Ditempat lain Lavender dengan sedikit tertatih berjalan pelan menuju jendela diruangan yang ia tempati. Suara auman yang begitu keras beberapa menit yang lalu membuatnya terkejut setengah mati, ia berpikir jika Silver mungkin membawanya ketengah hutan atau ke kebun binatang. Pria itu sedang marah dan mungkin saja sekarang hanya dia seorang dibangunan ini karena Silver meninggalkannya. Jika memang benar, ia mungkin benar-benar akan mati dilahap hewan buas.
Manik Lavender bergerak meneliti pemandangan diluar, sejauh matanya memandang hanya pemandangan pohon-pohon besar yang berada sekitar seratus meter dari tempatnya saat ini. Sepertinya ia memang benar-benar berada ditengah hutan. Dasar pria licik, Silver sengaja membawanya kerumah yang entah dimana ini agar bisa membunuhnya dengan mudah jika saja pria itu ingin melakukannya.
Lavender tertawa kecut, dalam keadaan lemah seperti ini, ia tidak mungkin bisa keluar.
Suara ketukan dipintu membuat Lavender menoleh.
“Siapa?”
“Makan siang Nona” sahut seseorang dari balik pintu.
Sontak Lavender menghela nafas lega, setidaknya ia tidak sendirian. “Masuk” ucapnya.
Seseorang wanita setengah baya muncul dari balik pintu, dengan satu tangan membawa nampan. “Tuan Silver meminta saya untuk menyiapkan makan siang” ujar wanita itu menunduk sopan.
Lavender meneliti sebentar penampilan wanita didepannya itu, dan ia menebak jika wanita itu adalah seorang pelayan.
“Taruh saja diatas meja” ucapnya kemudian.Setelah menaruh makanan diatas meja, maid itu segera menunduk sopan sebelum berniat keluar.
“Sebentar… dimana Silver?” tanya Lavender.
“Tuan Silver sedang berada dihalaman belakang Non, sama Rambo”
“Rambo?” Lavender mengenyit.
“Kalau begitu saya permisi dulu Non” pamit maid itu sebelum benar-benar berlalu pergi.
“Siapa Rambo?” gumam Lavender bertanya-tanya.
Lavender menggelengkan kepalanya, ia tidak mau ambil pusing. Tau jika Silver tidak meninggalkannya saja sudah cukup, ia akan mencari tau soal Rambo nanti. Sekarang lebih baik Ia makan karena perutnya terasa kosong melontong, mungkin cacing-cacing didalam sana sudah mati kelaparan. Bayangkan saja ia hanya mengonsumsi cairan infus tiga hari lebih, oh itu tidak baik untuk tubuhnya yang seksi. Ia tidak mau menjadi seperti Lizzy yang kerempeng.
****
Sudah hampir empat jam Lavender hanya duduk diatas ranjangnya dengan penuh kebosanan, dan selama itu Silver tidak pernah mengunjunginya lagi sejak pria itu keluar setelah marah-marah terakhir kali.
Lavender mendengus, entah sudah yang keberapa kali sembari melarikan matanya kesana kemari memperhatikan interior ruangan, hal yang sudah ia lakukan puluhan kali mungkin karena ia juga tidak menghitung.Diluar sudah mulai gelap, ia ingin mandi tapi ia tidak bisa melakukannya sendiri.
“SILVER?!!” Panggilnya sedikit berteriak, ia akan menghilangkan gengsinya kali ini.“SILVER?!!” Panggilnya lagi karena belum mendapat balasan.
Lavender berdecak kesal. Namun ketukan pintu membuatnya menutup kembali mulutnya yang terbuka, siap memanggil Silver lagi.
“Masuk” ucapnya.
Maid yang tadi siang mengantarkan makanan muncul dari balik pintu, membawa nampan di satu tangannya.
“Saya bawakan makan malam Non” ucap maid itu menaruh nampan diatas meja, kemudian mengambil nampan sisa yang sudah kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVENDER
RomanceWARNING !! KHUSUS 21 + BANYAK UMPATAN KASAR, ADEGAN KEKERASAN, DAN SEKSUAL YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!! No Plagiat! .... Ini tentang Lavender Evans, wanita cantik sebatang kara yang hidup bebas dengan versinya. Ia me...