Kemajuan Arjuna, cs

0 0 0
                                    

Sebelum berangkat dinas biasanya aku diantar oleh ayahku ke sekolahku yang letaknya tak begitu jauh dari tempat kerjanya. Kalau ayahku tak bisa mengantarku karena tugas ke luar kota, aku suka nebeng mobilnya Vanissa, sepupuku yang emang tinggal sekomplek denganku. Itu pun kalau Om Galang, ayahnya Vanissa yang juga adalah pamanku itu tidak sedang sama-sama dinas ke luar seperti ayahku. Tapi, seringnya sih Juna atau Elroy yang bakal bersedia dengan senang hati untuk mengantarku dan Vanissa yang lagi butuh tebengan. Selain bodyguard yang sigap, mereka juga adalah tebengan yang setia dan bisa diandalkan.
Karena tidak mau membangunkan ayahku yang kemarin ternyata baru  pulang larut malam akibat tugas dinas tambahan, aku minta tolong Juna untuk menjemputku biar bisa nebeng ke sekolah. Setelah menghabiskan sarapan hangat sederhana dan singkat buatan Mbok Nurani bareng Juna, kami segera berangkat ke sekolah.
Sesampainya di kelas kami menjumpai kehebohan aksi saling contek masal teman sekelas kami  yang biasa terjadi setiap ada tugas. Untungnya aku dan Arjuna, cs udah beres mengerjakannya bareng kemarin di rumahku sehingga tidak usah harus ikutan repot bergerilya kilat menyalin tugas dari yang lainnya. Aku melihat Velo dan Ami sedang sibuk mencari contekan terdekat juga, sepertinya mereka belum selesai mengerjakan tugasnya itu. Mereka hanya nyengir kuda waktu melihatku yang terlihat duduk santai di tengah kekacauan kelas.
Walaupun mereka teman dekatku, mereka tak pernah memaksaku untuk melakukan hal yang tak kusukai seperti halnya memberi contekan atau berbuat curang. Itu adalah salah satu prinsip sukses yang berhasil diterapkan ayahku selain disiplin dan saling menghargai. Oleh karena itu, mereka tidak pernah menggangguku dengan hal itu apalagi yang berhubungan dengan prinsip kejujuranku. Hampir seisi kelas sudah tau dengan adat kebiasaanku yang cukup tegas dan langka itu, termasuk juga Arjuna, cs. Mereka tak berani macam-macam denganku kalau soal pelajaran. Mungkin karena itu juga mereka jadi sangat menghargai dan menjaga perasaanku. Mereka suka bilang kalau aku itu cewek "one in a million".
Walaupun begitu, aku juga tidak suka menceramahi ataupun mencampuri urusan mereka. Aku hanya berusaha semampuku jadi teladan dan pengaruh yang baik saja untuk mereka melalui sikap dan kebiasaanku yang baik dan tulus selama bersama mereka. Aku pun harus menghargai mereka dan hanya terus tertantang untuk memotivasi mereka jadi pribadi yang maju dan lebih baik lagi.
Sebagai contohnya, aku mulai berani berinisiatif mengajari dan mengajak  mereka untuk belajar bersama selagi ada kesempatan sehingga terhindar dari kebiasaan nyontek masal yang sangat hobi mereka lakukan bahkan Arjuna, cs dulu adalah langganan yang namanya berbuat curang. Belum lagi suka bolos dan ngomong kasar di setiap ada kesempatan. Namun, sejak bergaul akrab denganku mereka sedikit demi sedikit berubah karena pengaruh positifku tadi. Sebenarnya mereka hanya perlu sobat yang peduli dan perhatian dengan mereka tanpa niat menghakimi apalagi memaksakan kehendak. Itulah kemajuan yang kurasakan semenjak berteman dekat dengan Arjuna, cs yang semakin hari berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan, mereka ketularan rajin dan sopan juga kelihatannya.
Seperti kali ini saat guru sedang membahas soal tugas yang kemarin kami sudah kerjakan bersama, tiba-tiba Arjuna, cs berinisiatif mengangkat tangan menjawab bahkan dengan sukarela mengerjakannya di papan tulis tanpa disuruh sehingga membuat guru kami terheran-heran dan tak percaya dengan perubahan sikap dari Arjuna, cs yang jadi lebih aktif dan berkurang malasnya di kelas. Bahkan, beberapa guru sempat memuji perkembangan nilai dan sikap mereka. Tapi, semua itu sekali lagi tak jauh dari proses perjuangan dan kesabaran yang sangat besar serta tak mudah juga sehingga membuat mereka bisa berubah seperti itu.
Setelah menyelesaikan kuis singkat hari ini, kami beristirahat di kantin seperti biasanya. Arjuna, cs nampak cukup puas dengan performa mereka saat mengerjakannya kuis yang hampir sebagian besar soalnya seperti yang kami pelajari bersama kemarin. Walaupun tadi ada beberapa soal yang Juna hampir lupa jawabannya tapi dengan bantuan sedikit clue dariku akhirnya dia jadi ingat dan bersemangat kembali mengerjakan kuisnya. Sementara itu, Elroy hampir saja menyerah dengan melirik beberapa jawaban dari Devon yang duduk tepat di sebelahnya. Ternyata dia  kesal dan tak rela kalau jawabannya harus sampai kosong hanya karena lupa di beberapa bagian itu saja. Tapi, untunglah aku sempat mendapatinya yang rada gelisah dan kembali mendorongnya supaya jangan sampai tergoda untuk nyontek jawaban Devon tadi.
Saat sedang asyik makan baso di kantin tiba-tiba Edith datang mendekat ke arah kami dengan muka berseri-seri. Dia memamerkan nilai kuisnya yang bagus pada kami semua sambil tersenyum ke arahku. Ternyata acara belajar bareng dengannya minggu lalu membuahkan hasil yang cukup memuaskan sehingga dia menghadiahiku traktiran jajananku hari ini. Dengan sukacita aku menerima tawarannya itu dengan hati terharu sekaligus bangga padanya juga dibarengi tepuk tangan dan sorakan girang yang lainnya. Biasanya aku yang akan berinisiatif menraktir mereka jajan kalau nilai mereka bagus namun kali ini aku mendapat berkat penghargaan khusus berupa rejeki ditraktir murid yang kuajar selama ini walaupun aku tak pernah mengharap pamrih apa pun dari mereka. Aku cukup puas dan bersyukur bisa berkontribusi buat kebahagiaan teman-temanku itu. That's what a friend for and it's such a pleasure for me. Indeed!

FRIENDSHIPWhere stories live. Discover now