Genevieve soal rencana lo?" Suara berat yang asing terdengar melalui celah pintu yang sedikit terbuka. 

Gigi menegang mendengar namanya dissebut. Aku? 

"Nope.  Gue gatau sampai kapan but it's better to keep it a secret." Jesse menjawab serius.

"For her safety, ya? God. You actually fell for her, aren't you?" Suara lain dalam ruangan tersebut menimbrung pembicaraan. 

"LOOK. Jesse Aiden Mahaprana is blushing. He is blushing." Ucap seseorang dalam ruangan tersebut yang diikuti dengan tawa renyah. 

Pipi Gigi memerah. Sesaat ia lupa bahwa Jesse menyembunyikan sebuah rencanya dari dirinya. He fell for me? 

Gigi mengerjapkan matanya berulang kali akibat salah tingkah. Jesse memberi tanggapan atas apa yang dikatakan temannya tetapi Gigi tahu temannya benar. Ucapan dan tindakan Jesse belakangan ini terlalu penuh kasih sayang beberapa minggu terakhir. Very not Jesse. Bukan Jesse rasanya apabila ia menunjukkan sedikit kekhawatiran dan melepas topeng professionalnya. 

The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang