Hari ini sepulang sekolah aku minta tolong Vanissa menemaniku hunting gaun untuk dipakai waktu penampilan band kami di pernikahan abangnya Edith yang tinggal menghitung hari. Ami dan Velo sayangnya nggak bisa ikut pergi bareng kami karena ada urusan lain. Jadinya, hanya kami berdua aja yang bakalan menikmati waktu JJS bareng siang ini. Setelah dipikir-pikir, ternyata aku baru nyadar kalo selama ini hampir sebagian besar waktuku selalu dihabiskan bareng Arjuna, cs baik di sekolah ataupun di rumahku. Bahkan, tadi pun mereka sempat hampir mau ikutan juga dengan kami jalan ke mall. Tapi, kali ini tentu aja kami langsung tolak mentah-mentah karena yang ada nanti mereka malah bakal merecoki perburuan gaunku aja. Belum lagi ditambah komentar terwahidnya Arjuna tentang gaun yang bakal kupilih nanti. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan selama JJS nanti, kami bersikeras nggak mengijinkan mereka ikutan.
Oleh karena itu, kami berdua langsung tancap gas meninggalkan mereka yang nampak terus berusaha merengek supaya bisa ikut JJS bareng kami ke mall. Tentu saja kami nggak mau meladeni kerepotan dan kehebohan mereka nantinya dengan berhasil kabur dari mereka pada akhirnya. Setelah memastikan aman dari keberadaan Arjuna, cs, kami berdua langsung naik angkot menuju mall yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah kami. Bangunan mallnya cukup luas dan megah. Aku dan Arjuna, cs biasanya nonton bioskop atau main di game center kalo ke mall ini. Namun, kali ini aku ke sini tanpa didampingi mereka karena ingin bebas memilih gaunku sekali-kali ditemani oleh sepupuku, Vanissa. Aku emang sengaja mengajaknya supaya bisa membantuku memilihkan gaun yang tepat untuk penampilanku nanti. Kami berjalan mengelilingi mall sambil mencoba beberapa gaun dari beberapa toko. Akhirnya, aku memutuskan untuk membeli sebuah gaun berpotongan simpel berwarna putih namun tetap terlihat anggun. Gaunnya pun pas dan terasa nyaman di badanku saat dicoba tadi. Vanissa juga ternyata sependapat denganku, katanya aku nampak berbeda di balik gaun itu. Semoga aja gaun pilihanku senada melengkapi setelan jas Arjuna, cs saat tampil nanti.
Setelah selesai membeli gaunnya, kami berjalan santai menuju restoran cepat saji untuk jajan es krim dan kentang goreng kesukaan kami berdua. Namun, saat hampir mendekati restonya tiba-tiba Vanissa menarikku dengan cukup cepat ke arah samping untuk bersembunyi dari seseorang yang sepertinya baru saja dilihatnya.
"Eh, itu ada Elroy dong! Tapi, koq dia jalan sama cewek ya?" tanya Vanissa dengan nada agak kecewa.
"Hah? Sama cewek? Mana?" sambungku penasaran sambil mencoba melihatnya dari tempat persembunyian kilat kami tadi.
"Itu! Itu Elroy khan ya? Terus di sebelahnya itu cewek khan ya?!" ulang Vanissa, diam-diam menunjuk ke arah yang dimaksud untuk lebih memastikan.
"Hmm...keliatannya sih iya tapi siapa ya cewek itu?" jawabku mendapati Elroy yang lagi asyik nenteng tas belanjaan di samping seorang cewek yang sepertinya tak asing bagiku. Namun, wajah cewek berambut pendek sebahu itu kurang terlihat jelas dari kejauhan karena terhalang badan Elroy yang tengah berjalan di sebelahnya sekarang.
Setelah mereka berjalan menjauh dan mulai menghilang dari pandangan kami, aku segera menarik Vanissa keluar dari tempat persembunyian kami tadi dengan tatapan heran ke arahnya kali ini.
"Eh, ngomong-ngomong kenapa juga kita harus pake sembunyi segala ya? Wah, koq ada yang aneh nih?" tembakku curiga pada sikapnya yang tak biasa itu sehingga membuat Vanissa berubah jadi agak gelisah sekaligus salting sehingga gantian buru-buru menarikku ke arah resto yang hendak kami tuju sebelumnya itu.
"Ih, apaan sih, Re? Udah ah ayo kita masuk! Udah laper nih," kilahnya mencoba menghindari pertanyaan serta tatapan penuh selidikku tadi.
Saat menunggu pesanan kami datang, aku kembali melancarkan aksiku untuk mengorek keganjilan sikap Vanissa tadi.
"Ih, koq kamu senyum-senyum gitu ke aku sih, Re?" tanya Vanissa melihatku yang masih mencoba membuatnya segera mengakui perasaannya yang tersembunyi selama ini pada Elroy.
"Eh, itu coba liat ada Elroy tuh!" kataku sengaja menunjuk ke sembarang arah.
"Hah? Mana? Mana Elroy? Sama cewek nggak?" balik nanya dengan panik seraya mengikuti arah telunjukku yang sebenarnya cuma asal tunjuk itu. Ternyata trikku tadi cukup berhasil memancing reaksi Vanissa seperti yang kuharapkan. Perhatian dan fokusnya masih terpaku pada Elroy saat ini.
Setelah puas ketawa cekikikan, aku segera mendesaknya untuk menceritakan perasaannya yang sebenarnya pada Elroy saat ini.
"Ih, usil banget sih, Re! Aku kira beneran ada Elroy loh tadi. Dasar jail deh!" omelnya dengan wajah memerah sekarang.
"Hayo ngaku! Kamu suka sama Elroy khan. Buktinya tadi kamu kayanya keki plus cemburu banget deh waktu liat doski jalan sama cewek lain," cecarku sehingga membuat Vanissa terdiam.
"Dari muka kamu aja udah keliatan jelas banget koq jadi langsung berubah murung alias nggak rela gitu. Itu berarti apa ayo? Udah ayo ngaku aja deh! Nggak usah pake disembunyiin lagi! Lagian nggak usah malu juga sih! Justru kamu tuh harusnya cerita biar bisa diusahain kalo emang beneran suka gitu," ucapku panjang-lebar sehingga membuat Vanissa akhirnya menyerah sambil menghela napas cukup panjang kali ini. Selanjutnya, dia mulai menutupi mukanya yang makin merah menahan malu dengan kedua tangan di hadapanku yang malah semakin terkekeh dibuatnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan datang menghidangkan pesanan kami di atas meja.
"Ok deh gue ngaku sebenarnya emang udah mulai ada rasa sama Elroy sejak dia belain gue dari serangan Airlangga waktu itu. Ternyata secara nggak sadar gue jadi suka aja gitu sama perhatian sekaligus keberaniannya itu selama ini. Tapi, gue masih ragu aja. Takut cuma bertepuk sebelah tangan jadinya," akunya sambil perlahan menjilati es krim cone vanilla yang mulai meleleh di tangannya seperti hatinya saat ini.
"Nah, makanya harusnya kamu dari awal terbuka sama gue bukannya malah ditutupin. Khan sebagai sepupu yang baik pasti bakal bantu kalian supaya jadi lebih deket lagi gitu. Tapi, keliatannya sih dia juga ada rasa alias suka sama kamu, Van. Menurut pengamatanku selama ini ya," kataku sehingga membuat sepupuku itu kembali bersemangat kali ini.
"Hah? Beneran nih? Kamu serius khan, Re? Kamu tau dari mana?" tanyanya penasaran.
"Ya taulah. Gue khan tiap hari juga bareng dia. Jadi sedikit banyak gue taulah gerak-gerik apalagi sikapnya yang akhir-akhir ini juga rada beda sama kamu, Van. Yah, semoga aja kalian berjodohlah. Haha...Amin!" godaku seraya mencomot potongan besar kentang goreng yang keliatan masih panas mengepul.
Setelah puas curhat tentang perasaan sukanya pada Elroy sekaligus menyantap habis semua makanan pesanan kami di atas meja, kami bergegas untuk pulang karena hari juga sudah mulai sore. Saat baru saja keluar mall, tiba-tiba Vanissa kembali menunjuk seseorang dari kejauhan sambil menepuk pundakku.
"Eh, itu, itu ada Elroy masih sama cewek yang tadi dong Re!" ucapnya dengan nada panik.
Kali ini aku bisa melihat wajah cewek itu dengan cukup jelas karena posisinya yang pas sekali sedang menghadap ke arah kami sekarang. Betapa terkejutnya aku saat melihat seorang cewek yang kukenal lagi berusaha naik di boncengan Elroy dari arah parkiran motor yang letaknya tepat di seberang pintu mall tempat kami berdiri.
"Ya, ampun, Van! Ternyata cewek yang kita liat itu kakaknya Elroy dong. Aku kira tuh tadi siapa, cuma rambutnya kayanya baru dipotong deh makanya koq tadi jadi bingung gitu," ucapku pada Vanissa yang terlihat jadi ikutan sama kagetnya denganku sekarang.
"Eh, seriusan nih! Jadi, itu kakaknya Elroy ya. Wah, syukurlah! Berarti aman dong ya. Kalo gitu kenapa tadi gue harus pake cemburu segala ya? Aduh, jadi malu sendiri nih sekarang," katanya tersipu malu sekaligus tersenyum lega.
"Oh, iya pantesan tadi udah nggak ada Elroy ya pas yang lain minta ikutan ke sini juga. Kayanya dia minta tolong kakaknya deh buat nemenin belanja jas buat kostum ngeband nanti." kataku mencoba mengingat-ingat.
"Yah, kenapa baru nyadar ya? Kalo nggak tadi khan kita bisa pergi barengan aja gitu," sesal Vanissa.
"Hmm, mungkin belum berjodoh?" kataku sehingga membuatnya jadi manyun.
"Tapi, ya udahlah, yang penting khan Elroy nggak jalan sama cewek lain alias AMAN!" kataku kembali menyemangati Vanissa yang kontan melompat bahagia usai mendengar perkataanku barusan.
"Ahhh iyaaa...untunglaahh!!!" pekiknya sambil memelukku dengan sangat erat sekarang.
Syukurlah, kami berdua akhirnya bisa pulang dengan hati tenang dan senang.
YOU ARE READING
FRIENDSHIP
RandomDi hari pertamanya sekolah, Regina Ishakasih malah tertidur di bangku yang ternyata adalah tempat sekelompok siswa gaul dan cukup terkenal di sekolah barunya itu. Di tengah keadaannya yang terjebak duduk di tengah Arjuna, Elroy dan Devon yang jahil...