Chapter 17 : In Tree house with you

37 2 0
                                    

Sekitar sepuluh menit kemudian Lavender menghentikan larinya, menatap bangunan didepannya dengan pandangan takjub.

“Apa yang kau tunggu? Cepat naik” titah Silver setelah menaruh asal anak rusa yang ia bawa disamping pohon, pria itu segera menapaki satu demi satu tangga kayu yang mengarah pada sebuah rumah pohon yang kecil namun terlihat elegan.

Pun Lavender segera menyusul Silver setelah kesadarannya kembali, dengan perasaan membuncah yang tidak bisa diungkapkan ia mulai memanjat tangga, menyusul Silver yang sudah dua meter diatasnya.

Beberapa menit kemudian Lavender merebahkan tubuhnya diatas lantai kayu, nafasnya ngos-ngosan dan tubuhnya kebas luar biasa. Ia memang sering olah raga tapi ia harus menapaki tangga kayu yang ia rasa setinggi langit itu setelah berlari sepuluh menit lebih tanpa berhenti, bisa bayangkan betapa lelahnya ia saat ini.

“Kau baik-baik saja?” tanya Silver seraya menyerahkan sebotol air mineral.

Lavender menggeleng. “Aku tidak bisa mengambilnya, tanganku keram” ucapnya menatap Silver sayu.

Tanpa kata Silver segera mengangkat tubuh atas Lavender hingga bersandar didadanya, kemudian dengan hati-hati menyodorkan air minum ditangannya. Lavender yang memang sangat haus dengan rakus menegak air yang Silver berikan, sampai beberapa tetes tumpah dari mulut.

“Pelan-pelan” gumam Silver sembari mengelap dagu Lavender yang basah.

“Kenapa tidak sekalian saja kau bangun rumah diatas pohon redwood biar tangan dan kakiku patah sekalian” gerutu Lavender setelah menyelesaikan minumnya.

Silver terkekeh. “Sepertinya tenagamu sudah kembali” ucapnya. Silver kemudian berdiri, membuka baju dan celananya lalu menggantungnya di hanger. “Sebaiknya buka pakaianmu kalau tidak mau masuk angin. Tutup pintunya”

Lavender berdiri, menutup pintu sesuai perintah Silver. “Kau tidak punya pakaian ganti?” tanya Lavender sembari melipat tangannya didepan dada, menikmati pemandangan indah didepannya, tubuh atletis Silver yang hanya ditutupi boxer calvin klein bewarna hitam benar-benar hal yang tidak boleh dilewatkan sama sekali.

“Tidak, aku cuma punya selimut tipis itu” jawab Silver menunjuk selimut abu-abu yang terlipat rapi diatas bantal dengan dagunya.

Lavender mengedarkan pandangannya, hanya ada sebuah kasur single bed disudut, meja masak dan sebuah lemari kecil yang berisi perbotan dapur dasar seperti piring, gelas, panci dan tetek bengek alat dapur lainnya.

“Kapan terakhir kali kau kesini?” tanya Lavender sembari mulai menanggalkan pakainnya, menyisakan dalaman hitam yang tampak kontras dikulitnya yang putih.

“Sekitar dua bulanan yang lalu mungkin, kau mau kopi?” tawar Silver yang tengah membuka laci lemarinya.

“Boleh” sahut Lavender seraya berjalan kearah jendela yang tertutup.

“Ini pertama kalinya aku kerumah pohon” tutur Lavender setelah membuka jendela, menatap pemandangan hutan yang sedang diguyur hujan deras.

Silver tersenyum tipis, mengaduk dengan sangat perlahan kopi yang ia buat dengan pandangan lurus kedepan, meneliti tubuh indah nan seksi Lavender dengan bola matanya. “Sebenarnya aku terpaksa membawamu kesini”

“Kenapa?” Lavender memutar tubuhnya, lalu berjalan mendekat.

“Aku tidak suka ada orang lain disini selain aku” jawab Silver seraya memberikan segelas kopi.

Lavender menerima kopi itu, kemudian mendengus pelan. “Kau pikir aku percaya?”

“Itu terserahmu” Silver mendudukkan dirinya diatas ranjang, menyeruput kopinya dengan tenang.

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang