04

143 28 1
                                    

Agak nyebelin dan keterlaluan sih, tapi harus nyari cara biar dia percaya kalau aku Cupid, kan?

Bukan real-real Cupid siiih... Tapi, kan aku salah satu di antara banyaknya utusan yang dipilih Cupid Jaehyun sendiri. Jadi ya termasuk Cupid juga.

Ah, yang penting dia harus percaya aku siapa, kan? Itu yang paling penting.

Sama seperti perkiraanku sebelumnya, dari aku ngikutin dia masuk ke cafe, yang bisa dilihat sama para manusia cuma dia, dan aku masih gak kelihatan di mata mereka. Jadi jelas banget kalau memang cuma dia yang bisa ngelihat aku.

Aku duduk di meja yang sama, sengaja berhadapan biar dia makin muak lihat aku. Iya, dari tadi dia kelihatan jengkel banget waktu lihat mukaku. Tsk, padahal ganteng begini, bisa-bisanya dia masang muka sebel begitu??

Dia makan sepotong kue red velvetnya sambil terus natap aku dengan mata marahnya, padahal kalau makan manis-manis gitu harusnya bisa meredakan emosi, kan? Kenapa coba dia masih marah? Aku juga gak ngapa-ngapain dia, kan? Hih 😒

Selama di cafe, dia cuma natap aku marah sambil makan dan minum. Dia gak ngomong apa-apa, mungkin takut dianggap gila sama para manusia lainnya? Cuma dia, kan yang bisa lihat aku? Mungkin dia udah mulai percaya?

Kita keluar dari cafe, aku ngikutin dia di belakang sampai kita hampir sampai di dekat plang tanda gak boleh parkir, dia berhenti dan balik badan. “Jujur, kamu siapa??”

“Cupid.”

“Mana ada Cupid bentuknya kaya kamu?? Cupid itu bayi!”

Ckckck.. Hasil dari kebanyakan baca dongeng ya gini.

“Buktinya sekarang cuma kamu, kan yang bisa lihat aku?? Kenapa gak diiyain aja? Aku cuma mau bantuin kamu bersatu sama orang yang kamu suka, gak akan aneh-aneh juga.”

“Gila.”

Dia balik badan lagi, jalan lagi, sekarang langkah dia lebih cepat dari sebelumnya. Terbang aja kali ya? Capek juga jalan kaki dari tadi.

-

Sudah batal beli kebutuhan perawatan kecantikan dia yang sudah mulai menipis, sekarang dia jadi makin kesal karena Riku masih mengaku-ngaku sebagai Cupid. Mana Stefani percaya??

Stefani mempercepat langkahnya, dengan harapan dia bisa makin jauh dari Riku.

Jujur, jalan dengan langkah cepat begini cukup buat Stefani kelelahan dan jadi berkeringat, hawanya juga jadi makin sesak karena sekarang masih musim panas, sore begini pun angin masih bercampur hawa panas.

Saat berjalan, Stefani mengernyitkan kening, ada suara aneh yang mirip suara kepakan sayap, namun dengan volume yang lebih besar. Suaranya kadang terdengar dekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi, lalu menjauh, saat suaranya terdengar lebih dekat, Stefani pun merasakan ada angin sejuk yang menyapa punggungnya.

Karena aneh, dia pun menengokkan kepala dan mematung di tempat.

Riku, masih terbang dengan sayap putih besarnya, mengambang di udara sambil menatap Stefani polos tepat di mata.

Dari mematung, Stefani menelan ludah, lalu di detik berikutnya dia memekik keras dan berlari kabur, gak usah ditanya, Riku kaget kok, banget.

cupid - maeda rikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang