Chapter 15 : Getting mad again

31 2 0
                                    

****
“Kau yakin ingin membunuh kelinci itu?” Tanya Lavender mengernyit iba pada seekor kelinci yang tengah menikmati rumput didepannya.

“Kau sudah pernah makan Paella kelinci?” sahut Silver seraya menyipitkan matanya memfokuskan bidikan anak panah. Ia memang memilik panah sebagai senjata kali ini.

“Belum tapi sebaiknya kita cari hewan yang lain saja, rusa mungkin” ujar Lavender semakin mencengram busur panahnya ketika Silver tidak mengalihkan pandangannya dari sang buruan. Tidak, ia tidak bisa diam saja, ia lebih baik membunuh manusia-manusia brengsek daripada hewan menggemaskan itu.

Set!

Anak panah Silver meluncur, siap untuk menembus badan kelinci gembul itu jika saja sebuah anak panah tidak melesat mengenai anak panahnya. Silver menoleh cepat, pada Lavender yang perlahan menurunkan busurnya, menyunggingkan senyum sekepis.

“Maaf aku tidak tega membunuh kelinci itu” aku Lavender menipiskan bibirnya.

“Kalau begitu kita pulang” cetus Silver kesal.

“Tidak, Silver wait!” Lavender segera menahan tangan Silver “Kita cari hewan yang lain saja, rusa atau tringgiling, atau-“

“Pulang” potong Silver yang sudah keburu kesal. Bagaimana tidak, sudah hampir buruan ketiganya Lavender selalu mengacau. Jika wanita tidak jelas itu berhenti mengganggunya, ia mungkin sudah mendapat dua ekor anak babi dan seekor kelinci.

“Silver…”

Silver menghentikan langkahnya mendengar rengekan itu, dan ia melirik datar Lavender ketika wanita menyebalkan itu kini bergelanyut manja ditangannya.

“Aku janji tidak akan mengganggumu lagi.”

“Kau sudah berjanji dua kali dan dua kali itu juga kau ingkari, sekarang kita pulang” kesal Silver seraya menggerakan tangannya melepas pegangan Lavender. Pun ia berniat kembali melajutkan langkahnya namun Lavender lagi-lagi menahan.

“Kali ini aku tidak akan ingkar lagi, aku akan menutup mata ketika kau mau membunuh hewan-hewan menggemaskan itu.” tukas Lavender menunjukkan jari piece seraya menyunggingkan cengiran kecilnya.

Melihat itu Silver mendengus, namun bibirnya menyunggingkan senyum samar yang tipis. “Kalau kau mengacau lagi kau yang akan kupanah” cetusnya yang dibalas anggukan cepat Lavender. Pun keduannya kembali berburu, mengendap-ngendap dengan pandangan meneliti sekitar.

“Apa aku harus mengikutimu terus seperti ini?” Cetus Lavender yang mulai bosan karena sendari tadi hanya mengekori Silver.

“Tetap didekatku jika tidak ingin tersesat” sahut Silver dengan pandangan lurus meneliti.

“Iya tapi kalau begini apa gunanya panah ini? aku tidak bisa menggun-“

Gerutuan Lavender terhenti ketika Silver tiba-tiba menarik tubuhnya untuk bersembunyi dibalik pohon. Lavender menaikkan kedua alisnya bertanya, Silver menaruh jari telunjuk dibibir sebelum mengarahkan telunjuknya kearah balik pohon. Pun Lavender segera mengalihkan pandangan, dan maniknya melebar seketika. Beberapa meter dari tempat mereka bersembunyi, ada seekor beruang cokelat besar yang tengah berjalan-jalan. Sontak Lavender segera menyembunyikan kembali tubuhnya, menempelkan pada Silver.

“Apa yang harus kita lakukan?” bisik Lavender pelan sembari mengintip takut-takut pada sang beruang.

“Kau makan daging beruang?” tanya Silver membuat Lavender mengenyit jijik.

“Eyuh No, dan jangan berpikiran untuk membunuhnya.”

“Jangan bilang kali ini kau tidak tega lagi…”

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang