Lavender menelan salivanya sejenak sebelum menunjuk dada kiri Silver. “Aku ingin ini…” Lavender menurunkan pandangannya kearah dada Silver sebentar sebelum kembali menatap iris kehijauan pria itu.
“Bagaimana bisa kau mengajakku berkencan semudah itu padahal didalam sini saja masih ada dia. “ gumam Lavender menekan pelan dada Silver. Ia masih ingat jelas manik berapi bercampur putus asa yang Silver pancarkan ketika pria itu menganggapnya pembunuh Celine malam itu.
“Aku tau aku terlalu dramatis tapi aku tidak ingin menjadi wanita bodoh. Status saja tidak akan membuatku puas Silver, disaat aku menyerahkan segalanya dengan tulus… hatiku, perhatianku, sentuhanku, tubuhku, apa yang aku dapatkan? Karena tanpa ada aku didalam sana.. sentuhanmu, sikap manismu, perhatianmu.. itu semua kau lakukan hanya karena hasrat dan nafsu semata.” Lanjut Lavender seraya menurunkan tangannya.
Silver terdiam, penuturan Lavender membuatnya hilang kata-kata. Ia tidak tau kalau kalimat-kalimat menggelikan itu bisa keluar dari mulut Lavender. Apa semua wanita seperti ini? Ia pikir Lavender beda dari yang lain mengingat karakter wanita itu, namun ternyata sama saja.
“Kalau begitu buat dia hilang dari sana” tukas Silver kemudian, membuat iris mata Lavender sedikit melebar.
Silver mengangkat tangan Lavender, menaruhnya kembali didada kirinya. “Aku tidak mungkin bisa menghilangkannya tanpa bantuan bukan? Kalau kau menginginkan ini, jadilah kekasihku dan buat aku jatuh cinta padamu” sambung Silver menatap dalam manik kebiruan Lavender.
Tidak ada sahutan, Lavender terdiam menyelami bola mata Silver. Bukan ini yang ia inginkan, menjadi kekasih Silver disaat pria itu belum mencintainya bukankah sama saja menyerahkan dirinya seperti yang ia debatkan tadi.
Lavender kemudian menurunkan tangannya hingga terlapas dari pegangan Silver. “Kita bisa memulainya dengan berteman” ucapnya membuat Silver mengernyit.
“Kau ingin berteman?”
“Yap, karena hubungan asmara itu hanya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai. Jadi kita bisa memulainya dengan berteman, lagipula aku juga tidak terlalu berharap… jika pada akhirnya kau tetap tidak bisa mencintaiku maka aku akan move on.”
Beberapa saat berpikir akhirnya Silver mengangguk. “Fine, tidak ada salahnya mencoba.”
“Ngomong-ngomong apa aku bisa pinjam ponselmu?” tanya Lavender.
“Untuk apa?”
“Aku harus mengabari Nina, dia pasti sangat kuatir”
“Kau tenang saja, Nina taunya kau sedang berlibur” sahut Silver membuat Lavender mengernyit heran.
“Aku tidak ingin dia cemas, jadi aku meminta Nick untuk mengatakan jika kau sedang berlibur. Dan sebagai bukti tambahan agar dia percaya, aku meminta orangku mencari ponselmu dihutan lalu membawanya ke bandara jika saja Nina melapor polisi untuk melacakmu. Aku juga sudah memalsukan namamu sebagai salah satu penumpang di pesawat menuju Indonesia.” Jelas Silver.
“Kau berbuat sejauh itu?”
Silver mengedikkan bahunya. “Apa seharusnya aku biarkan saja Nina datang kesini dan melihat keadaanmu yang sekarat?”
“Tidak, asmanya bisa kambuh dan itu merepotkan” cetus Lavender seraya kembali memutar tubuhnya, menaruh tangannya lagi diatas pagar.
Silver terkekeh mendengar ucapan Lavender. “Apa aku boleh memelukmu?” izin Silver.
“Apa wajar jika teman berpelukan?”
“Menurutku wajah-wajar saja, Nick dan Celine juga dulu sering pelukan walau didepan mataku sekalipun.” Cetus Silver sembari memeluk Lavender dari belakang, menjatuhkan kembali dahunya dipundak wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVENDER
RomansaWARNING !! KHUSUS 21 + BANYAK UMPATAN KASAR, ADEGAN KEKERASAN, DAN SEKSUAL YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!! No Plagiat! .... Ini tentang Lavender Evans, wanita cantik sebatang kara yang hidup bebas dengan versinya. Ia me...