Lavender mematut sekali lagi penampilannya didepan cermin, dress hijau pucat selutut terpasang pas ditubuhnya yang ramping. Rambut panjang sebahunya ia gerai seperti biasa, hanya saja terlihat lebih rapi dan mengkilat, ia memang menyempatkan diri pergi kesalon kemarin sore, melakuakan perawatan pada rambutnya yang entah kapan terakhir kali menyentuh vitamin.
“Wow, kau terlihat sangat… cantik sekali” takjub Nina ketika memasuki kamar Lavender.
“Thanks” ujar Lavender tersenyum tipis, merapikan rambutnya sekali lagi sebelum memutar tubuhnya menghadap Nina.
“Aku tidak tau kapan terakhir kali melihatmu memakai dress” tukas Nina membuat Lavender tertawa. Yap, Lavender sendiri sudah lupa kapan terakhir kali ia mengenakan dress, mungkin saat ia menyamar menjadi salah satu tamu diacara yang dibuat targetnya beberapa tahun yang lalu, ia juga tidak ingat pasti.
“Kapan kau membelinya?”
“Kemarin sore”
“Kau tidak mengajakku berbelanja? Jahat sekali” dengus Nina merenggut kesal.
“Sorry, aku juga ingatnya saat diperjalanan pulang, kebetulan lewat jadi aku mampir”
Nina hanya memutar bola matanya jengah.“Jadi jam berapa kalian janjian bertemu? Apa kau sudah menghapal apa-apa saja yang ingin kau katakan pada ibunya Silver?”
“Apa yang harus dihafal?” Tanya Lavender mengernyit heran.
“Biasanya orang akan terliat gugup jika akan bertemu dengan orang tua kekasihnya, tapi kulihat kau sama sekali tidak gugup atau takut.”
Lavender terkekeh. “Apa yang harus ditakutkan? Aku hanya bertemu dengan Ibunya Silver, dia tidak akan memakanku”
“Dengar-dengar Ibunya Silver itu galak dan perfeksionis, kau tidak takut jika dia tidak menyukaimu? Apalagi kebanyakan orang kaya itu sangat menjunjung reputasi, dan jangan tersinggung tapi kau hanya seorang pemilik toko bunga” pungkas Nina dengan matanya yang membulat.
“Memangnya ada yang salah dengan pemilik toko bunga?”
“Oh ayolah Lavender kau mengerti maksudku”
Lagi-lagi Lavender terkekeh. “Iya aku mengerti maksudmu, kalau memang Ibunya Silver tidak menyukaiku ya mau bagaimana lagi, semua tergantung Silver, jika dia lebih memilih ibunya maka aku juga tidak bisa melarangnya, dia yang memegang keputusan.”
“Jadi kalau Ibunya Silver tidak menyukaimu kau akan meninggalkan Silver?”
Tidak ada sahutan, Lavender hanya mengedikkan bahunya acuh lalu mengambil tas selempangnya. Lihatlah, ia bahkan harus membeli semua peralatannya kemarin, setidaknya dia harus sedikit berusaha agar telihat baik bukan? Ia tidak mungkin menggunakan pakaian kesehariannya yang seperti wanita urakan tidak punya masa depan.
Suara klakson membuat pembicaraan kedua wanita itu terhenti, Lavender menyikap tirai jendelanya, dan bibirnya melengkung seketika ketika melihat Silver yang terlihat gagah dengan balutan jasnya muncul dari dalam mobil.
“Silver sudah datang, aku pergi dulu… wish me luck Nina” ujar Lavender mengecup pipi kanan Nina sebelum keluar dari dalam kamarnya.
Silver menyunggingkan senyumnya ketika melihat Lavender keluar dari dalam rumah, maniknya meneliti penampilan wanita cantik itu dari atas sampai bawah sebelum melebarkan tangannya melingkari pinggang Lavender ketika wanita itu sudah berada dihadapannya, menarik wanita itu untuk menyatukan bibir mereka. Dan tentu saja Lavender segera melingkarkan tangannya dileher Silver seraya membalas pangutan pria itu.
“You look so wonderful” puji Silver setelah ciuman mereka terlepas.
Lavender tersenyum, mengelap bibir Silver yang ternoda lipstiknya. “Thanks”
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVENDER
RomanceWARNING !! KHUSUS 21 + BANYAK UMPATAN KASAR, ADEGAN KEKERASAN, DAN SEKSUAL YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU. MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!! No Plagiat! .... Ini tentang Lavender Evans, wanita cantik sebatang kara yang hidup bebas dengan versinya. Ia me...